RENJANA 49

110 5 0
                                    

Hallo guys, mon maaf aku jarang update. Kkk

Maaf juga kemaren harusnya part 48. Tiba-tiba jadi 28. Aku baru sadar hahahaha.

Oke dehh happy reading semuanyaaa 😊

-

Sudahkah Ocha bilang hal ini? Bahwa ia menyukai Raka. Ketika Kinan mendengarnya, ia langsung mengumpat. Bagaimana tidak? Sahabatnya ini pasti sudah kehilangan akalnya sampai bisa merasa seperti itu pada Raka. Selama ini hal itu tidak terpikirkan oleh Kinan. Karena tak ada secuil pun faktor yang bisa mendorong kejadian ‘horor’ itu. Terlebih, Ocha punya Daffa.

“Lo seriusan ini? Daffa gimana?”

Ocha diam sebentar, menimbang bagaimana sebaiknya ia menjawab, “Ya gitu.. lo inget nggak waktu Daffa ilang-ilangan? Selama ini gue sering ketemu Raka.. jangan salah paham! gue nggak sengaja ketemu! Kebetulan.”

“Lo sama Daffa udah berapa tahun, Cha?”

Ocha tak menjawab.

“Gue ngerti, urusan hati nggak bisa kita kendaliin. Tapi apa lo yakin? Lo udah ketemu lagi belum sama Daffa? Siapa tau itu cuma perasaan sesaat karena lo nggak ketemu Daffa.”

Ocha menggeleng, “Udah. Gue udah ketemu Daffa, dia juga udah jelasin kenapa dia ilang waktu itu dan dia nggak salah. Tapi malah gue yang ngerasa bersalah sama dia sekarang.”

Kinan diam mendengarnya. Kini ia bingung bagaimana ia harus menanggapi ini. Ia sendiri tidak berpengalaman dalam urusan hubungan percintaan. Ia hanya tau satu hal yang pasti untuk situasi ini.

“Ikutin kata hati lo aja, Cha. Jangan sampe ada penyesalan. Pikirin lagi baik-baik baru ambil keputusan. Gue dukung apapun keputusan lo asalkan lo nggak jadi cewek brengsek. Gue nggak mau temenan sama lo kalo gitu!”

-

Akhir Februari. Kinan berangkat ke Inggris.

Geo membenahi tas ransel yang Kinan gendong, “Tiket? .... Paspor? .... Visa? ..... Hp jangan lupa di airplane mode. Obat-obatan di tas ini, kan? Bukan koper? Masker? Harus pake, lo bakal ketemu udara baru yang asing nanti, jangan sampe lo sakit pas baru sampe sana.”

“Siap bos!!” Kinan memberi hormat pada Geo.

Geo menepuk puncak kepala Kinan, membenahi rambut pendek Kinan dan poninya, lalu memasangkan topi di kepalanya ke kepala Kinan, “Buat jimat!”

Kinan tertawa, “Jimat apaan!” Kinan membenahi topi Geo di kepalanya, mengecilkan ukurannya supaya pas di kepalanya.

“Ni, nan, buat cemilan.” Ocha menyerahkan sebungkus permen karet mint dan sebungkus besar jeli bentuk beruang kesukaannya.

Kinan menelengkan kepalanya, membuat raut wajah sedih dan membentangkan tangannya ke arah Ocha.

Ocha bergidik geli, mendorong Kinan yang kini memeluknya erat, “Geli, ah, apaan si!”

Kinan tak peduli, “Ni gue perginya jauh, lho!”

“Cuma tiga bulan. Ntar juga tau-tau gue udah jemput lo lagi di sini.”

Kinan mendelik, melepas pelukannya dan mendengus, “Gini amat gue punya temen.”

Ocha mengusir Kinan, “Sana masuk, itu udah ditungguin tuh sama tim lo.”

