6 : Kopi Mantra 2

En başından başla
                                    

"Ya siapa tau modus biar tau kos-kosanya terus di apelin hahaha." Timpal Indah sambil tertawa.

"Ya itu mah nanti gampang ahaha." Andis ikut tertawa. 

Semua ikut menertawakan Andis. Setelah itu, Varah memberi tau bahwa ia tinggal tidak jauh dari Mantra Coffee.

"Banyak manusia dibuat, terpenjara selama-lamanya?"

"Tam jawab lagi Tam, siapa tau lu nemu petunjuk lagi." Seru Andis.

Tama hanya diam sambil membersihkan mesin-mesin kopi.

"Sial di kacangin gue sama maniak kebersihan." Ucap Andis dalam hati.

"Dis percuma lu nanya Tama, orang dia ga lewat jalan magelang, kan yang lewat situ cuma elu, coba lu pikir-pikir deh apa yang sekiranya banyak manusia di buat dan di penjara?" Timpal Dirga.

"Manusia di buat tuh dimana? rumah sakit? tempat prostitusi? terus terpenjara tuh apa? ga sanggup bayar rumah sakit? atau masuk neraka?" Andis mencoba mengeluarkan semua spekulasi yang ada di otaknya.

"Ah jangan-jangan...." Indah terhentak sambil berdiri.

"Apa ndah? histeris banget?" Seru laki-laki yang berkemeja kotak-kotak.

"Janga-jangan lo prostitusi ya Var? terus lo bakalan masuk penjara?" Tanya Indah kepada Varah.

Semua hanya terdiam menggeleng-gelengkan kepala.

"Dih enak aja lo emang gua cewek apaan?" Balas Varah.

Ditengah perdebatan konyol itu, Andis tiba-tiba berdiri.

"Frame? terpenjara bisa juga frame kan?" Ucap Andis.

Semua hanya diam sambil berfikir "Frame?"

"Terus manusia di buat itu maksudnya foto, foto itu ibarat manusia yang terpenjara di dalam frame selama-lamanya kan?." Lanjut Andis.

"CALISTAAA !!" Sontak anak-anak itu menjawab.

"Calista?" Tanya Dirga.

"Itu nama studio foto yang ada di daerah ring road, Varah pasti setiap mau ke kampus lewat sana." Jawab Indah.

Sekarang mereka mendapatkan jawaban berupa Kendaraan dan Studio foto

"Coba deh kalo hantunya dateng lagi jawab begitu Var, terus juga kalo jawabanya bener kamu harus hati-hati Var kalo lewat situ." Ucap Andis.

"Cieee perhatian banget nih?" Goda Indah.

"Cemburu ya mbak?" Celetuk Digra yang sedari tadi memperhatikan Indah.

"Cemburu? enak aja wuuu" Jawab nya sambil wajahnya memerah.

Semua menertawakan Indah.

"Intinya sih dalam setiap kesempatan berkendara, mau dimanapun itu harus tetep yang namanya hati-hati. Mungkin hantu itu mau memperingatkan, cuma karena anak-anak ya bisa jadi dia mau main." Ucap Dirga.

Waktu menunjukan pukul 10.00 malam

"Yuk udah malem, bubar yuk."

Kemudian anak-anak itu membayar tagihan menu dan menuju kendaraan mereka.

Kamipun mulai merapihkan toko yang hendak tutup, ketika sedang merapihan meja seseorang seperti menarik pelan baju Andis, kemudian Andis menoleh kebelakang.

"Mau kopi lagi."

Bagitulah anak kecil membawa boneka yang sebenarnya sedaritadi ikut nimbrung bersama anak-anak barusan meminta menu Kopi Mantra.

"Tapi jangan nakal gangguin mbak nya lagi ya." Ucap Andis.

Anak itu mengangguk pelan pertanda setuju.

Mungkin niat nya baik memperingatkan kesialan apa yang akan terjadi, namun biarkan misteri kehidupan tetaplah menjadi sebuah misteri.

.

.

.

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Mantra Coffee ClassicHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin