1. Merajut Harapan

8 0 0
                                    

Seutas harapanku akhirnya hilang juga. Telah kurajut dengan indah juntaian tali dengan warna yang indah dan senada. Telah kupilih tali-talian yang paling bagus diantara lainnya. Pilihanku tepat, tapi tidak selamanya tepat. Yang terkuat bisa saja menjadi yang terlemah. Yang terindah bisa saja menghilang bersama fartamorgana. Akankah ku menemukan seutas harapan yang kurajut tanpa takut hilang? Tidak.

Sepandai-pandainya diriku merajut, aku akan kehilangannya juga. Tuhan, kenapa kau buat ini tidak sepadan? Yang aku inginkan adalah seutas harapanku terkabul dengan baik. Kenapa Kau memilihnya untuk menghilang? Sedangkan disini aku sibuk memilih tali mana yang hendak ku gunakan. Tuhan, menurutku ini tidaklah sepadan.

Apakah Kau tahu? Kehilangan satu harapan yang telah ku agungkan sama seperti kehilangan separuh kehidupanku. Aku sudah berusaha sangat giat untuk melakukan yang terbaik. Tapi apa? Kenapa Kau ambil begitu saja?

Aku berusaha tidak menangisinya. Aku berusaha. Tapi setiap kali ku melihat bekas-bekas harapan itu, aku tidak kuasa menahan hasil emosiku. Aku tidak bisa menahannya. Bahkan aku ingin marah ke semua orang agar aku bisa mengambil harapanku kembali. Hingga tidak sadar aku banyak melukai orang lain. Tapi aku tetap berusaha mengambilnya.

Ikhlas? Yang benar saja, pasti tidak. Aku hanya mencoba tidak memikirkannya. Untuk ikhlas, itu berat. Aku masih belum menerima kehilangan harapanku yang sudah kutunggu-tunggu sejak lama. Aku rela meruntuhkan segala hal demi menemukan tali-tali yang ingin kurajut. Bahkan aku rela mengambil resiko untuk masuk kedalam jurang meski aku takut. Tapi aku memperjuangkannya. Aku tidak ikhlas.

Jika ini akhir yang Kau mau, sudahlah. Aku juga tidak bisa memaksamu untuk tidak mengambilnya. Kau pemilik semesta ini. Dan aku pemilik harapan besar itu. Ambillah. Ambil selagi aku bisa melepaskannya. Meski semua pelepasan selalu ada yang terurai deras. Ambil.

Mungkin aku yang salah. Oh iya, aku lupa. Aku melanggar norma yang ada. Aku melanggarnya. Iya, aku memilih satu tali yang telah Kau larang. Ternyata benar-benar aku yang salah. Selama aku merajut, aku hanya sedang mengakumulasi kesakitanku saat ditinggalkan. Semakin dalam akan semakin bertambah. Iya, aku lupa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 05, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Berci Abigail - Merajut HarapanWhere stories live. Discover now