Kubalut Luka Lama Saat Kau Pargi (Part 3)

128 15 4
                                    

Sebelumnya

"Kalo emang kamu nggak bisa, kita bisa cari vokalis lain. Nggak usah maksain." Sambung Jeje dengan memegang bahu Gaby.

"Kalo aku boleh tanya, kenapa kalian nawarin aku buat jadi vokalisnya? Kenapa nggak Shania atau Kak Ayana? Atau kalian bisa bikin pamflat trus di tempel di mading sekolahan?" Tutur Gaby bertanya dengan raut yang sangat serius. "Bukan semata – mata karena Nabill sama aku dulu pernah deket kan?"

~

Boby, mata tajam Gaby tertuju padanya, karena ia yakin ada maksud yang lain dari Boby.

"Gini, Gab! Biar aku yang jelasin biar kamu percaya ya... jadi pertama kenapa nggak aku sama Shania? Karena jujur aku nggak bisa nyanyi, juga bentar lagi aku sibuk masalah ujian – ujian, kalo Shania nggak di izinin sama Boby, nah kalo kita nyari orang lain, aku yakin bakal banyak yang daftar, tapi aku yakin mereka daftar buat bener – bener jadi vokalis, tapi mungkin Cuma pengen deket sama Nabill atau salah satu dari mereka." Tutur Ayana dengan mata yang meyakinkan Gaby.

"Emang harus cewek?" tanya Gaby kembali.

"iya karena Band kita ingin bertemakan duet indie, Gab." Kini Nabill yang menjawabnya. "Kamu sebagai vokalis utamanya, terus aku di side vokalnya."

"Oke, aku usahain buat kasih yang terbaik yang aku bisa, kita berjuang bareng – bareng."Ujar Gaby dengan tersenum. "Eh, tapi kalian udah bikin nama Bandnya?"

"Udah, namanya USR artinya Ultimate Street Rock." Ujar Nabill dengan bangga.

"Filosofinya apa?:" lagi Gaby bertanya.

"Nggak ada, gue ngasal aja tadi lagi buka software editing, trus paduin tiga huruf itu, fikir gue bagus juga kalo singkatannya itu."

"Maaf ya Bill, tapi menurut aku itu terlalu kampungan Bill. Nggak usah ke-barat – baratan. Yang paling utama unik."Ujar Gaby dengan sangat hati – hati.

"oke, tapi terus mau apa?" tanya Nabill yang menerima juga memeng dirinya merasa ganjal dengan nama itu.

"Gimana kalo Sambel, sambel band hahahahaha..." celetuk Jeje yang juga mengundang gelak tawa Nabill dan Boby. Namun para wanita hanya menatap malas pada ketiganya.

"Ayana..." gumam Jeje kembali setelah berhasil meredakan tawanya.

"Kenapa?" jawab Ayana.

"Ayana itu kalo di artikan dalam bahasa sunda berarti 'Adanya'. Begini adanya sama dengan 'Kieu Ayana'gimana kalo nama band Kita Ayana, yang maksudnya ya kita nggak muluk – muluk, Cuma segini adanya. Gimana?" usul Jeje yang tengah di pertimbangkan teman – temannya.

"Nah, kan? Loe liat sendiri... tiap apa – apa pasti jawabannya Ayana, yakan Bill?" ujar Boby yang menatap Jeje dengan tatapan mengejeknya.

"Bagus sih, Cuma kalo Ayana kesannya kayak Solo, bukan grup. Soalnya ada kan artis korea namanya Ayana Moon, aku nggak maksud ngejelekin nama Ayana, kalo dari filosofi, bagus. Tapi kurang pas kalo kita pake di nama grup." Tutur Gaby. Yang diangguki keduanya.

"ya terus kita mau..."

"Newbie..." potong Gaby saat Nabill mulai frustasi.

"Newbie?" gumam Jeje dan Boby.

"Kita kan sama – sama belajar dari awal, nggak ada yang ahli di bidang yang kita pegang di Band ini, Nabill, kamu udah lancar banget main gitar clean atau destroin? Nggak kan? Jeje, udah ahli main drumm? Nggak juga kan? Apalagi Boby? Yang aku tau dari dulu dia nggak pernah pegang alat musik apapun. Terus aku, aku bisa nyanyi, tapi nggak terlalu mendalami tentang teknik vokal. Jadi kita bener bener baru, dari nol, nggak ada yang ahli dalam alat musik, tapi kita bakal buktiin sama dunia, kalo yang baru itu lebih segar daripada yang lama. Gimana bagus kan filosofi aku?" tutur Gaby.

