'Bahagia itu selalu ada bagi orang yang bersabar menahan derita dan pedihnya kehidupan.'
* * *
Nasywa dan Jessy memasuki kelas mereka sambil bercanda tawa ria, mereka langsung mendudukan diri mereka dibangku mereka masing-masing. Jessy mengernyitkan dahinya ketika Nasywa mulai mengeluarkan buku lamanya, tunggu dulu... Buku lama? Bukankah seharusnya mereka sudah harus mengganti dengan buku yang baru ya?
"Eemmm Nasywa..." Panggil Jessy.
"Ya?" Nasywa menatap Jessy.
"Emm itu.. anu.." Jessy bingung ingin mengatakan apa, jujur saja ia merasa tidak enak harus menegur Nasywa tentang buku.
"Apa?"
"B-buku lo... bukannya harus ganti yang baru ya?" Akhirnya Jessy dapat mengatakannya juga.
Nasywa diam sejenak, ia menatap buku lamanya. Tak lama kemudian ia kembali menatap Jessy sambil mengukir senyumnya.
"Oh ini iya, soalnya gue belum punya uang buat beli yang baru makanya belum ganti. Nanti kalau uangnya udah ada gue baru beli." Jelas Nasywa yang membuat Jessy mengernyitkan dahinya.
"Loh? Bukannya lo dapet bantuan dari sekolah untuk keperluan lo selama sekolah ya? Terus uang yang dari sekolah itu lo kemanain Wa?"
Nasywa diam memandangi Jessy, perempuan itu menggiti bibir bagian dalamnya. Ia bingung harus mengatakan apa, tidak mungkin ia jujur bahwa uang keperluan sekolahnya diambil oleh Kakak tirinya untuk bersenang-senang. Ia tidak mau menjelek-jelekkan keluarganya meskipun itu didepan Jessy sahabatnya sendiri, jadilah ia menjawab sambil tersenyum.
"Itu uang sekolah gue dipinjem sama Kak Widya buat bayar kuliah dia, kasihan dia kalau belum bayar. Kalau urusan keperluan sekolah gue, gak terlalu penting. Soalnya kan gue masih ada buku lama." Ucap Nasywa sedikit berbohong untuk menutupi tabiat buruk keluarganya.
Ia memang memberikan uang itu kepada Widya, namun Kakaknya itu menggunakan uang itu bukan untuk membayar kuliah melainkan bersenang-senang bersama teman-temannya. Jessy sama sekali tak tau menahu dengan kehidupan Nasywa meskipun mereka telah bersahabat kurang lebih tiga tahun, perempuan itu selalu tertutup mengenai keluarganya.
Tak pernah sekalipun Jessy mendengar Nasywa berkeluh kesah, perempuan itu hanya bisa mengukir senyum walaupun sejujurnyabia tau dibalik senyum Nasywa ada kepedihan tersendiri yang berusaha Nasywa tutup-tutupi. Jessy tidak dapat memaksa Nasywa untuk terbuka kepadanya perihal keluarga sahabatnya itu karena ia tau Nasywa pun butuh privasi tanp ada orang yang harus mengetahui kehidupan gadis itu.
"Oh gitu." Singkat Jessy, Nasywa mengangguk.
Jessy yang baru saja teringat akan sesuatu pun menyenggol bahu Nasywa membuat perempuan yang mengenakam hijab abu-abu itu menoleh kearahnya, Jessy tersenyum sambil menatap penuh harap kepada Nasywa membuat perempuan itu mengernyit bingung.
"Kenapa lo?" Heran Nasywa dengan kernyitan didahinya.
"Eh nanti kan sepulang sekolah gue sama Abang gue mau ke mall, lo ikut ya temenin gue?"
"Gak mau ah, gue ada kerjaan pulang sekolah nanti." Tolak Nasywa dengan cepat, di samping ia memang memiliki pekerjaan ia pun enggan untuk bertemu dengan Abangnya Jessy.
"Aelah, sekali-kali lo bolos kerja juga gak apa-apa. Masa lo gak mau nyenengin hati sahabat lo sendiri sih?" Jessy mengerucutkan bibirnya sambil memasang muka mengambeknya membuat Nasywa tak enak hati juga melihat wajah Jessy yang cemberut karenanya.
"Kan ada Abang lo yang nemenin, gak perlu harus gue. Serius gue gak bisa, pulang sekolah gue harus kerja." Ucap Nasywa.
"Kalo sama Bang Richard mah gak asik, kan kalau ada lo gue bisa have fun. Ayolah sesekali sih lo nyenengin hati sahabat lo yang cantik ini, kalau lo gak mau gue ngambek nih." Jessy bersedekap dada sambil membuang mukanya enggan menatap Nasywa membuat Nasywa menghela nafasnya seraya berfikir keras.
YOU ARE READING
Cinta Dalam Sujud
SpiritualNasywa Arlana Al-Latief seorang gadis shalihah yang kehidupan sehari-harinya selalu diselingi isak tangis karena perbuatan Ibu dan Kakak tirinya, ia selalu diperlakukan tak manusiawi. Selalu disiksa dan dipaksa bekerja keras untuk menghidupi keluarg...