Prolog

2.7K 101 9
                                    

"Cerah!!" gumam Fana saat sinar matahari yang langsung menyerang dirinya setelah ia membuka jendela kamarnya.

Fana menghirup udara pagi itu dalam-dalam. Menikmati udara sejuk itu dengan tenang.

"Tuhan, taman itu masih sama seperti kemarin, masih tetap dengan keindahannya. Terimakasih, karena kau aku masih bisa bernafas di pagi ini," ucap Fana dalam hatinya saat melihat taman perumahannya dari jendela.

Mata Fana belum beralih dari taman perumahannya. Masih asik menatap keseluruhan taman itu. Melihat kesibukan orang-orang sekitar perumahannya yang sedang berolahraga kecil disana.

Satu objek yang membuat matanya terpaku pada bangku taman. Bangku yang telah dijajah oleh seorang laki-laki yang sedang memejamkan matanya dengan kepala yang bersandar di sandaran bangku taman sambil mengarah ke atas langit. Fana menatap laki-laki itu dengan tersenyum miring. Aneh menurutnya. Laki-laki itu sama sekali tidak melakukan aktifitas olahraga.

"Dia masih ngantuk apa gimana ya?" tanya Fana ke dirinya sendiri.

Fana semakin memperhatikan laki-laki itu yang masih memejamkan mata. Fana baru sadar akan dua hal, laki-laki itu sedang memakai headset dan dahi laki-laki itu mengkerut seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Galau mungkin," ucapnya mengira-ngira. "Lucu juga," sambungnya lalu tertawa kecil.

"FANA!!! Bangun!! Katanya mau olahraga sepeda!" teriak Tere tiba-tiba sambil mengetuk-ngetuk kamar Fana.

Tawa Fana terhenti seketika karena perbuatan kakak perempuannya itu. Kakak satu-satunya yang Fana miliki.

Fana menoleh ke arah pintu sambil mendengus kesal. Lalu dengan malas ia berjalan ke arah pintu untuk membukanya.

"Nggak usah teriak bisa kali kak. Aku udah bangun dari tadi. Lagian kayak nggak tau aku aja sih. Aku kan selalu bangun pagi," ucap Fana mengomel setelah membuka pintunya.

Tere tersenyum melihat adiknya.

"Iya kakak tau, katanya kamu mau keliling naik sepeda. Mumpung masih pagi nih. Cepetan kamu cuci muka sana! Nggak usah mandi. Udah ditunggu Kak Erga didepan," ucap Tere sambil mendorong Fana pelan ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamar Fana.

"Duh iya kak, bawel banget kayak nenek-nenek," ucap Fana mencibir. "Oh iya bilang sama Kak Erga ya kak, tunggu aku aja lima menit. Bilang jangan tinggalin aku, kalo dia nggak nungguin nanti aku pecat jadi kakak ipar aku," sambungnya.

"Hush! Kamu itu jangan asal ngomong. Kakak nggak akan rela. Yaudah yang penting sekarang kamu buruan cuci muka sama gosok gigi gih!" ucap Tere dengan susah payah mendorong Fana ke kamar mandi.

Berhasil, Tere memasukkan adiknya itu ke dalam kamar mandi. Harus ada tenaga super ekstra memang untuk mendorong Fana, karena Fana dengan sengaja menolak dorongannya.

"Iya kak... dasar bawel!" ucap Fana berteriak saat dia sudah menapakkan kakinya di kamar mandi.

"Emang bawel, kalo nggak bawel bukan kakak kamu berarti!" balas Tere sambil menutup pintu kamar mandi Fana.

-----

"Udah siap nih si putri dari negri dongeng?" tanya Tere dengan logat candaannya sambil menyenggol lengan Fana.

"Udah dong!" seru Fana yang langsung naik sepedanya dan mulai mengayuh sepedanya dengan perlahan.

Dilewatinya taman yang ada didepan rumahnya. Mata Fana terarah pada bangku taman yang sedari tadi masih ada seorang laki-laki disana.

Fana menatap heran laki-laki itu. "Betah juga dia. Pasti tidur. Tapi tidur aja kok mikir ya?" ucap Fana berbicara sendiri. "Heran!"

"Fan!!! Awas depan kamu!" Seru Erga. Suami dari Tere. Sekaligus kakak ipar Fana.

Rainy TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang