Part 11

504 37 9
                                    


Jam 06.00 pagi, masih dengan hoodie hitam yang ia pakai semalam, Jisung keluar dari apartemen Renjun. Meninggalkan seniornya yang masih terlelap dengan sarapan yang sudah ia siapkan sebelum Ia beranjak pergi. Rasanya Ia ingin berada disisi sang pria mungil itu lebih lama, setidaknya sampai ia melihat senyumnya lagi. Tapi, mau bagaimana lagi Ia tidak mungkin mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang dokter.

Dengan langkah yang berat ia berjalan menuju lift. Berdiri dengan kedua tangan tenggelam  ke dalam kantung hoodienya.

Ting!

Ketika pintu lift terbuka,

Jantungnya langsung terpacu, wajahnya memerah karena darah yang terasa mendidih. Kedua tangan yang sudah keluar dari kantung hoodie itu terkepal kuat.

Jeno keluar dari pintu lift dan segera menahan tombol untuk menahan pintu lift tertutup. Jisung hanya bisa menatap Jeno dengan tatapan penuh amarah yang tertahan sedangkan Jeno terlihat datar benar-benar berbeda dengan emosi yang dirasakan Jisung.  Ia ingin sekali menghajarnya saat itu juga atau mencegahnya bertemu seniornya itu. Tapi ada yang menahannya. Ia sadar betul Ia hanya orang luar didalam hubungan mereka tapi bukan itu alasan utama yang menahannya.

"Apa yang sedang kau lakukan disini? Apa Renjun sudah pulang?", tanya Jeno datar seperti biasanya jika berbicara pada Jisung. Datar dan terkesan tak bersahabat.

Jisung mengangguk, Ia mencoba dengan segala daya upaya agar tidak mengeluarkan apapun dari mulutnya. Karena Ia tahu apapun itu yang keluar dari mulutnya saat ini tidak akan berakhir baik. Ia berusaha keras untuk tidak ikut campur masalah diantara keduanya.

Ia segera berjalan masuk lift sedangkan Jeno berjalan keluar melihat Jisung yang sedikit membungkuk sebelum pintu lift dihadapannya tertutup.

...

Saat Jisung berjalan menuju mobilnya Ia tak sengaja melihat mobil yang sudah familiar dimatanya. Langkahnya semakin cepat dengan tekanan darah yang seketika naik saat mengetahui ada sosok di dalam mobil tersebut.

Ia mengetuk kaca mobil itu dengan terburu dengan posisi yang jelas tak menampakkan keramahan.

Pria berambut pirang di dalam mobil menurunkan kaca mobilnya perlahan, menatap Jisung dengan santai.

" Kau Na Jaemin kan?, Bisakah kau keluar?"

Pria di dalam mobil hanya terlihat menyunggingkan sudut bibirnya, menatap pria jangkung yang terlihat marah itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.

" Hey! Apa kau takut?", tantang Jisung kesal, suaranya yang biasa terdengar rendah dan halus berubah samasekali.
....

Na Jaemin, pria berambut pirang itu keluar dari mobilnya dengan tenang.

Ia berdiri bersandar di mobilnya sambil melipat tangannya di dada menaikkan satu alisnya menatap sinis Jisung yang sudah dikuasai amarah.

" Silahkan, katakan apa yang ingin kau tanyakan padaku?", tanya Jaemin terdengar santai.

" Sebenarnya apa hubunganmu dengan senior Jeno?", tanya Jisung mencoba mengatur nada bicaranya senormal mungkin.

" Aku dan Jeno? Kami teman sekantor...", jawab Jaemin masih dengan nada yang sama.

" Apa kau mencoba bercanda denganku?", Jisung mendengus kesal sedangkan pria di hadapannya justru menyunggingkan senyum seringai melihat reaksi Jisung.

" Masalahnya aku tidak merasa memiliki alasan untuk memberikan informasi apapun padamu..." jawab Jaemin arogan.

" Apa yang sedang kau sembunyikan?", kini nada suara Jisung mulai berubah, ia mulai kehilangan kontrolnya.

" Tidak ada... tidak ada yang aku sembunyikan untuk kau ketahui." Jawab Jaemin santai menatap Jisung tepat di kedua bola matanya. Ia menurunkan kedua bola matanya untuk melihat tangan Jisung yang terkepal kuat. Lalu kembali tersenyum dan menempatkan lagi pandangannya pada wajah pria jangkung itu.

" Sepertinya tidak ada gunanya aku bertanya padamu, aku sudah cukup tahu dengan hanya melihatmu saja", kesabaran Jisung sudah habis. Tapi Ia tidak mau memukul orang pagi ini, Ia ada tugas jaga.  Jisung berdecih sebelum membalikkan badannya berjalan meninggalkan pria berambut pirang itu. Ia pikir tak ada gunanya bertanya pada pria seperti Jaemin karena apa yang dikatakannya pasti akan berakhir dengan omong kosong.

" Jika kau sangat ingin tahu...",

langkah Jisung terhenti,

"Kami dulu pernah punya hubungan yang serius... "

Jisung terhenyak sejenak mendengar jawaban Jaemin itu. Ia membalikkan badannya untuk menemui sosok Jaemin yang masih berdiri bersandar di mobilnya dengan wajah menantang. Ia dibuat tak bisa apa-apa dengan pernyataan Jaemin. Pikirannya langsung melayang.

Seketika wajah Renjun dan segala peristiwa yang berhubungan dengan pria di hadapannya itu muncul dalam pikirannya.

" dan Renjun menghancurkannya, aku hanya ingin hubungan itu kembali...".

omong kosong.

.

.

.


" Menurutmu berapa lama lagi kita bisa bersama?"

" Huang Renjun."

" Aku rasa ... "

" Huang Renjun! ... aku cuma ingin kamu saja untukku..."

"  Lebih baik kita putus..."

................................................................................................

ahoy lah...

finally update, setelah deadline-deadline satu persatu mulai selesai...

walaupun muncul deadline baru...hehe

Tapi, kayaknya bisa update cepet lagi...

enjoy reading...





RestlessWhere stories live. Discover now