BAB 1

15 2 0
                                    

PAGI-PAGI SEBELUM bel bernyanyi riang menyambut hari, wajah Biru sudah tertekuk seperti kertas lecek. Tidak dalam suasana hati yang bagus membuat cowok itu agak kesal sehingga memilih menulikan telinga dari perkataan orang-orang, termasuk Genta, sahabatnya sejak kecil yang dari semalam sudah memenuhi kolom chat dengan perkataan tidak berguna.

Cie ketua OSIS baru.

Telinga Biru panas dari tadi, bahkan sebenarnya sejak kemarin. Walaupun sudah berpura-pura tak acuh, tidak mau mendengar apa pun yang bersangkutan dengan statusnya kini, tetap saja ucapan selamat yang merujuk pada dirinya akhir-akhir ini selalu menghantui Biru. Kabar tentang dirinya yang dilantik menjadi pemimpin tertinggi di Organisasi Intra Sekolah agaknya menjadi perbincangan hangat di kalangan para siswa. Namanya terus disebut-sebut dalam obrolan antar murid, tak kenal waktu dan tempat, mereka menjadikan Biru sebagai topik utama.

Bukan hanya Biru sendiri yang pesimis. Hampir seluruh siswa SMA Pancadharma pun sama tak percaya dirinya. Cakrawala Sabiru menjadi trending topic se-antero sekolah bukan hanya karena menggantikan jabatan Gavin semata, tetapi juga mengenai pertanyaan-pertanyaan para murid mengenai seberapa lama Biru bisa bertahan di OSIS---yang katanya---demi membersihkan kembali nama organisasi tersebut yang sudah tercemar.

Berdasarkan desas-desus yang beredar, OSIS bukan lagi organisasi menyenangkan. Dilihat dari mantan pemimpinnya---Gavin---yang ternyata hanya modal tampang bermartabat, padahal berkelakuan layaknya keparat, banyak orang jadi melabeli lingkungan organisasi itu juga pasti telah terkontaminasi. Stereotip tersebut sudah muncul sejak satu bulan lalu. Maka dari itu, kini Biru kelimpungan menampik segala pikiran para murid yang telah teracuni asumsi-asumsi---yang sebenarnya datangnya juga---dari mantan anggota di bawah pimpinan Gavin sendiri dulu.

Kini kepala Biru cenat-cenut nyeri. Dia tidak tahu harus mulai dari mana. Apalagi, Biru sebenarnya tidak punya pengalaman menjadi ketua OSIS atau pemimpin organisasi besar sebelumnya. Mentok-mentok hanya jadi pemimpin regu di kegiatan perkemahan sekolah saat SMP, itu juga regunya gagal menjadi tim terbaik di penghujung acara. Sampai sekarang cowok itu masih tidak habis pikir dengan Pak Bakti, kenapa harus dia yang dijadikan ketua OSIS, sih?

"Lo kalau nggak mau jadi ketos, ya, ngomong dong sama Pak Bakti dari awal," cetus Genta dari kursi belakang Biru. Memang keduanya tidak duduk bersebelahan, namun tetap masih terus menempel seperti kutub utara dan selatan magnet sebab Biru hanya membelakangi Genta setiap harinya. "Pak, maaf banget, tapi saya nggak mau. Jadi ketos itu berat, biar Dilan saja. Ngomong gitu, kek, Ru. Dari pada kerjanya setengah-setengah! Emangnya telor setengah mateng."

Biru mendengus kasar. Ia tahu kalau tidak semua orang bisa mengerti apa yang dirasakan orang lain, jadi cowok itu memaklumi Genta yang masih pagi saja bicaranya sudah melantur tidak jelas.

"Gini, ya, Genta. Kata bokap gue, kalau ada orang yang menawarkan jabatan---yang tentu aja murni nawarin, bukan kita yang nyogok---kita nggak boleh tolak kesempatan itu!" Biru menjelaskan, gelora semangatnya berkobar merah dalam hati sampai tidak sadar dirinya baru saja menggebrak meja, lantas kemudian mengundang atensi beberapa anak kelasnya: 11 IPA 5 yang sudah datang dua puluh menit sebelum bel masuk memekik.

"Lah, emangnya kenapa nggak boleh?"

"Katanya, sih, itu amanah. Jadi harus dijalankan dengan ikhlas dan sabar, serta kita juga harus mengerahkan usaha terbaik yang kita milikki."

"KALAU AMANAH KENAPA MUKA LO RIKES KAYAK BAJU BELUM DISETRI-"

Makian Genta tertunda. Sekilas ia melempar senyum ramah tatkala Dara berjalan mendekat dan beralih duduk di kursi samping Biru, tepatnya di pojokkan sebelah tembok tanpa bersuara. Hanya saja, tatapan datar cewek yang barusan datang itu selalu mengintimidasi, apalagi tadi Dara langsung menatap Genta sinis saat sedang berteriak memaki Biru. "Eh, selamat pagi Dara," lanjut cowok bermata sipit itu sambil mengulas cengiran, walau tahu tidak akan ada gubrisan.

Biru MudaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora