"Yaudah nggak apa-apa kalo kamu emang pengen sakit terus."

Tea shock berat. Dia sampai mangap lebar dan kemudian langsung berbalik lalu mendapati Papi mulai berjalan menuju pintu.

"Papi nyebelin! Nggak sayang sama anak." Seruan Tea membuat langkah Rion yang sudah di depan pintu terhenti seketika. Lalu pria itu berbalik, menatap anak gadisnya dengan tajam.

"Adrastea, kamu udah enam belas tahun. Jangan kaya anak kecil!"

Brak.

Pintu di tutup Rion dengan sangat kencang. Membuat Tea speechless sekaligus terluka hingga matanya berkaca-kaca.

Tea cuma ingin bubur ayam buatan Noushin, tapi kenapa sesusah itu. Padahal biasanya Papi selalu say yes apapun yang dia ingin kan. Tapi sekarang, saat dirinya sedang sakit, kenapa Papi malah memarahinya. Tea benar-benar sedih. Sampai akhirnya dia mengambil ponsel, lalu mengetik pesan singkat dan mengirimkan nya pada seseorang.

***

Noushin hendak menutup kembali aplikasi whatsapp nya, saat melihat ada pesan masuk dari Adrastea. Bukan nya risih atau tidak suka, dia hanya sedang menghindar untuk berkomunikasi dengan dua Helios itu pasca lamaran mendadak yang Rion katakan dua hari lalu.

Malam itu Noushin jelas-jelas terkejut dengan apa yang dikatakan oleh bos nya. Bahkan, kalimat-kalimat itu masih terekam jelas di kepala nya sampai-sampai dia kesulitan melakukan berbagai macam kegiatan. Hingga tidur pun jadi semakin susah karena setiap kali dia memejamkan mata, sosok Rion selalu muncul disana seperti hantu yang sudah lama menghuni.

"Bapak bercanda kan?" Setelah diam cukup lama, akhirnya hanya kalimat itu yang keluar dari bibir Noushin.

"Apa wajah saya terlihat sedang bercanda?"

Noushin pun mengamati wajah itu dengan baik. Di lihat dari mata nya yang tajam, sangat kentara sekali kalau pria itu memang serius dengan apa yang di katakan nya.

Lantas, Noushin berdeham usai menemukan jawaban nya. Dia menatap ke arah lain untuk menyembunyikan rona merah pada kedua pipi nya. Itu karena efek bertatapan cukup lama dengan seorang Asterion Helios. Kata nya kamu tidak akan kuat jika sudah menatap mata tajam Asterion Helios dari dekat, setidaknya begitu yang di ingatkan teman-teman Noushin ketika dia mengatakan kalau dirinya bekerja dibawah pimpinan duda anak satu yang sama terkenal nya dengan para artis papan atas.

"Well, sudah menemukan jawaban nya, Noushin?"

Wanita itu berdeham. "Kalau begitu, izin kan saya bertanya satu hal."

"Silahkan."

"Saya ingin menikah satu kali seumur hidup. Tentu nya, saya juga ingin bahagia dalam kehidupan baru saya nanti nya. Dan untuk mendapatkan itu semua, saya harus menemukan laki-laki berhati tulus dan tentu saja yang mencintai saya apa adanya."

Noushin memberikan jeda sejenak sebelum kemudian dia memberanikan diri untuk menatap Rion lagi.

"Jadi, apa Bapak sudah melakukan nya?"

Rion tidak bereaksi sedikit pun. Dan itu membuat Noushin berspekulasi kalau laki-laki itu bukan orang yang Noushin butuhkan di masa depan.

Noushin menghela napas kemudian beranjak.

"Well, seharusnya saya tidak perlu bertanya. Tanpa menjawab pun, itu sudah terlihat sangat jelas."

"Jadi maaf, saya tidak bisa menjadi apa yang Pak Rion ingin kan." Selesai mengucapkan kalimat itu Noushin mulai melangkah.

Hanya dua langkah Noushin melakukan nya, sebelum kemudian tangan nya ditarik Rion hingga kini mereka berhadapan.

"Kalau saya mau belajar, apa kamu akan memberikan kesempatan?" Ucap Rion sungguh-sungguh.

Me vs PapiWhere stories live. Discover now