Chapter 09: That's Enough For Two Tough Years

Mulai dari awal
                                        

Ya, Taeyong marah. Ia kesal. Ia emosi. Tapi ia sendiri pun tidak tahu alasan dibalik perasaannya itu.

Artisnya sudah kerap kali disudutkan oleh pihak lain, namun Taeyong hanya akan langsung bertindak untuk meluruskan permasalahan tanpa konflik batin berkepanjangan. Tapi yang satu ini berbeda. Ia sangat kesal dengan lelaki tinggi dihadapannya.

"Taeyong jangan diam saja." Jaehyun memelas. "Maafkan aku. Kumohon?" Ia menautkan jemari di depan dada dengan raut penyesalan.

Melihat hal itu membuat Taeyong mendengus. Ada yang aneh dengan sang wakil CEO J Nations, pikirnya.

Di kantor tadi, saat membela penyanyi bernama Kim Doyoung, Jaehyun terlihat sangat dewasa, dingin dan tegas. Namun kini, si lelaki berlesung pipi justru mampu melakukan aegyeo dan bertingkah layaknya Jaehyun yang ia kenali saat masih di sekolah menengah. Jaehyun yang selalu ia panggil bayi besarnya.

"Apa kau berkepribadian ganda, huh?" Taeyong menautkan alisnya lalu melipat lengan. "Sikapmu pagi tadi dan saat ini sangat berbeda." Ia menyeringai.

"Oh? Atau jangan-jangan sikapmu di kantorku tadi hanya topeng agar penyanyi bernama Kim Doyoung itu semakin mengangumi mu, Jaehyun-ssi?" Sambung Taeyong penuh penekanan.

Menjatuhkan pundak, Jaehyun hendak meraih jemari sosok yang masih ia anggap kekasihnya. Namun sang empu lantas menghindar hingga ia hanya mampu menghela napas pelan.

"Tidak, Taeyong." Jawab Jaehyun. "Sikapku pagi tadi adalah diriku. Tapi bukankah setiap manusia juga memiliki sikap yang hanya akan mereka tunjukkan pada orang tercintanya?"

Oh, apa itu artinya kau mencintai Doyoung? Batin Taeyong.

"Aku mencintaimu." Ucap Jaehyun seolah ia bisa membaca pikiran lelaki manis dihadapannya. "Jadi wajar bukan, jika sikapku di depan orang lain dan di depanmu berbeda?"

Taeyong pun dibuat terbelalak olehnya. Bagaimana bisa dia membaca isi hati seseorang? Pikir Taeyong.

"Berhentilah membual dan beri aku jalan." Taeyong menarik jaket Jaehyun, namun sang wakil CEO J Nations tidak bergeming. Ia lantas mendengus. "Apa aku harus memukuli wajahmu terlebih dahulu, Jung Jaehyun?"

"Apa kau tega memukuli kekasihmu?"

"Aku bukan kekasihmu."

"Tapi pagi tadi kau berkata jika kau masih menganggap ku kekasihmu."

Jaehyun meraih jemari Taeyong, menggenggamnya erat. "Maafkan aku, Taeyong. Aku berjanji tidak akan datang ke kantor mu lagi tanpa memberitahumu terlebih dahulu."

Tidak, Jaehyun. Bukan itu.

Taeyong buru-buru menipis tangan si lelaki berlesung pipi. "Aku tidak mengingat jika aku pernah mengatakan hal itu."

"Pagi tadi kita berciuman."

"Itu... Ketidaksengajaan. Aku hanya terbawa suasana."

Taeyong berdeham. "Minggirlah! Aku ingin masuk ke mobil ku lalu pulang ke rumah Ayahku." Ia tiba-tiba salah tingkah.

Namun yang dikatakannya sama sekali bukan bualan. Sebelum berangkat ke Jepang siang tadi, sang Ayah menitip pesan agar ia pulang ke rumah. Menemui dan menemani Ibu tirinya yang hanya ditemani asisten rumah tangga mereka.

Jaehyun mendesis. "Bolehkah kita makan bersama dulu sebelum kau pulang ke rumahmu?"

"Aku tidak tertarik."

"Ayolah, Tae." Jaehyun kembali memelas. Ia lantas menggenggam erat jemari si lelaki manis lalu menggoyangkan lengan mereka ke kiri dan ke kanan. "Aku sangat lapar. Aku belum makan apa-apa sejak siang tadi."

Hidden | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang