17 : Mutiara yang Retak

233 48 33
                                    

"Kalau saja mempertahankan kepercayaan semudah itu, mungkin aku tidak akan ketakutan kalau-kalau kau mengingkari janji pada hubungan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau saja mempertahankan kepercayaan semudah itu, mungkin aku tidak akan ketakutan kalau-kalau kau mengingkari janji pada hubungan ini."

***


"Sakit?"

Ten dengan kasar menempelkan telapak tangannya pada kening Sejeong sambil mengerutkan alis. Sejeong spontan menepis keras tangan lelaki itu dan memberikannya tatapan tajam.

"Kau mengejekku?" Ten hanya menghela napasnya dan kembali ke mejanya.

"Sejak tadi kau tersenyum sendiri seperti orang gila. Ah, tidak-tidak. Kau akhir-akhir ini seperti itu, Sejeong."

"Aku begitu?"

"Mm!! Lihat! Kau itu seperti ini!" Sejeong menggeser kursinya agar bisa melihat apa yang dilakukan Ten. Lelaki itu memperagakan bagaimana Sejeong yang dia lihat barusan. Melipat kedua tangannya, tersenyum malu dan bergeliat tidak jelas di tempat duduknya. Sejeong bergidik ngeri sambil dirinya melempar sebuah buku ke wajah lelaki itu.

"Berlebihan!"

"Kau seperti itu tadi!"

"Menjijikkan!"

"Itu kata-kata yang sejak lama ingin aku katakan!!"

Sekali lagi Sejeong berdecak dan menggeser kursinya kembali ketempatnya semula, melanjutkan pekerjaan yang sempat terjeda.

Dalam dirinya berpikir, apa benar ia tersenyum secara tidak sadar seperti yang Ten tunjukkan? Ia melirik pada sudut mejanya di mana terdapat sebuah bingkisan kecil disana. Tanpa ia sadari sekali lagi, lengkungan bibirnya naik ke atas membentuk sebuah senyuman kecil sampai suara kamera membuyarkan fantasinya.

"Eoh? Kameraku bunyi?" Sejeong mendongak dan menunjukkan kemurkaannya. Perempuan itu berdiri dan mengejar Ten yang berlari lebih dulu. Tanpa memedulikan yang lain, mereka saling mengejar di ruang kantor tersebut.

"KIM SEJEONG! TEN! JANGAN MEMBUAT KERIBUTAN!!!"

Keduanya spontan berhenti saat mendengar teriakan Taeyong yang begitu keras. Dengan langkah perlahan keduanya kembali ke tempat mereka masing-masing.

Namun bukan Ten namanya kalau ia belum berhasil mendapat jawaban atas kegilaan sesaat yang terjadi pada Sejeong. Lelaki itu menggeser kursinya mendekati Sejeong yang berusaha fokus pada pekerjaan.

"Apa yang membuatmu tersenyum sendiri, eoh?"

"Kau tidak perlu tahu." Sejeong berusaha mengabaikan Ten dengan fokus pada layar komputer di hadapannya. Spontan lelaki itu menekan tombol power pada monitor komputer tersebut. Komputer itu mati dan sebelum kemurkaan Sejeong muncul, Ten dengan cepat memegang kuat kedua lengan perempuan itu agar tidak mengamuk.

[1] 20봄 | TWENTY SPRING✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang