Bertemu Kembali

1.1K 105 8
                                    

-KALI KEDUA-

Tubuh tegap Brian berjalan dengan gagah menuju ke dalam aula kantor, wajah tampannya menyapukan pandangannya kepada seluruh karyawan yang sedang berdiri di depan sebuah panggung tempat di mana Papanya berdiri. Para karyawan mulai saling berbisik ketika penampakan dari Bos baru mereka, sementara itu Sabrina menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia si Bos baru yang baru saja memasuki aula dan kini berdiri dengan gagahnya di atas panggung adalah mantan pacarnya, dialah manusia brengsek yang pernah menyakitinya dan paling ingin ia hindari saat ini.

Sabrina seketika menundukkan pandangannya ketika Brian mulai berbicara memberikan sambutan kedatangannya, sembari kedua mata lelaki itu memperhatikan setiap wajah karyawannya. Sebagian besar karyawan perempuan kompak memasang wajah seayu dan seanggun mungkin, niatnya sih ingin menarik perhatian si bos.

"Anjirr ternyata anaknya Pak Dika tampan banget yah Bri!" Melia angkat bicara sembari menyenggol lengan Sabrina, hal itu membuat gadis yang tengah menundukkan pandangannya itu seketika mengangkat wajahnya.

"Eh-- iya Mel," respon Sabrina seadanya dan setelahnya kembali menyembunyikan wajahnya dengan cara kembali menunduk, sialnya posisinya kini duduk setelah si calon bos memasuki aula.

"Eh Bri lihat tuh si nenek sihir sok anggun, hihihi!" Melia berbisik sembari tertawa pelan pada sabrina.

"Caper emang tuh perawan tua," cetus Sabrina balas berbisik, hal itu membuat Melia kembali tertawa.

"HEY KALIAN BERDUA!!" suara lantang Brian mampu menyita perhatian semua orang di dalam aula. Satu objek yang menjadi perhatian seisi aula dimana Brian mengarahkan telunjuknya ke arah Sabrina dan Melia.

"Anjir mati kita Mel!" ucap Sabrina pelan sembari berusaha menutupi wajah malunya dengan telapak tangan, hal itu diikuti oleh Melia.

"Kalau kalian tidak mau mendengarkan saya, silahkan kalian berdua keluar. Ini bukan waktunya untuk bergosip!" suara Brian dengan microphone menggema memenuhi aula. Hal itu membuat Melia maupun Sabrina meringis.

"Maaf kan kami berdua Pak," dengan keberanian penuh Melia meminta maaf kepada Brian.

Sementara itu Sabrina menjadi panik jika ia tidak ikut meminta maaf urusannya akan panjang, dan meminta maaf pun akan tambah runyam. Dengan keputusan yang sudah bulat akhirnya dengan pelan Sabrina mengangkat wajahnya dan menatap Brian sembari meminta maaf.

"Saya juga meminta maaf Pak!" ujarnya cepat.

Brian terpaku dan pandangannya seakan terkunci pada satu objek, suara itu masih lekat di dalam ingatannya dan wajah itu masih menghantui pikirannya. Sabrina yang mendapati respon seperti itu dari Brian lantas mengalihkan pandangannya, mencoba memutuskan kontak mata dengan Brian. Tak lama Brian kembali pada pembicaraannya dengan berjuta pikiran sedang berkeliaran di kepalanya.

"Selanjutnya kita akan ada sesi salaman dengan bos baru kita, hal ini sebagai awal perkenalan supaya Pak Brian bisa lebih mengenal para karyawannya. Untuk itu mari kita mulai sesi salamannya dimulai dari pojok sini, silahkan Amy kamu sebagai pembukanya." Naya selaku sekretaris Pak Dika menunjuk ke arah perempuan bernama Amy dari devisi marketing.

Sabrina di tempatnya terus mengumpat di dalam hatinya, rasanya gadis itu ingin menghilang saja dari tempat ini. Kekesalan Sabrina sepertinya sudah berada di tingkat dewa sampai-sampai wajahnya terus ditekuk, sialnya dia kebagian paling akhir untuk salamannya. Sabrina jadi menyalahkan Melia karena mengajaknya untuk mengambil posisi paling belakang dan paling pojok, katanya biar enak ngomong dan sekalinya ngomong malah kecyduk.

Setelah melewati waktu yang cukup panjang untuk sesi salamannya, tiba saatnya kini giliran Melia dan artinya setelah itu Sabrina. Sejak tadi Sabrina terus mendumel dalam hati karena melihat reaksi norak dari para perempuan tukang caper yang habis bersalaman dengan Brian.

KALI KEDUAWhere stories live. Discover now