First Stage

6.7K 274 25
                                    

Yessica Tamara.

Dia punya mata cantik, pribadi yang lembut, selalu tersenyum, tapi suka memendam semua tentang perasaan. Sebetulnya ia masih terbilang perempuan kecil tapi ingin terlihat memiliki image kedewasaan. Padahal, jauh di lubuk hatinya, ia sangat manja, lugu, dan tentunya penyayang.

Chika, anak bungsu dari 3 bersaudara. Adik perempuan tersayang dari dua abangnya. Terbiasa diantar jemput karena sudah kewajiban bagi saudara laki-lakinya untuk menjemput sekaligus menjaga si anak perempuan satu-satunya.

"Ah abang, udah telat 5 menit ini, ntar aku digalakin senior lagi kalau telat" ujar Chika terlihat kesal, duduk di kursi penumpang, samping kiri abangnya.

"Ya salah sendiri telat bangun, kama lo udah digedor gedor 48 kali"

"ya banguninnya loyo banget mana mempan, siram air kek apa kek"

"udah ah berisik, telat 5 menit 10 menit paling disemprot dikit, biasa aja kali cuman MOS"

Chika masih menggerutu di kursi kemudi.

Dengan was-was dia memasuki sekolahnya. Semangatnya menurun, perasaan menggebu-gebu untuk memasuki gerbang "kedewasaan" menurut dia pada hari pertama ini tidak menyenangkan. Dibayangannya sebentar lagi ia akan menjadi bulan-bulanan senior karena kesalahannya, persis seperti sinetron yang ia saksikan semasa SMP. Chika menundukkan kepala, berdoa agar tidak ada kejadian memalukan hari ini.

"woi anak baru" suara teriakan keras membuat Chika menelan ludah sendiri, baginya doa yang tadi ia panjatkan sama sekali diabaikan oleh Tuhan.

"yeh malah diem, sini lo"

"iiya kak" Chika berlari, gemetaran.

"gapunya jam ya lu di rumah?"

"pu.."

"Gausah jawab, basi. Lo telat jadi lo salah"

"maaf kak"

"ah basi lo, sana buruan masuk barisan di lapangan dalem skolah"

Chika hanya menunduk, sembari berlari menuju lapangan, dia panik. Ya, Chika selalu merasa panik ketika tau dirinya melakukan kesalahan, bahkan ketika orang lain menganggapnya tidak salah.

*Bruk*

Chika terjatuh, meringis. Dia baru saja menabrak sesuatu.

"eh yaampun maaf kak" ujarnya sambil berdiri, menunduk, menutup mata dengan rasa panik. Sadar dengan kecerobohannya, dia memberanikan diri menatap orang yang pastinya telah dibuat kesal.

Sepasang mata tajam menatap dia, angin berhembus membuat rambut semi pendek perempuan tanpa ekspresi yang ditabrak chika sedikit bergoyang. Dia hanya menatap diam chika.

"maaf bang.."

Belum selesai permintaan maaf kedua yang ingin disampaikan, dia pergi. Viona Fadrin. Ketua ekskul band, sang gitaris.

__________

MOS hari pertama ditutup dengan membosankan, tidak ada kekejaman atau keisengan yang ditunjukkan para senior. Hanya guru yang silih berganti ceramah. Tidak seperti yang diharapkan Chika. Hanya saja malah ia senang, pulang cepat sebelum sore, jam macet, dan tidak menjadi bulan-bulanan karena keterlamabatannya.

Chika menuju jalan keluar gerbang sekolahnya, dari lapangan dalam ia berjalan. Handphone di tangan yang baru saja boleh di aktifkan tekah siap menghubungi sang abang, untuk menjemputnya. Baru saja ia mencari kontak

"Woi yang tadi telat, sini lo"

Dan Chika merasa, kalau yang dipanggil itu dia. Dengan berat hati ia berbalik takut sebelum seniornya merasa tambah kesal.

Sweet And BitterDonde viven las historias. Descúbrelo ahora