Save 3#

2.3K 157 12
                                    

Srttt srttt

Suara semak semak yang bergesekan menimbulkan bunyi sangat panjang dan tiada hentinya membuktikan jika dia berjalan dihutan terlalu lama. Tidak tau apa dia sesat dihutan atau tidak.

Tidak lama kemudian dirinya telah keluar dari hutan dengan penuh kotoran dan ranting serta daun yang tertempel di tubuhnya namun ia tidak peduli, matanya terfokus kedepan tempat yang ia cari sudah ditemukan.

Tempat yang sudah lusuh dan tidak ada penghuni sama sekali dibuktikan lumut disana, terlihat menyeramkan apa lagi tidak ada lampu membuatnya mengambil sebuah lilin dari tas yang ia bawa.

"Sudah berubah..." Gumamnya berjalan masuk ketempat gelap ini dengan bantuan lilin untuk menerangi jalannya, tempat yang ia pernah kunjungi waktu kecil.

Bersama Thorn.

Ia berjalan sambil mejinjitkan kakinya sesekali melompat menghindari pecahan kaca jendela atau vas bunga bahkan sekali ia melompat dengan debu langsung beterbangan membuatnya terbatuk batuk, Gereja ini tidak terlalu gelap karena masih pagi dan cahayanya melewati jendela menerangi tempat ini.

"Ternyata kau balik lagi."

Solar membalikkan badannya melihat sok sok yang tidak asing baginya membuatnya tersenyum kecil sembari menurunkan waspadanya.

"Mana mungkin aku bisa melupakan tempat ini, Gem."

"Ya, Sudah 10 tahun ngak berjumpa." Kekeh Gempa sambil melihat penampilan teman kecilnya yang sudah berubah tidak seperti dulu, Pertama kali mereka bertemu ditempat ini bersama sahabat kecilnya.

"Mana Thorn? Dia selalu menempelmukan?" Gempa menyadari Thorn tidak bersama Solar, dalam jelas ingatannya kalau mereka berdua saling menempel dimana mereka pergi.

Solar mengangkat sebelah alisnya. "Kau ngira aku bisa bersamanya menempel 10 tahun?"

"Pasti ada masalah kalian berdua." Tebaknya sambil mengedikan kepala menyuruh Solar mengikutinya. "Karena kerajaan Dark."

"Kau... Tau?"

Gempa mengangguk. "Berita ini telah tersebar dan aku mendapatkan beritanya dari temanku." Kepakan sayap burung yang cukup mengejutkan Solar melihat ada burung yang sedang berdiam diatas rotan yang dibuat seperti ayunan.

"Tenang Earth, Dia temanku."

Burung itu yang tadi mengepakan sayap siap menyerang Solar kembali tenang ketika tuannya telah menjelaskannya, namun kedua mata tajam burung itu terus melirik Solar yang juga ikutan melihatnya hingga pandangan mereka bertemu.

Cie~ Cuma canda :)

"Teman? Kau... Bukannya tidak mau berteman dengan siapapun."

"Aku berteman dengan hewan, Tidak ada salahnya aku berteman dengan Earth." Tangan Gempa perlahan lahan keatas sambil mengerakan seperti lingkaran secara perlahan, Dengan kedua matanya menunjukan keseriusan. Tidak lama kemudian tempat ini dipenuhi lilin yang terletak dimana mana cukup mengangumkan Solar.

"Ini kekuatan alam, Kau tau?" Seringai Gempa berbalik badan membuat Solar berdecih.

"Jangan meremehkan aku."

"Ya, ya. Kau putra cahaya yang paling handsome dan jenius, dan menciptakan senjata atau barang baru yang tidak pernah ditemui." Dia memutar kedua bola matanya malas sambil memuji teman kecilnya, Sekali lagi burung miliknya berkicau kicau bergema ditempat ini membuatnya terdiam.

"Aku tidak punya waktu membahas diriku." Dirinya merasakan jika burung itu seakan akan mengingatkan tujuannya kesini. "Aku butuh bantuanmu."

"Menyelamatkan Thorn." Tebakan Gempa betul. "Aku tidak bisa meninggalkan tempat ini."

"Jadi aku harus bagaimana."

"Seharusnya menyelamatkan Thorn secara diam diam jangan sampai perang." Saran Gempa. "Dan aku harus memberitaumu sesuatu tentang Thorn yang kau belum tau."

.

.

.

"Hali benar benar menghajarku tanpa ampun di ranjang." Taufan meringis kesakitan membuatnya tertawa lebar lebar. "Jangan tertawa!"

"Ini balasan yang cocok kau mengejeknya." Senyum Solar yang berisi banyak arti didalamnya. "Bagaimana? Pasti enakkan?"

Taufan merona merah. "Pertanyaan apa ni?!"

"Jujur aja Fan, Aku tidak percaya jika Hali bakal memperkosa kau. Penampilannya memang tegas dan galak, Namun sama istrinya pasti lembut sih." Senyum senyum tanpa jelas, Taufan tersenyum pasrah sudah menebak jika jiwa fudanshi Solar telah muncul lagi.

"Jawab aku!"

"Ah! Kau datang kesini ngapain." Taufan mengalihkan topik pembicaraannya sebelum mendalami topik yang sudah cukup membuat Taufan malu setengah mati.

"Oh ya, Hampir lupa." Kekeh Solar pelan sambil menyodorkan sebuah gelas kecil berisi cairan aneh membuat dirinya bingung. "Aku butuh bantuanmu."

"Soalnya kau satu satunya kakak kandung Thorn yang terpisah."

.

.

.

"Pernikahan diadakan dua hari lagi, Putra." Bisik pelan prajuritnya yang berada disampingnya. Dark melihat Thorn yang terbaring lemah dilantai dilapisi karet dengan penuh luka baru. "Kenapa Putra tidak langsung bunuh dia aja?"

"Tidak." Dark membuang rotan yang penuh darah kesembarang arah melihat tunangannya yang nangis diam tidak ada suara sama sekali. Iris merah gelapnya menyala terang. "Kau tidak berpikir jika temannya akan diam diam menemuinya?"

"Apa lagi sahabat kecilnya... Solar yang akan menyelamatkannya."

Thorn membelakan matanya dengan penuh air mata membasahi karpet, Tetap melindungi dirinya jika Dark akan menyerangnya lagi. Dia tidak tau kenapa Dark akan tau jika Solar datang kesini.

"Lagi pula..." Dark menyeringai sambil memandang rendah arah Thorn yang sudah sedikit tenang. "Aku ingin membangkitkan sesuatu dalam dirinya."

"Kekuatan yang akan menghancurkan kerajaan Cahaya."

Tbc

:v

Let Me Be You[√]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα