Untungnya suasana sekolah sudah sepi, taman belakang menjadi pilihan mereka untuk berbincang.

"Tunangan gue hikss ... hiks ...." ucap cewek itu disela tangisnya yang mulai reda.

Reina terkejut akan perkataan cewek tersebut, yang benar saja masih kelas sebelas tapi sudah tunangan.

"Nanda kecelakaan hiks ... hiks ...." Ucapnya sembari melepaskan pelukannya.

Reina ikut perihatin melihat keadaan cewek tersebut. "Gue gak tau harus gimana, sekarang gimana keadaan Nanda?" tanya Reina hati-hati.

"Nyokapnya bilang Nanda gak bisa diselamatkan, benturan di kepalanya menyebabkan pendarahan hebat," cewek tersebut kembali menangis.

Reina kembali memeluk cewek tersebut kala air matanya kembali meluruh.

"Nanda teman gue dari kecil, kita udah biasa berdua. Kenapa sekarang Tuhan ngambil Nanda dengan cara gini? Oowh atau gue mati aja ya biar bisa sama Nanda terus," cewek itu tersenyum kecut.

Reina langsung melepaskan pelukannya kala cewek itu mengatakan hal yang gila."Lo gilak ya! Jangan karena ini lo mau bunuh diri lo. Tuhan itu sayang sama Nanda, itu sebabnya Tuhan ambil dia lebih cepat. Ingat! masa depan lo masih panjang, lo pikir dengan bunuh diri bisa ngembalikan keadaan seperti sebelumnya? Enggak sama sekali, itu sama aja lo ngebuat Nanda ngerasa bersalah karena udah ninggalin lo. Lo, harus lanjutin hidup lo, sekarang gue antar lo pulang. Pasti Nanda pengen lihat lo hadir dipemakamannya," ucap Reina.

Reina yang sebelumnya sudah memesan taxi online membawa cewek tersebut ke depan gerbang sekolah.

"Gue Reina, sekarang kita teman ya!" pintah Reina.

Cewek tersebut tersenyum hangat. "Gue Aulia, terima kasih. Gue gak tau lagi kalau tadi lo gak datang hidup gue bakal gimana."

***

Sesampainya mereka di kediaman Nanda, suasana sudah tampak ramai. Melihat dari banyak remaja yang datang, bisa dipastikan jika kebanyakan dari mereka teman Nanda yang merupakan mahasiswa di salah satu universitas terkenal di Jakarta. Reina terus berada disamping Aulia, ia takut jika sewaktu- waktu temannya itu pingsan.

Tak lama, seorang wanita paruh baya memeluk Aulia sembari menangis. Reina yakin itu adalah orang tua Nanda.

"Lia hiks ... hiks ... maafin Mama ya sayang. Mama gak tau kalau kejadiannya bakal seperti ini. Seharusnya, Mama gak ngizinin Nanda buat nyusul Papa. Mama nyesel Lia," ucap mama Nanda dengan pilu.

"Ma, ini gak salah Mama, ini udah kehendak Tuhan. Kita serahkan semuanya sama Yang Kuasa ya Ma," ia juga harus menenangkan Mama Nanda. Ia tak boleh sedih, jika ia bersedih, lantas siapa yang akan menguatkan Mama nya Nanda.

Sehabis Dzuhur, jenazah Nanda pun dikebumikan. Reina pamit untuk pulang, sebenarnya ia ingin tinggal disini untuk menemani Aulia namun ia belum pamit pada Mama nya.

Sementara disalin sisi, seorang remaja lelaki tak habis nya ia mondar-mandir di balkon kamarnya. Lelaki tersebut bingung harus mencari kemana lagi, bahkan ponselnya saja tidak aktif.

Tak jauh dari lelaki itu, remaja yang satu lagi malah terlihat kesal. "Segitu sayang nya lo sama dia?" tanya remaja tersebut dengan tertawa.

Long Distance RelationshipWhere stories live. Discover now