Part 9

400 37 1
                                    

Sejak Jeno akhirnya menjadi leader untuk proyek peningkatan keamanan siber untuk salah satu perusahaan penting negara Ia menjadi sangat sibuk. Ini tugas pertamanya sebagai leader sejak ia mulai bekerja di perusahaan itu, sehingga ia ingin segera menunjukkan kemampuannya. Ditambah ia adalah orang yang perfeksionis.

Pekerjaannya yang tidak terbatas waktu dan tempat. Kondisi tidak saling bertemu walau satu atap pun kembali terjadi namun, kali ini Jeno lah yang menjadi sulit ditemui.

Walaupun Ia bertemu Renjun di apartemen mereka, Ia tidak bisa memberikan perhatiannya pada Renjun dan selalu terikat pada ponselnya. Hal itu membuatnya memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya ditempat lain beberapa kali. Termasuk di tempat Jaemin.

...

Renjun tahu tentang Jeno yang menghabiskan waktu bekerja dengan Jaemin, di tempat Jaemin. Renjun mengijinkannya, karena mereka selalu bekerja sebagai tim. Walaupun tidak bisa dipungkiri sejak Jeno memeritahukan kabar ia akhirnya menjadi Leader untuk suatu proyek yang penting dan Jaemin akan bergabung bersamanya, Renjun merasa sangat tidak nyaman. Tapi, tentu saja ia menyembunyikannya. Ia tidak mau merusak euforia yang sedang dirasakan orang terkasihnya itu dengan yang Ia anggap perasaan egoisnya.
...

Pagi itu Jeno tiba di apartemennya diantar menggunakan mobil milik Jaemin setelah lembur di tempatnya. Seperti biasa Jaemin mengantarnya hingga parkir basement dekat dengan lift masuk apartemen.
.

" Aku rasa kau harus banyak istirahat, kau terlihat sangat Lelah... kau bisa tumbang jika tidak segera istirahat...", ucap Jaemin khawatir .

" Semua tugas proyek ini menyita pikiranku... tapi, aku masih belum bisa istirahat...banyak yang harus aku lakukan agar proyek ini sukses...", Jeno terdengar diantara frustrasi dan semangat.

Jaemin terkekeh dan menggelengkan kepalanya.

" Dasar si tuan sempurna... tidak salah jika proyek penting ini diserahkan padamu..."

" aku bisa percaya diri di proyek ini juga berkat bantuanmu... terimakasih ya...", Jeno tersenyum dan menatap Jaemin. Tatapan yang menunjukkan kesungguhan akan ucapannya.

Dan tatapan itu seakan mengunci mata Jaemin. Merekapun saling bertatap untuk beberapa waktu sebelum akhirnya Jeno dibuat terbelalak ketika Jaemin tiba-tiba mengecup bibirnya. Sebuah kecupan singkat yang diartikan keduanya sebagai sesuatu yang berbeda.

" aku hanya menyukai senyummu...",
Ucap Jaemin terdengar santai. Seperti yang selalu Ia lakukan.

" Jaem, tolong jangan lakukan itu lagi...", tegur Jeno lembut.

Bagi Jaemin, kecupan itu adalah awal dan bagi Jeno kecupan itu ... tak berarti.

.

Ting!, suara lift terbuka kemudian seorang pria keluar dari lift itu. Langkahnya terhenti beberapa saat,  kemudian dengan cepat memutar balik kearah lift. Ia menekan tombol didalam lift itu dengan tangan yang gemetar, dan mata yang mulai berair.
Sekuat tenaga Ia menahan agar air mata tak jatuh dari pipinya.
.

Fakta bahwa Jaemin adalah mantan Jeno adalah yang membuat Renjun seakan ditusuk dengan paku yang panjang dari belakang dan oksigen disekelilingnya seperti mendadak menghilang membuatnya seperti tercekik.

...

" Sayang, kau masih di sini? Apa kau tidak ada jadwal?", tanya Jeno tidak mengetahui apa yang sedang terjadi.

