Bab Dua

10.2K 402 20
                                    

Meet Ivander Arga Devandro!!!!

* * *

Gadis itu menangis.

Mungkin kalian bingung siapa gadis yang kubicarakan. Ya, biar aku jelaskan sedikit. Gadis yang kumaksud adalah gadis yang bernama Ayna Elisha Alessandro. Gadis bermata abu - abu yang selalu membuatku merasa penasaran.

Sebenarnya, tadi aku sedang duduk santai di cafe ini bersama temanku yang memiliki cafe ini. Setelah puas mengobrol dengan temanku, temanku memutuskan untuk kembali ke dapur karena ada suaru hal yang perlu ia urus. Aku sendiri memilih untuk duduk disini dan menonton pertunjukan di panggung kecil yang disediakan disini. Tapi entah bagaimana ceritanya, tadi aku jadi menyaksikan gadis itu menyanyi. Dan gadis itu menangis saat menyanyikan lagu itu.

Dan itu menandakan kalau lagu yang dinyanyikan gadis itu adalah lagu yang sesuai dengan perasaannya.

Tapi.... apa yang menyebabkan gadis itu sampai menangis? Apakah seorang lelaki?

Entahlah aku tidak tau. Tapi yang jelas, saat Ayna berhenti bernyanyi, aku masih memandanginya dengan tatapan tajam milikku. Dan kini kulihat Ayna terkejut karena ada aku disini yang menatapinya dengan tatapan tajam.

Ayna mengerjapkan matanya beberapa kali seolah ia tidak yakin ada aku disini. Setelah itu ia terbelalak karena melihatku.Dan entah kenapa, ia terlihat seperti risih karena tatapanku. Dan dia cepat - cepat turun dari panggung itu. Tentu saja aku tidak akan melepaskan nya begitu saja. Entahlah, sesuatu dalam diriku merasa penasaran dengan gadis itu.

Sebenarnya, gadis itu telah membuatku penasaran selama 2 tahun terakhir. Ya, dia telah bekerja di perusahaanku selama 2 tahun belakangan ini sebagai manager keuangan. Dan selama itu pula ia membuatku penasaran -ingat, aku bilang hanya penasaran bukan tertarik. Mungkin kalian bertanya kenapa aku penasaran padanya.

Entahlah, setiap aku memperhatikannya ada sesuatu yang terlihat ia sembunyikan. Dibalik binar mata nya itu seperti ada kesedihan yang ia sembunyikan, semacam kekecewaan pada dunia. Pada kenyataan. Kadang juga kulihat ia tidak percaya diri -malah terkadang aku yakin ia menganggap dirinya itu rendah, seperti menganggap karena ia sangat rendah maka tidak ada orang yang akan bersamanya baik sekarang ataupun nanti. Padahal kalau boleh jujur, ia sangat cantik dan otaknya itu brilian. Apa dengan semua itu ia masih patut merasa rendah diri?

"Ayna! Berhenti berlari!"

Aku sendiri sudah sampai di parkiran mobil. Dan Ayna berada tak jauh dari diriku, mungkin sekitar 3 langkah di depanku. Kulihat badan Ayna menengang. Aku sendiri tidak peduli dan aku memutuskan untuk berjalan mendekati Ayna. Kucengkram tangannya dari belakang lalu menariknya agar ia mau menoleh padaku.

"Ada apa ya pak?"

Aku mendengus pelan. "Jangan bertanya ada apa seolah kamu tidak tau apa yang baru saja terjadi." ucapku tajam. Entahlah, rasa penasaran ku sudah berada di batasannya. Kulihat Ayna segera menjawab. "Kurasa apa yang baru saja terjadi itu bukan urusan bapak."

Aku tersentak. Ya, dia betul. Aku hanya atasannya.

"Kalau begitu, saya permisi dulu."

* * *

Setelah kejadian kemarin dimana ia melihatku menangis, aku jadi merasa canggung jika berada didekatnya. Entahlah. Rasanya aneh saat atasan mu -apalagi pemilik perusahaan besar ini- melihatmu menangis saat menyanyikan sebuah lagu.

Seharian ini aku berusaha keras untuk menghindarinya. Entahlah mungkin terdengar terlalu pede tapi aku rasa hari ini dia memperhatikan diriku. Aku sendiri berusaha untuk terlihat biasa saja. Kalau bisa, aku ingin menjadi seorang yang invisible. Tapi... kalau diingat - ingat bukankah selama ini banyak orang yang menganggapku tak ada? Yah kecuali Clara dan beberapa sahabat ku yang lain termasuk ... Abi. Tapi ya tetap saja.

Dealing with Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang