RENJANA 2

121 12 3
                                    

Ocha meraba sisi kasurnya, di mana suara bising sejak tadi meraung-raung mengganggu tidur nyenyaknya. Benda kotak yang bergetar itu sudah digenggamannya, Ocha langsung menekan tombol di layar ponselnya tanpa membuka mata untuk mematikan alarmnya. Ia mengerang, menenggelamkan kepalanya di balik bantal empuknya. Dari pintu kamarnya, ia mendengar ketukan cepat diikuti suara kakak laki-lakinya.

"Dek, bangun! Nanti lo kesiangan kuliahnya! Itu alarm kelima lo!"

Ocha melenguh malas, makin menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal.

"Gue masuk nih!"

Suara pintu kamarnya yang terbuka membuat Ocha menggeram. Demi apa pun ia masih ingin tidur karena semalaman suntuk ia begadang mengerjakan proyek desain website hingga pukul empat pagi. Harusnya kakaknya ini tahu karena semalam mereka begadang bersama. Lagipula bagaimana bisa manusia yang satu itu bangun begitu pagi padahal ia baru tidur bersamaan dengannya.

"Bang, lo, psycho ya, masa gue baru tidur dua jam udah lo paksa bangun." Gumam Ocha kesal.

Geo duduk di kursi belajar Ocha dan memandangi adiknya yang masih bergumul di balik selimut. Membangunkan Ocha setiap pagi memang selalu menjadi PR-nya yang paling berat. Ia bahkan bertanya-tanya bagaimana adiknya hidup kalau ia tak ada.

"Lo kan yang minta bangunin gue jam 7. Katanya lo ada kelas jam 8."

"Kan ini baru jam 6 bang!"

Geo menarik ujung selimut Ocha, "Ini udah setengah 8, non!"

Ocha mengernyit, detik berikutnya ia bangkit dengan cepat hingga bantal di kepalanya terhempas ke arah Geo yang sigap mengangkapnya.

"Gila lo ya baru bangunin gue jam segini!" pekik Ocha seraya melesat menuju kamar mandi.

Geo hanya geleng-geleng kepala melihat adiknya dan langsung turun ke bawah menuju dapur. Ia menyantap sarapannya yang sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga mereka. Lima belas menit kemudian Ocha turun dan menyambar lengannya, menyeretnya paksa menuju mobil yang sudah berada di ujung gerbang.

"Ngebut! Plis!"

Geo mendesah, santai duduk di kursi pengemudi dan menstater mobilnya. Dengan mulus mobil BMW hitamnya itu meluncur membelah jalanan kompleksnya. Sementara ia sibuk menatap jalanan, Ocha di sampingnya sibuk merapikan rambutnya dan membubuhkan sedikit pelembap, bedak dan lipstik pada wajahnya.

"Gue laper." keluh Ocha setelah selesai merapikan dirinya seadanya.

Geo menoleh sekilas, "Nanti cari sarapan aja dulu di kampus."

"Nggak sempet." Ocha mengeluarkan ponselnya cepat. Jarinya lincah membuka grup di chatroom bernama PERMEN KAKI dengan DP bergambar bungkus permen legendaris itu. Ocha sendiri tidak tahu mengapa nama grupnya bersama dua sahabatnya yang lain seperti itu, tanyakan pada Kinan yang memberi nama tak sesuai konteks. Ketika ditanya mengapa namanya seperti itu, ia dengan santai menjawab, 'kita kan manis kea permen kaki!'. Ocha ingat waktu itu Bella menambahkan 'manis tapi gabagus ya bentukkannya! Kita banget! bagus lo!' dan setelahnya menoyor kepala Kinan gemas.

Di dalam chatroom, Kinan sudah berkoar soal ritual paginya yang lancar jaya. Dengan bangga ia mengumumkan bahwa sampah dalam perutnya yang sudah dua hari ini tak mau keluar, kini bisa merengkuh kebebasannya. Ocha mendecih, tumben sekali anak ini bangun pagi. Ocha langsung mendial nomor Kinan yang diangkat dengan cepat.

"Why non pagi-pagi?" sapa Kinan diseberang sana.

"Lo masuk jam berapa, Nan?"

"Jam setengah sembilan. Why?"

RENJANAOnde histórias criam vida. Descubra agora