Renjun melihat kearah Jeno dengan iris yang bergetar yang tak cukup tertangkap oleh mata Jeno tanpa kaca matanya.

" eum... se-sebentar lagi aku berangkat, a-aku...mau buat kopi dulu... kamu mau?", Renjun terbata lalu buru-buru melepas kontak mata dengan Jeno dan berjalan menuju dapur.

" tidak...", jawab Jeno datar.

...

Jisung-ah, aku pinjam apartemenmu ya... -Renjun-

.

Aku sudah didalam... - Renjun-

...

" hyung...", Panggil Jisung dengan suara yang cukup pelan. Ia terhenyak sejenak tatkala melihat wajah Renjun yang sedang tertidur di sofa.

Jisung mencoba mambangunkan Renjun yang tertidur di sofa, raut wajahnya jelas menunjukkan bahwa ia khawatir. Ia dapat melihat jejak air mata yang tertinggal di pipi seniornya itu. Ia pasti menangis sampai ketiduran, pikirnya. Jisung memang setengah hati membangunkan hyungnya, hanya dua kali memanggil namanya dan memegang pundaknya, ia langsung menyerah.

.

Jisung lantas langsung menuju kamar mandi, mengganti bajunya dengan kaos abu-abu gelap dan celana putih pendek selutut. Ia lapar, biasanya ia membeli makan atau numpang makan di tempat Renjun, dia tidak pernah memasak makanannya sendiri. tepatnya, dia tidak bisa masak. Ia berencana untuk memesan makanan saja untuk malam ini. Ia hanya membuat teh hangat lalu kemudian duduk di kursi sebelah sofa Renjun, menunggunya bangun.

.

Tak berapa lama Renjun mulai terbangun, matanya sulit terbuka. Mungkin karena sembab, Ia benar-benar tidak tahu kalau ia ketiduran.

" hyung, kau sudah bangun??", tanya Jisung dengan suaranya yang berat.

" mataku...", keluh Renjun dengan suara parau.

" aku siapkan kompresan ya...",

.

Jisung menarik bahu Renjun agar dapat duduk bersandar dan menempelkan kapas yang dingin dikedua mata Renjun yang sembab lalu kembali duduk disebelahnya.

" Hyung kau mau makan apa? kita pesan makanan saja ya..."

" terserah kau saja, kau yang paling tahu...",

...

selama makan, Renjun terus memandang Jisung penasaran. Ia menantikan sesuatu yang ingin ia dengar dari Jisung. Tapi, Jisung terlihat datar dan biasa saja, hal itu justru membuat Renjun semakin bingung.

" Jisung-ah...kau tidak ingin mengatakan atau menanyakan sesuatu padaku?",

" eum...menanyakan apa?, oh, kau ada jadwal operasi??", Jisung benar-benar terdengar normal dan tak bereaksi.

" tidak ada..", jawab Renjun cepat, Ia masih heran mengapa Jisung tidak menanyakannya apa-apa,

" benarkah tidak ada yang ingin kau tanyakan??", Renjun bertanya sekali lagi. Renjun benar-benar bingung, ia mengernyitkan dahinya ia terlihat seperti tak habis fikir dengan respon Jisung.

" menanyakan apa hyung?", Jisung tertawa kecil. tawa palsu. Iya, dia ingin bertanya, banyak hal. Tapi ia mencoba menahannya untuk menghindari sesuatu.

"seperti... kapan aku akan pulang? berapa lama lagi aku disini? Bukannya, kau seharusnya menanyakan itu? "

" untuk apa?"

" aku sama sekali tidak mengharapkan kau pergi... aku bahagia kau ada disini...",

Senyum hangat yang dikembangkan pria jangkung itu sukses membuat pria dihadapannya tersipu dengan pipi yang merona.

...

" Renjun... memiliki hubungan yang lebih daripada sekedar rekan atau junior-senior dengan Jisung...

Ia... berselingkuh..."

........................................................

Another chapt? Yes!
Revise later?  Yes!!

Actually this is a draft...
But idk how's life gonna take me next...
So, yeah... Here it is...



RestlessWhere stories live. Discover now