F I F T Y S I X T H ; Run Away

Zacznij od początku
                                    

Mereka masuk ke kerumunan makhluk-makhluk lain yang cukup padat. Aristides berdecak pelan, lalu mengulurkan tangan ke belakang. “Pegang tanganku.”

Kening Aristides mengernyit samar begitu merasa ada yang aneh dengan tangan Oline. Namun ia tidak memperdulikannya dan membawa gadis itu pergi ke tempat yang lebih sepi.

***

Sekali lagi gadis itu menoleh ke belakang, seolah memastikan bahwa sesuatu tidak mengejarnya dari belakang. Beberapa kali ia menabrak pundak para tamu. Peluh membanjiri pelipisnya. Udara dingin tidak membantu menetralisasi rasa panas yang menyergap tubuhnya. Jantungnya terus berdegup kencang, disertai deru napas yang tak beraturan.

Merasa lebih aman, gadis itu berhenti melangkah. Di luar istana dipenuhi masyarakat yang ikut memeriahkan pesta ini.

Rasa takut menjalar di benaknya. Bagaimana kalau dia menemukanku? Apakah dia akan menyiksaku atau malah membunuhku?

Berulang kali pula ia menenangkan diri. “Oline, kau akan selamat.” lirihnya pelan. Matanya berpedar ke sekeliling dengan siaga, namun atensinya malah terpusat pada seseorang yang juga mematung melihatnya. Jarak cukup jauh, namun ia dapat melihat sosok itu dengan jelas.

Jantung Oline berdetak kencang. Matanya memanas, namun ia tidak akan menangis sekarang. Maniknya terus beradu dengan iris mata abu-abu sosok itu, hingga sosok itu tiba-tiba menoleh ke belakang saat seseorang menepuk pundaknya.

Dengan cepat Oline berlari, dia harus segera pergi dari wilayah ini! Ia melewati taman yang sepi, namun kakinya tersandung sebuah batu. Hampir saja dirinya jatuh, jika saja sebuah tangan tidak menangkap pinggangnya dengan cepat.

“Kau tidak apa-apa?” Sosok yang menyelamatkannya menatapnya lekat. “Kau tidak apa-apa, Oline?”

Mata Oline terbuka lebar. “K-kau ...”

Senyuman sosok itu terbit. Ia membantu Oline berdiri dengan tegak, sembari merapikan rambut yang menutupi wajah gadis itu. “Aku kira salah mengenali orang, tetapi ternyata tidak.”

“A-apa yang kau lakukan di sini?”

“Tentu saja menghadiri pesta.” Sosok itu menatap Oline lembut. “Harusnya aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau tidak pernah terlihat? Sebenarnya di mana kau berada selama ini?”

“Aku ... pulang.” Oline terhenyak beberapa saat. “Mm, kau tahu berapa lama aku pergi?”

“Apa? Kau yakin bertanya tentang hal itu?” Pria itu menatapnya tidak percaya. “Kau tidak pernah muncul selama 20 tahun. Ke mana saja kau?”

“Aku pulang,”

“Pulang ke kaum manusia tapi tidak pernah bisa terdeteksi? Kau bersungguh-sungguh?”

Oline menghela napas pelan. “Apakah aku terlihat tidak bersungguh-sungguh, Alardo?”

Alardo terdiam sesaat ketika namanya meluncur dari mulut Oline. Ia mengulas senyum, lalu mengelus kepala Oline lembut. “Aku percaya. Lagi pula, kau tampak serasi dengan Raja Vampire baru itu.”

Jantung Oline terasa seperti tersengat. Raja vampire? Aristides? Oline terbelalak. Bagaimana bisa ia melupakannya?

“A-aku harus pergi sekarang.” Tanpa sempat Alardo cegah, Oline kembali berlari.

Senyuman lembut Alardo luntur ketika mendengar gerisik dari arah jauh. Ia menyeringai tipis. “Waktunya bersenang-senang.”

Di sisi lain, Aristides yang sudah menyadari Oline menghilang segera menyuruh bawahannya berpencar di seluruh wilayah kerajaan Herodias untuk menemukan gadis itu. Tak tanggung-tanggung, perempuan yang ia kira Oline menjadi lampiasan karena berhasil mengelabuhinya.

Ia mengepalkan tangannya kuat. Pikirannya berkecambuk. Berbagai macam hukuman telah bersarang di kepalanya. Apa pun yang terjadi, gadis itu harus menerima hukuman karena telah berani pergi darinya!

***

Oline sesekali berbalik ke belakang, lagi-lagi memastikan tidak ada sesuatu yang mengikuti. Hutan lebat yang tengah ia lewati ini begitu sunyi dan gelap. Hanya sinar rembulan yang membantunya melihat apa yang ada di depan sana.

Beberapa kali kakinya tergelincir. Ia menghentikan lariannya. Dengan cepat melepaskan high heels setinggi 5 cm yang membuatnya kesusahan, lalu kembali berlari.

Oline mengangkat gaun bagian bawahnya tinggi, sehingga ia dapat berlari secepat mungkin.

Srak srak

Gerisik dedaunan terdengar. Alarm bahaya di dalam benak Oline berbunyi. Dia yakin, dirinya saat ini sudah berada di ambang hidup dan mati.

Sesuatu melintas di belakangnya. Namun Oline tidak menghentikan lariannya. Hanya doa dan harapan yang bisa dia panjatkan dalam hati.

Tiba-tiba Oline terguling ke depan. Sesuatu itu telah mencakar punggungnya. Gaun bagian punggungnya tersobek dan memperlihatkan luka yang terbuka.

“Akh,” Oline meringis pelan.

Beberapa makhluk bermata merah berdiri tak jauh di depannya. Mata mereka menatapnya nyalang, kulit putih pucat dan kantung mata yang hitam membuat Oline dapat menebak siapa mereka. Bawahan Aristides.

“Jangan melawan jika kau masih ingin bernapas.” Salah satu di antaranya berbicara sembari mendekat.

Oline memejamkan matanya, punggungnya benar-benar terasa menyakitkan. Matanya juga terasa berat.

Scrak scrak scrak

Tap.. tap..

Suara bising itu mengembalikan kesadaran Oline. Melawan rasa kantuknya, Oline kembali membuka mata. Beberapa tubuh sudah tergeletak di bawah tanah. Sepasang kaki berada tepat di depannya. Kemudian sosok yang berdiri di hadapannya menekuk lutut sehingga Oline dapat melihat jelas wajahnya.

“Ikutlah denganku.” Tawarnya sambil mengulurkan tangan. Oline tersenyum lemah lalu berusaha menggapai tangan itu. Dan setelahnya, gelap menyelimuti pandangannya.

 Dan setelahnya, gelap menyelimuti pandangannya

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

February 29, 2020.

A/N :

Sebagai akhir Februari 2020, aku update!

Kutunggu 1k vote dan 600 comments untuk part lanjutan. Gak pa-pa ya naik sedikit.

Setelah target terpenuhi, hari berikutnya aku update! (Misalnya ya, besok target terpenuhi, lusa aku update)

See you!

Prince in a Dream ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz