14

737 147 14
                                    

"kapan kamu ke rumah nilam?"

haha. benar rupanya.

aku memalsukan senyumku. "loh, gatau! aku aja belum bilang apa-apa" balasku cuek seolah-olah tidak ada yang terjadi.

"bohong. aku tau maksud kamu, bi" katanya sedikit lantang dan mencoba meraih tanganku. tapi sayangnya kalah cepat denganku yang buru-buru menyembunyikan tangan di balik tubuh.

maaf daris, aku sudah cukup kecewa entah kamu tau atau tidak.

"maaf, aku udah capek"

dia menatapku sebentar. kemudian berdecak seraya membuang pandangannya dan menjambak rambut hitamnya kasar. "aku tau semuanya bakal begini"

"apa maksudnya?" aku langsung membalas ucapannya tanpa ada jeda waktu.

"nanti kamu tau arimbi, sekarang belum tepat," kata dia dengan raut terlihat sedikit kesal, tapi penuturannya tetap lembut.

awan teduh, tidak selamanya teduh dan tidak selamanya putih suci. tanpa disadari dia juga bisa berubah jadi hitam mengerikan bak penuh amarah.

dan si awan teduh ini, tidak seharusnya dia kesal. toh, aku bicara berdasarkan fakta, bukan?

"sekarang aku cuman minta kamu tarik ucapan─"

"─gak bisa daris, aku udah capek" tegasku.

"komitmen yang selama ini kita bangun, mau diruntuhin gini aja?" aku menggeleng ragu atas pertanyaannya. "tolong, bi, aku bisa jelasin"

aku tertawa kecil. ikhlas tentu, namun penuh pelik dan kesenduan. yang melihat tawaku mungkin bisa langsung mengerti apa yang kurasakan.

"ternyata, yang namanya awan, biarpun itu judulnya awan teduh pun tetep aja." daris terlihat mengernyit, sepertinya dia kebingungan dengan perkataanku. "iya, awan itu teduhnya gak kekal. cepat atau lambat keteduhannya akan hilang. itu hanya sementara, benar kan?"

oknum yang kini disebelahku kelihatannya begitu keras memutar otaknya, mencerna kata per-kata yang terlontar dari bibirku barusan. butuh waktu cukup lama untuk itu, sampai akhirnya ia tersentak lalu menoleh lagi ke arahku.

wajahnya sudah tidak penuh tanya. dia sudah paham berarti.

"arimbi," panggilnya dengan suara yang lembut. seperti biasa.

"tapi kamu lupa satu, bi. bagaimanapun ceritanya, awan selalu punya seribu alasan untuk bertahan."

AWAN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang