Aku berdecak pelan mendengar jawaban Farhan. "As always, the drama king." ucapku sarkastik yang dibalas tawa oleh sahabatku yang lain kecuali Farhan. "Here comes the cynical and sarcastic Ayna." jawabnya tak mau kalah.

"Udahlah kalian jangan ribut mulu. Setiap ketemu kayaknya ribut mulu deh." ucap Clara menengahi kami berdua yang memang sering ribut ini. Tapi keributan kecil itulah yang kadang menghibur kami semua dan membuatku dan Farhan semakin dekat -dalam konteks sahabat tentu saja. Tidak mungkin lebih dari sahabat kan? Kalau lebih bisa dicincang habis - habisan aku oleh Clara.

"Lagian Ayna mulai sarkastik duluan." balas Farhan. Kudengar decakan pelan dari Rana. "Ga salah Ayna ngomong gitu. Kan emang kadang lo terlalu lebay."

"Iya," sahut Dilon sambil mengangguk. Lalu kembali melanjutkan. "padahal dari tadi kita ga ngacangin lo kok. Elo aja yang menggangap begitu." kata Dilon lalu tertawa kecil. "Ra kok lo kuat ya ngadepin orang kayak gini?" ucapan Dilon itu membuat Farhan berdecak sebal lalu menjitak pelan kepala Dilon dan menimbulkan ringisan dari Dilon. "Kurang ajar. Emang gue apaan?"

Aldo menyahuti pertanyaan Farhan. "Lo itu kan orang yang paling asyik buat di bully Han."

"Aisshhh."

Kami semua tertawa. Iya, kami memang senang sekali mengerjai Farhan karena dia adalah orang yang paling -apa ya? Mungkin bisa disebut orang yang paling enak dikerjai karena sifatnya itu.

"Eh kalian ga mau pesan makanan?" pertanyaan Rana itu membaut kami akhrinya memanggil pelayan dan memesan makanan yang ingin kami makan. Sambil menunggu kami bertujuh asyik mengobrol. Kami berbicara seputar pekerjaan dan beberapa hal tidak penting lainnya lalu menertawakan berbagai lelucon yang dilontarkan Dilon, kami juga membahas hubungan Farhan dan Clara. Dan itu berhasil membuat pipi Clara memerah. Puas dengan membicarakan mereka kami beralih membicarakan mantan - mantan Aldo yang membuat Aldo mati kutu tentu saja -apalagi kami semua tau kalau sekarang Aldo sedang mengejar Rena.

Dan akhirnya giliran ku tiba. Semuanya dimulai oleh Aldo yang tidak terima disudutkan oleh kami semua. "Udah lah, jangan gue mulu. Ayna dong sekarang! Masa gue terus yang kalian omongin!"

"Dih? Gue salah apa?" balasku.

Kudengar tawa pelan Rena. "Ah Ayna mah gausah ditanya. Dia kan masih gajelas hatinya." ucapannya tentu saja langsung kubalas dengan delikan sebal. Dan sepertimya ucapan Rena itu memancing berbagai reaksi sahabatku. Seperti Farhan. "Iya dia kan emang ga jelas. Pacar sih punya, tapi hatinya ga jelas deh buat pacarnya atau buat yang lain."

Tentu saja aku tidak bisa membalas selain mengumpat pelan. "Sialan kalian."

"Emang itu benar kenyataannya kan Ay?" balas Rana sarkastik. "Lo tau, gue berani taruhan yang nyangkut di otaknya Ayna itu cuman Abi. Bahkan dia gamau dipanggil Nana karena gamau keinget sama Abi." ucapan Rana itu cukup menohokku. "Apa sebenernya point dari ucapan lo itu , An?"

"Gue yakin Rana ngomong gitu buat kebaikan lo, Ay." jawab Aldo. "Lo tau, sejak Abi pergi kita semua ngerasa kalau Ayna yang sekarang ga sama kayak Ayna yang dulu. Ya, lo emang ketawa tapi mata lo kadang keliatan kosong. Ga jarang kita ngedapatin lo lagi ngelamun."

Clara mengangguk setuju. "Bener kata Dodo. Dan kadang saat lo ketawa, gue yakin ketawa ga selepas dulu lagi. Kayak ada yang lo simpen. Dan sama kayak Rana, gue berani taruhan semua duit gue kalau itu semua tentang Abi."

"You know Ay, kita semua cuman mau sahabat kita ini kayak dulu lagi." kini Farhan angkat suara. "Kalau lo udah merasa ga kuat, jangan lupa masih ada kita semua yang mau dengerin curhatan lo. Bukan hanya Abi yang mau dengerin curhatan lo. Kita juga. Lo anggep kita sahabatkan?"

Dealing with Mr. ArrogantWhere stories live. Discover now