Kinan beralih pada Geo, ia memeluk Geo ragu-ragu, ia tak yakin apakah ia boleh melakukannya. Tapi Geo menariknya, memeluknya erat dan menepuk punggungnya.

“Baik-baik, ya di sana.”

Ocha memutar bola matanya malas, berdeham.

Kinan segera melepas pelukannya, “Aku berangkat, ya.”

“Cariin bule ya buat gue, yang ganteng!” pekik Ocha.
-

Karena Bella entah di mana, hanya Ocha yang bisa ia hubungi selama ada di Inggris. Mereka rajin ber-video-call-ria walau perbedaan waktunya cukup jauh. Kadang Kinan yang mengalah harus merelakan waktu tidurnya, kadang Ocha yang memang hampir setiap hari kurang tidur karena proyek keseniannya yang belum rampung. Geo juga sering menghubunginya lewat telepon, kadang Kinan bisa mendengarnya berbicara dengan temannya di tengah telepon mereka.

Ocha bercerita pada Kinan bagaimana akhirnya ia putus dengan Dafa. Kinan mengangguk saja, kalau itu memang menurutnya paling baik.

“Raka sialan!” umpat Ocha yang disambut tawa terbahak Kinan.

“Betewe, gue dapat kabar dari Sonya,” kata Kinan yang sedang duduk di pelataran hijau entah di mana, wajahnya kusut dan ia memakai topi di kepalanya, “Bella katanya udah balik ke kampus.”

Ocha tak menanggapi, ia terus saja mengecat triplek di depannya seolah tuli. Bahkan setelah waktu yang lama ini, Ocha sepertinya masih belum bisa memaafkan dirinya. Kinan sebenarnya tidak mengerti, butuh berapa lama bagi keduanya untuk bisa berdamai? Enam bulan ternyata tidak cukup, mungkin karena selama ini mereka masing-masing sibuk melarikan diri, termasuk dirinya. 

Dari Sonya ia terus mendapat kabar soal Bella. Sonya  yang merasa aneh kenapa Kinan tak menghubungi Bella langsung bertanya ada apa, namun Kinan menolak menjawab. Entahlah, menurutnya ia tak punya hak untuk lebih dulu menghubungi Bella. Kalau anak itu selama ini pergi untuk menghindarinya hingga memutus semua kontak dengannya, artinya ia memang sedang tak ingin diganggu olehnya. Dan kalau sampai saat ini Bella belum juga menghubunginya, artinya ia masih tak ingin diganggu.

Kabar mengejutkan lainnya datang dari Geo. Cowok itu rupanya resign dari kantornya. Kinan kaget bukan main saat mendengarnya langsung dari Geo saat di telepon. Ia tak habis pikir bagaimana bisa Geo melepaskan pekerjaan bagusnya itu. Ketika di tanya, alasannya adalah karena mulai sumpek dan ia sadar ia tak suka jadi karyawan. Di sisa telepon Kinan benar-benar tak bisa berhenti bertanya apa Geo serius dengan keputusannya itu.

Banyak sekali yang terjadi selama Kinan melakukan penelitian. Semua menjalani kehidupan mereka masing-masing dengan keputusan masing-masing. Semua berjalan lancar untuk Kinan di sini. Ocha juga sepertinya cukup bisa menangani kesibukannya di tengah patah hatinya. Walau ia sempat kaget mendengar dari Geo bahwa Ocha sempat di opname karena kelelahan, tapi sepertinya sahabatnya itu cukup kuat. Geo juga sepertinya sedang memulai jalannya sendiri dengan keluar dari tempat kerjanya, hidupnya masih terlalu panjang hanya untuk dihabiskan di satu tempat. Untuk Bella, senang sekali mendengar dari Sonya kalau ia terlihat baik-baik saja dan sehat. Sekarang ia mulai menggarap skripsinya yang sempat tertunda selama 6 bulan []

-

Jangan lupa Vote sama Comment nya yaaaa. See u soon.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang