Menu Baru

14 0 0
                                    

Kala itu, hujan
Ada sosok parubaya disana
Beberapa orang memandang biasa. Mungkin karena terbiasa melihatnya.
Membawa 2 wadah. Satu isi Jajanan pasar, dan satunya ada ayam bumbu. Tak begitu beraroma. Kutanya apa yang ia bawa, beliau jawab, aku menjajakannya.

20rb aku tukar dengan dagangannya.
Banyak sekali rupanya. 3 potong ayam, 1 ati ampela dan 2 usus.
Wah, ini terlalu murah untuk biaya hidup dikota metropolitan.

Hari ini mendung syahdu. Dan batinku menjadi nyata.
Hujan
nenek ini kebingungan
Dengan badan yang gemetar, ia tak bisa berlari untuk berteduh sesegera mungkin.
"tak apa nek, disana mungkin lebih aman" aku menunjuk tempat atm yg tak jauh dari tempat awal kita bertemu.

Senyuman sabar :)
Pancarannya begitu nyata dari raut muka yang lanjut usia

Kami berteduh, dan reda.
Langkah kami berbeda. Aku menuju rumah singgah, nenek melanjutkan langkah.

Dalam hati, aku meragukan makanan ini. Diatas kertas tak terbungkus plastik. Bukan karena go green, tapi memang tidak ada wadah saja.

Perlahan dengan keraguan, kuambil dengan pulukan
Enymm...
180° dari bayanganku sebelumnya
Gurihnya perjuangan dan manisnya ketulusan beradu mesra dalam masakan yang tak bisa diperbincangkan hanya dengan pandangan atau penciuman

sesempatWhere stories live. Discover now