"Nggak." Daiki menggeleng cepat tanpa raut bersalah.

"Lalu?"

"Sudah, ah. Malas bahasnya. Ryo tau?" tanya Daiki seraya duduk kembali, "Dai malu, sudah kelas sebelas masih dikawal ke mana-mana. Kayak anak kecil. Makanya, Dai selalu bikin semua bodyguard bayaran Mama nggak ada yang betah. Biar Mama bosan, dan menyerah untuk nyari bodyguard buat Dai lagi," lanjut Daiki emosi.

Ryosuke hanya mengangguk paham. Ia kira hanya dirinya yang tidak suka dikawal, ternyata Daiki pun sama.

"Kalau Mama marah, bagaimana?" tanya Ryosuke, bagaimana pun juga ia memikirkan akibatnya.

"Tenang, biar Dai yang atur," kata Daiki cuek lalu beranjak meninggalkan Ryosuke.

***

Setengah jam kemudian, Daiki sudah terlihat segar dan cantik dengan kaos longgar dan rok selutut. Daiki kembali menghampiri Ryosuke yang masih belum beranjak dari duduknya.

"Mau ke mana?" tanya Ryosuke sambil memperhatikan Daiki.

"Les piano," jawab Daiki tanpa memandang Ryosuke, ia sedang asyik dengan handphone-nya.

"Di mana?" tanya Ryosuke lagi.

"Di rumah," jawab Daiki singkat.

Ryosuke yang merasa geram karena Daiki hanya menjawab pertanyaannya dengan singkat, mendekati Daiki dan merampas handphone yang sedang dimainkan Daiki.

"Kalau ditanya, jawab yang benar," geram Ryosuke.

"Itu sudah benar, Ryo. Dai mau les piano. Tapi gurunya belum datang," Kata Daiki sambil merebut kembali handphone-nya.

Ryosuke pun tak bertanya lagi, karena orang yang dimaksud Daiki sudah datang.

Ryosuke memperhatikan Daiki yang sedang serius belajar piano. Sepertinya Daiki belum benar-benar bisa, sampai mengulang beberapa kali pada nada yang sama. Satu jam bergulat dengan piano, akhirnya Daiki menyerah. Ia sudah lelah dan bosan. Padahal jam belajarnya masih ada setengah jam lagi. Gurunya pun menurut dan akhirnya pamit pulang.

"Huaammm." Daiki menguap lebar sambil merentangkan tangannya. "Bosannya!" teriak Daiki, tidak menyadari Ryosuke memandanginya dari tadi.

Ryosuke hanya geleng-geleng kepala melihat Daiki. Ternyata selain manja dan kekanakan, Daiki tidak ada anggun-anggunnya sebagai perempuan. Ia ingat malam saat ia tiba, Daiki muncul dengan rambut awut-awutan.

"Eh, kenapa lihat Dai begitu?" kata Daiki yang baru menyadari tatapan Ryosuke. Ia pun jadi salah tingkah.

"Siapa yang lihat kamu? Aku lihat jam di belakang kamu." Ryosuke menunjuk jam dinding di belakang Daiki. "Kenapa Mama belum pulang?" tanya Ryosuke menutupi kalau sedari tadi ia memang memerhatikan Daiki.

"Oh." Daiki menoleh, melihat jam yang ditunjuk Ryosuke, "Kalau hari kerja, Mama pulangnya malam," lanjut Daiki.

Ryosuke hanya mengangguk paham, lalu bangkit dari duduknya dan beranjak ke kamar untuk mandi.

***

Menjelang pukul delapan, Inoo tiba di rumah, dan langsung mencari putranya.

"Ryo!" panggil Inoo.

Tak lama kemudian Ryosuke muncul dan langsung menghampiri mamanya yang sedang duduk di sofa.

"Ya, Ma?"

"Kamu sudah terima seragamnya? Bagaimana, kamu suka?"tanya Inoo.

"Suka," jawab ryosuke sambil tersenyum.

"Bagus. Mama juga yakin kamu akan suka sama sekolah baru kamu. Kata Daichan temannya baik-baik," kata Inoo. "Oh, iya, Daichan mana?" tanya Inoo kemudian.

"Sedang belajar di kamarnya."

"Dai!" teriak Inoo yang langsung disahut Daiki dari kamarnya. "Sini sebentar!"

"Apa, Ma?" tanya Daiki sembari mengambil tempat duduk di sebelah Ryosuke.

"Tadi Fukazawa-san telepon Mama, katanya besok dia tidak mau mengawal kamu lagi. Apalagi yang kamu lakukan, hah?" tanya Inoo geram.

"Nggak ada," jawab Daiki santai.

"Jangan bohong!" bentak Inoo.

"Tenang, Ma. Tadi Dai cerita, katanya Fukazawa-san nggak sanggup kalau harus mengawal dua orang, jadi dia lebih memilih mengundurkan diri," bohong Ryosuke. Semoga mamanya percaya, batin Ryosuke.

Ia bilang begitu karena ia juga tidak mau dikawal. Jadi selain menolong Daiki, ia juga sedang mencari cara agar tidak dikawal.

"Benar begitu, Daichan?" Mamanya beralih pada Daiki yang dengan cepat mengangguk. "Kenapa nggak bilang, jadi Mama bisa cari orang lagi untuk mengawal Ryo.

"Nggak perlu, Ma," potong Ryosuke, "lagipula, kita sudah besar, sekolah juga berdua dan di antar supir, jadi Ryo rasa sekarang nggak perlu pakai pengawal lagi," kata Ryosuke berusaha membujuk mamanya.

"Tapi, Mama khawatir sama kalian," kata Inoo belum terima.

"Mama tenang saja, Ryo pasti jagain Daichan," ujar Ryosuke meyakinkan.

Inoo tampak berpikir sejenak, "Baiklah. Tapi kalau sampai terjadi sesuatu sama kalian, Mama akan cari pengawal lagi untuk kalian," kata Inoo tegas.

Daiki dan Ryosuke saling tatap lalu mengangguk serempak.

"Ya sudah, kalian lanjutkan belajarnya. Oh, iya, kalian sudah makan?"

"Sudah, Ma," jawab keduanya.
Setelah itu mereka pamit untuk kembali ke kamar. Saat tiba di lantai dua, Daiki mengintip ke bawah, melihat mamanya yang ternyata sudah tidak ada di sana. Daiki berbalik dan langsung memeluk Ryosuke.

"Makasih, Ryo! Akhirnya Dai bebas," kata Daiki girang.

"Eh, apa sih?" Ryosuke kaget tiba-tiba dipeluk.

"Makasih sudah belain Dai di depan Mama. Ryo baik, deh. Sampai jumpa besok, dadah Ryo," kata Daiki sambil melayangkan flying kiss untuk Ryosuke lalu berlari masuk kamar.

Ryosuke hanya tersenyum geli melihat tingkah Daiki, lalu melangkah ke kamarnya. Ia juga sudah tidak sabar untuk berangkat sekolah besok pagi.

Forbidden Love ✅Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