Bab 2 : Sakit (Part 1)

8.5K 495 80
                                    

Kepulangan tim yang terdiri dari Shikamaru, Sai, Lee, Shino dan Sasuke membuat Naruto kaget. Baru saja sehari berselang mereka berangkat, sekarang sudah datang lagi?

Apakah bagi tim yang dibentuknya secara darurat ini misi tingkat 's' terlalu mudah, sehingga butuh waktu sehari saja untuk menyelesaikannya?

Naruto, sang Hokage memandang jengah lima orang shinobi yang berdiri di depan meja kerjanya itu. Kalau mereka tidak memberitahukan alasan yang logis untuk kepulangan mereka yang mendadak, maka dia akan memberikan mereka hukuman.

"Di tengah jalan, kondisi Sasuke berubah kurang baik."

Naruto melirik Sasuke yang berdiri paling ujung. Dia terlihat baik baik saja, tapi mereka bilang Sasuke lah biang keladinya.

Saat dipandang oleh mata introgasi sang Hokage, Sasuke tak berbicara sepatah katapun, dia hanya termangu berdiri seperti pinguin yang membeku di kutub selatan. Naruto mendengus. Setelah resmi menjadi istrinya Sasuke malah semakin menyebalkan.

Akhirnya Naruto memberi perintah untuk menukar Sasuke dengan shinobi lain, misi tingkat 's' itu akan tetap dilaksanakan, hanya saja dengan formasi tim yang berbeda.

Naruto jadi penasaran, apakah Sasuke benar-benar sakit?

Hingga satu-persatu shinobi di ruangannya keluar, Sasuke adalah satu-satu orang yang bertahan di ruangan Hokage.

Naruto yakin Sasuke adalah shinobi yang kuat, dia bahkan adalah yang terkuat di antara yang lainnya. Tidak semestinya ia sakit begitu?

Karena dulu sebelum menikah saja berkelana berbulan-bulan Sasuke sanggup. Jadi tak mungkin hanya menempuh perjalanan sehari ia sudah kewalahan. Naruto merasa ada yang tak beres.

Apa karena keseringan digenjot?

Naruto menggeleng-geleng sendiri menangkis pemikiran bodohnya.

Sasuke merasa bersalah melihat Naruto frustasi, gelengan kepala si pirang itu memperkuat dugaannya kalau sekarang Naruto sedang frustasi.

"Maafkan aku, Naruto. Mataku tiba-tiba berkunang waktu itu, kepalaku pusing dan aku tiba-tiba lemas."

Naruto kesal dan ingin memarahinya tapi tak tega. Bagaimana mungkin ia memarahi bidadari yang jatuh dari surga.

Apa boleh buat, Sasuke tidak akan menerima imbalan dari misi besar itu, tapi yang terpenting Sasuke pulang dalam keadaan selamat.

***

"Tadaimaa!"

Tanpa mengetuk pintu, Naruto langsung masuk ke dalam rumah. Dirinya sangat gembira karena tahu kalau Sasuke pasti ada di rumah malam ini.

Siang tadi ia memberikan Sasuke libur, untuk mengantisipasi sakit Sasuke yang katanya bisa datang tiba tiba itu.

Jujur saja Naruto tidak mengerti apa itu, tapi ada hikmahnya jika Sasuke libur, yaitu ia bisa dengan bebas menyentuh sang istri setelah pulang dari kantor.

Tak sabar dengan rencananya, Naruto bergegas menaiki tangga menuju kamar, di sana ia menemukan Sasuke berbaring di atas ranjang sedang memegangi kepalanya.

"Sasu-chan~ apa kau sudah siap?"

Seraya menaiki ranjang Naruto membuka satu-persatu kancing pakaiannya. Sasuke tak menggubris apa yang Naruto katakan, dari tadi ia hanya memegangi kepalanya.

Naruto merangkak di atas kasur empuk untuk mendekati Sasuke, ia menjauhkan tangan Sasuke dari kepalanya dan menyentuhkan dahi miliknya ke dahi Sasuke.

"Kau tidak demam, Sas." ujar Naruto memberitahukan hasil analisa amatirnya mengenai suhu tubuh Sasuke.

"Aku agak pusing, Naruto." tukas Sasuke.

Naruto melepaskan celananya, benar-benar berniat ingin melakukan 'itu'. Jika alasannya hanya sedikit pusing, berarti tidak masalah menyentuhnya sedikit, bukan?

Tiba-tiba Sasuke pergi ke kamar mandi ketika Naruto hendak melepaskan pakaian istri tercintanya itu.

Naruto yang tadinya semangat langsung tercekat. Setelah Sasuke kembali dari kamar mandi ia pun memasang tampang kecewa.

"Jangan mempermainkanku, aku sedang 'pengen' tau."

Babak serius dimulai, mereka berdua sudah polos di atas ranjang, dengan lembut Naruto memanjakan leher sang pujaan dengan lidahnya. Sasuke pun merespon dengan baik, ia menerima perlakuan sang jantung hati dengan memperlakukannya sama.

Tapi...

"hoek!"

Sasuke sontak menutup mulutnya, ia lagi-lagi tergesa pergi ke kamar mandi dan memuntahkan cairan keluar dari perutnya.

Sasuke benar-benar sakit rupanya...

Naruto hanya bisa termenung menunggu kedatangan Sasuke dengan penis yang iritasi.

***

Naruto dongkol akibat diacuhkan oleh Sasuke tadi malam. Sasuke bilang tidak mau melanjutkan bercinta, kesal sekali, bukan?

Hari kedua, hal yang sama terjadi,
Naruto semakin kesal. Padahal burung itu membutuhkan sangkar.

Sudah beberapa hari Naruto tidak mendapatkan jatah, setiap mereka ingin melakukannya Sasuke selalu menginterupsi kegiatan mereka dengan pergi ke kamar mandi.

Sasuke sudah tak bisa lepas dengan kamar mandi, seperti kamar mandi itulah suami Sasuke bukan dirinya.

Akibatnya, hasrat tidak terpenuhi kerjaan pun berantakan.

Naruto meninju pohon malang yang ada di depannya.

"Ada apa, Hokage-sama?" tanya seorang Jounin yang sejak tadi bersamanya.

"Bukan apa-apa." sahut Naruto lemah.

***

Naruto menyelesaikan pekerjaannya di kantor dan pulang ke rumah dalam keadaan lesu, ia tidak bersemangat lagi untuk bersenang-senang. Kali ini ia akan istirahat lalu tidur saja.

Tapi ruang kamar yang kosong membuat Naruto penasaran.

Ia tidak mendapati Sasuke ada di sana, biasanya Sasuke tidak akan jauh-jauh dari kamar mandi.

Curiga, ia lalu panik dan mengecek ruangan-ruangan yang kemungkinan didatangi Sasuke sebelum menemukan istri tercintanya itu pingsan di kamar mandi.

Dengan cepat Naruto membawa Sasuke ke rumah sakit. Seluruh tubuhnya berkeringat dingin, takut kalau Sasuke kenapa-napa.

Harap-harap cemas ketika ia didatangi oleh perawat yang telah memeriksa kondisi Sasuke.

"Selamat, Hokage-sama..."

Naruto melongo, dirinya sedang tertimpa musibah, kenapa diucapkan selamat pula?

"...Istri anda hamil."

|

Bersambung ke
Bab 2 : Sakit (Part 2)

Bersambung keBab 2 : Sakit (Part 2)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
This Is The Time | (NARUSASU)Where stories live. Discover now