RENJANA 37

53 4 2
                                    

Bukan haknya. Iya, tidak? Meski Daffa pacarnya, ia tetap tidak berhak melarang sesuatu yang menjadi kegemaran sekaligus pekerjaannya, kan? Lagipula ia kenal Daffa kelewat baik, mereka jadian bukan seminggu dua minggu, harusnya ia tidak punya keraguan pada cowok itu. Sepanjang hari ini ia tak bisa menyingkirkan pikiran ini, membuatnya hampir gila dan lupa kalau ia sedang menunggu dosen untuk konsultasi proposal. Sejak tadi koridor di depan kantor dosen ramai, karena memang sedang jam makan siang.

Daffa pagi ini mendadak membatalkan janji mereka untuk hunting foto di pasar tradisional di dekat rumahnya. Katanya ia tiba-tiba dapat panggilan pemotretan pagi itu dan sayang kalau sampai terlewat. Ocha mengerti . . . benarkah? Tidak biasanya ia meragukan Daffa. Sudah sering kasus seperti ini terjadi karena kerjaan Daffa itu, harusnya ia terbiasa. Masalahnya Ocha tahu yang Daffa potret itu bukan sembarang orang, tapi model-model kampus yang cantik bak dewi itu!

Daffa sudah membuktikan selama ini kalau Ocha tak perlu khawatir soal kerjaannya yang selalu bersama perempuan-perempuan cantik. Hubungan mereka baik-baik saja selama ini dan mereka rajin berkomunikasi. Daffa selalu menyempatkan diri untuk mengabarinya disela kerjanya. Nah, masalahnya sejak bilang pagi tadi, sampai Ocha selesai konsultasi, belum ada juga kabar dari cowok itu.

Ocha berjalan gontai menuruni tangga. Ruang dosen ada di lantai 2 di sebelah tangga. Banyak adik tingkat yang mengenalinya menyapa. Beberapa yang dekat dengannya bahkan bertanya satu dua pertanyaan sambil lalu. Ocha menjawab seadanya sambil terus memeriksa layar ponselnya. Ia menghela napas berat saat menemukan ponselnya sepi pengunjung.

Setelah kejadian itu bukan sekali atau dua kali Daffa membatalkan jadwal jalan mereka karena pemotretan. Ocha masih berusaha memaklumi, mencubit pinggangnya gemas kala bertemu di kelas dengan cowok itu. Meski sebenarnya ia agak senang karena waktu kencan mereka bisa ia alokasikan pada kegiatan lain seperti mengerjakan tugas animasinya yang belum rampung.

“Emang kalo pemotretan selalu ngedadak mintanya? Nggak janjian dulu dari jauh-jauh hari? Masa iya tiba-tiba nelepon minta dateng, kamu kan bukan tukang ojek online.”

Sebagai jawaban Daffa hanya menggaruk pipinya yang tak gatal. Kantung mata yang sudah biasanya mengelilingi matanya kini bertambah parah. Wajahnya sedikit terlihat lesu dan rambutnya sudah agak gondrong, tak tahu kapan terakhir ia pergi ke tukang cukur. Untungnya jurusan mereka menganut mazhab ‘bebas berekspresi’ sampai-sampai kadang susah membedakan mana mahasiswa DKV dan mana anak punk di pinggir jalan.

“Sekarang kayaknya lagi musim ya pemotretan.” Seloroh Ocha di lain waktu.

Akhirnya karena terlalu sering dibatalkan, Ocha selalu menolak ajakan jalan dari  Daffa dengan halus. Meski ia rindu bercengkrama dengan Daffa walau hanya sekedar jalan-jalan di alun-alun kota dan makan sate padang yang mangkal di sana. Daffa juga tidak repot memberi keterangan lebih soal pekerjaannya yang belakangan ramai pelanggan. Kalau Ocha bertanya pun ia hanya menjawab pendek dan seperti menolak bicara banyak.

Dua bulan Daffa masih terus sibuk seperti itu. Ocha bahkan tak ingat kapan terakhir kali ia jalan dengan Daffa. Bertemu di kelas pun mereka jarang karena mereka hanya beberapa kelas mata kuliah yang sama. Makan siang masih bisa bertemu saja sudah seperti keajaiban belakangan ini.

Hari ini bahkan Daffa absen dari kelas entah karena apa. Ocha tidak bisa menghubunginya sejak pagi dan cowok itu tidak memberikan kabar apapun padanya. Bahkan mungkin Ocha tak akan tahu kalau bukan karena teman sekelas Daffa menanyakan keberadaan pacarnya itu.

Ocha tak mau ambil pusing. Belakangan mereka memang terlalu sering miskomunikasi, mungkin ia harus memberikan Daffa sedikit ruang. Jadi sepulangnya ia dari kampus, ia pergi ke panti jompo yang waktu itu pernah ia kunjungi saat acara bakti sosial jurusan. Ia butuh mengalihkan pikirannya dari Daffa. Ia butuh menjauh sejenak dari hiruk pikuk kota yang sesak. Kebetulan hari ini ia membawa mobil BMW Geo dan kameranya ada di dalam mobil.

RENJANAWhere stories live. Discover now