Afraid 2#

2.9K 175 24
                                    

"Ini tempat apa Thorn?" Solar yang waktu kecil itu terdiam membiarkan sahabat kecilnya menarik tangannya dan menyeret kesuatu tempat. "Cantik."

"Ibuku bilang tempat ini Gereja." Thorn tetap tersenyum lalu memberhentikan langkahnya jika temat yang ia akan tunjukan kepada Solar telah sampai. "Ini tempat berdoa."

Dengan iris abu abunya bersinar cerah tertarik dengan gereja bisa dibilang kecil, Rak rak buku terletak banyak buku yang ia tebak adalah alkitab dan buku lagu lagu gereja. Dua patung burung merpati yang hampir menyentuh dinding langit sebagai hiasan bahkan ada tempat tangga jika dinaiki adalah sebuah panggung.

Tidak lupa ada patung seseorang disana dengan kedua tangan terbuka lebar seperti menyembah sesuatu.

"Katanya kalau kita berdoa dibulan ada warna merah total, Maka doa kita akan terkabul."

"Iyakah?" Solar semakin tertarik dengan perkataan Thorn, Waktu ini dia masih kecil dan ia mempercayai apapun yang dikatakan sahabat kecilnya. Tidak seperti dirinya yang sudah dewasa mempercayai hal logika saja.

"Kalau begitu aku ingin berdoa." Solar langkahkan kakinya perlahan lahan sambil berjalan mendekati patung besar itu "Thorn Ingin berdoa apa?"

"Kalau doain terkabul itu cuma sekali aja... Thorn maunya..." Thorn meletakan jari telunjuknya pada dagunya sambil tersenyum manis. "Thorn ingin bersama Solar selamanya."

.

.

.

Huh...

Ia menghela nafas perlahan, Tangannya bergerak menyentuh boneka kecil dan memainkannya sesekali menusuk boneka itu merasakan lembutnya kulit bonekanya. Iris hijau tuanya yang mengosong menandakan kebosanan yang terkurung dikamar tidak dibolehkan kemana mana.

"Hanya pernikahan aja sampai aku harus terkurung disini tidak boleh bertemu siapapun." Thorn tidak terima dirinya terkurung dikamar, Ingin sekali ia keluar dan bertemu dengan sahabat kecilnya. Namun ia tidak dibolehkan sama tunangannya... Ehem... Lebih tepatnya terpaksa.

Dirinya dijodohkan.

Dia tidak mau, Tidak ingin.

Dia lebih ingin bersama Sahabat kecilnya.

Tok tok

Suara ketukan jendela membuyarkan lamunannya membuatnya menoleh kearah jendela melihat sok sok seseorang yang ia kenali, Wajahnya yang murung menjadi sedikit ceria melihat kehadiran sahabat kecilnya. Tanpa basa basi ia langsung bergerak membuka jendelanya membiarkan Solar masuk.

"Hai Thorn." Solar yang terjongkok ketika melomat masuk dari jendela, Membutuhkan waktu untuk mengatur nafasnya mengingat ia memanjat tempat tinggi kekamar Thorn bisa dibilang tingginya mencapai 3 lantai. "Lama kita ngak berj-"

Thorn mendadak memeluknya membuat dirinya kehilangan keseimbangan dan terbaring dilantai dilapisi karpet, Kedua tangan Thorn memeluk leher Solar dan membenamkan wajahnya pada leher Solar yang putih mulus ini. Dirinya terkekeh pelan melihat sahabat kecilnya yang merindukan dirinya.

"Aku merindukanmu." Ia bisa mendengar suara bisikan Thorn yang cukup pelan dan kecil, Dia masih setia dalam posisi memeluk sahabat kecilnya tanpa melepaskannya.

"...Aku juga rindu denganmu." Solar mengecup dahi Thorn perlahan sambil perlahan lahan membangkitkan Thorn dan dalam posisi duduknya. Ia melihat sahabat kecilnya mulai dari atas kebawah dengan keadaan berantakan tidak menjaga kondisinya. "Kau membuatku khawatir." Tangannya terulur mengacak rambut Thorn pelan.

"Aku tersiksa dikurungan ini." Thorn menghela nafas melirik sekitar kamarnya. "Dia tidak mengizinkanku keluar dari kamar ini kecuali makan malam."

"Apa dia benaran serius cinta denganmu?" Ucapnya pelan mengelus sebelah tangan Thorn yang terkunci borgol. "Dia tidak ingin melepaskanmu."

"Yah." Kekeh Thorn pelan. "Dia seakan akan ingin menyiksaku."

"Aku tidak akan membiarkanmu tersiksa." Ucap Solar geram melihat tawaan Thorn yang seperti hati yang telah hancur, Layaknya seperti hancur harapan. "Aku akan membebaskanmu."

"Aku tidak ingin hanya aku kalian berdua berantam hingga perang dunia."

"Aku tidak peduli." Solar mengelus pipi Thorn dengan lembut, sedangkan lawannya justru menikmati sentuhan sahabatnya dengan tangannya terulur menahan tangan Solar agar tidak menjauh darinya. "Kau sahabat kecilku, kau adalah orang special bagiku."

Thorn tersenyum lembut mendengar ucapan Solar...

Sahabat ya...

Kau hanya menganggapku sahabat kecilmu, Solar?

.

.

.

"Sudah kuduga." Halilintar mengeram mendengar perkataan Solar mendengar kondisi Thorn. "Dia akan menghancurkan Thorn."

"Apa kau punya cara untuk membebaskan Thorn? Kau tau jika dia dijaga ketat apa lagi ada mata mata." Tidak ada kata salah dari Taufan, memang betul jika Thorn yang dibawa jagaan prajuritnya bahkan ada mata mata. Bahkan dirinya sebagai sahabat kecilnya tidak bisa bertemu dengannya akibat akan menghancurkan pernikahan mereka.

Ia merasakan bagaimana bosannya terus di kamar berhari hari tidak ada siapapun akan berbicara dengan Thorn, Mereka hanya memikirkan pernikahan tanpa ngangguan siapapun.

Solar menghela nafas melepaskan topinya menampilkan rambut coklat tuanya serta memiliki surai putih disana, Dia mengangkat satu tangannya mengacak pelan rambutnya. Sepertinya akan sulit untuk membawa Thorn kabur dari pernikahan, Selain mata mata akan melihat dirinya apa lagi akan membawa nama buruk kerajaan Cahaya serta kerajaan Nature.

"Mungkin aku akan mengamati pergerakan mereka dan waktu mereka lalu kita akan menyusun rencana sebelum hari pernikahannya."

"Kedengaran bagus... Apa cukup waktunya? Sisa tiga hari?"

"Aku... Tidak tau..." Ucapnya pelan sambil membenarkan kacamata visornya yang menurun kebawah. "Monga bisa..."

"Kalau gagal, Terpaksa kita menyerang mereka menghancurkan pernikahan mereka."

Tbc

Let Me Be You[√]Where stories live. Discover now