"Newbie, gimana kalo kita plesetin lagi jadi Nu-Bee, ya gue sih nggak ada filosofi apa – apa, Cuma kalo newbie kan udah terlalu aminstream, terus mereka pasti udah banyak yang tau apa arti katanya, nah kalo kita plesetin kan pasti banyak yang penasara, terlebih lagi kan ada aliran musik Nu-metal. Ya tapi, nggak semata – mata

nama band kita Nu-Bee, kita bawainnya aliran Nu-metal juga." Tutur Nabill." Tutur Nabill yang kali ini disetujui teman – temannya.

"Oke, fixs ya, Nu-Bee. Formasi tetep kita, Nabill Gitar side vokal, Boby Bass, Aku di Vokal sama Jeje di Drumm. Trus sekarang masalah lagu?" ujar Gaby kembali seolah tak habis – habis pertanyaan dalam otaknya.

"Untuk sekarang, sembari kita lancarin, kita latihan pake lagu – lagu orang aja, tapi yang sealiran sama kita. Nah nanti kalo udah lancar kita coba ubah arangemen lagu dari yang melow jadi rock, baru deh kalo band kita udah terkenal, kita bikin lagu sendiri, tapi inget yah perjanjian kita, band kita Cuma ngisi acara acara off-air, nggak boleh sampe ada acara tv." Ujar Nabill dengan perkataan yang cukup ditegaskan, dan tak ada yang membantah perkataannya.

"Yaudah, rundingan sekarang segini aja, selanjutnya kita latihan."

"Pala loe latihan, ini gue ajarin dulu gimana maininnya, ini kenapa gak ada suaranya?" Potong Boby dengan memegang Bass yang telah Nabill sediakan untuk bandnya.

"Yaiyalah kagak ada sauaranya, blom loe colokin..." Ujar Jeje dengan mengambil kabel untuk soundnya.

"Jadi ini tangan loe gini..." Jeje menjelaskan cara dasarnya terlebih dahulu pada Boby bagaimana bass bisa dimainkan dengan benar untuk mengikuti sebuah lagu.

Sedangkan disisi lain, Nabill dan Gaby tengah mencoba memainkan sebuah lagu.

Ayana yang merasa bosan hanya memainkan handphonenya berinisiatif untuk mengajak Shania yang juga terlihat bosan untuk membeli beberapa cemilan yang tidak terlalu jauh dari kontrakan yang telah di sulap sedemikian rupa menjadi sebuah studio kecil oleh Nabill.

"Shan, anterin kedepan bentar, yuk!" Ajak Ayana yang langsung diangguki oleh Shania.

"Eh, kalian mau pada kemana?" tanya Gaby yang melihat keduanya hendak membuka pintu.

"Gue kedepan bentar, udah kalian lanjutin aja." Balas Ayana yang diangguki oleh empat orang yang kini kembali disibukan kegiatannya masing masing.

Sesampainya Ayana di depan mini market yang cukup jauh dari tempat Nabill, keduanya turun dari mobil yang Ayana kendari.

"Padahal tadi kan ada indo di sana, kak! Kenapa jauh – jauh kesini?" tanya Shania yang terheran menatap Ayana.

"Gue mau beli kue, loe gak tau kalo hari ini Jeje ulang tahun?" ujar Ayana dengan tersenyum.

"Pantesan ngajak gue, eh tapi jangan lama – lama ya, kak! Kasian Gaby kita tinggalin sama cowok – cowok." Ujar Shania dengan mengangguk mengerti.

"Nggak koq, tenang aja." Balas Ayana, keduanya berjalan masuk ke minimarket di depannya yang terlihat cukup ramai.

"Mbak, saya mau ambil pesanan saya yang kemarin." Ujar Ayana saat sampai di hadapan sebuah kasir.

"Maaf kak, boleh saya lihat bukti pembayarannya." Balas kasir itu ramah. Ayana pun memberikan secercik kertas pada sanga kasir.

"Tunggu sebentar ya, kak..." pamit sang kasir berlalu dari hadapan Ayana dan Shania.

"Eh, kak... Gue ke toilet bentar, ya!" Pamit Shania yang hanya diangguki Ayana.

Tanpa sadar, ujung mata Ayana tertuju pada seseorang yang terlihat tengah berdiri di depan sebuah toko jam tangan. Ayana semakin menajamkan matanya berharap yang ia lihat itu orang yang saat ini Ayana fikirkan, hingga entah sadar atau tidak, Ayana melangkahkan kakinya menghampiri orang itu. Hingga semakin dekat ia bisa dengan jelas mendengar suara yang cukup ia kenal.

"Sorry..." sapa Ayana memegang bahu orang dihadapannya yang ayana rasa sempat tersentak karena ulahnya. Namun dengan perlahan orang itu membalikan badannya untuk melihat siapa yang menyapanya.

"loe!?"

Sahabatku Cintaku 2: Kupilih DiaWhere stories live. Discover now