7

150K 13.3K 294
                                    

WISNU


Baru kali ini gue mikir keras sampai pusing. Kepala gue berat seperti tertimpa beban hidup yang sangat dahsyat. Gue berada di titik paling dilema dalam hidup gue. Seperti sedang berdiri dalam seutas tali di ketinggian 3600 kaki. Mau maju ataupun mundur, gue tetap bakal jatuh ke jurang.

Tidur gue gak nyaman, dan aktivitas malam gue terbatas. Selama seminggu ini gue dipaksa tidur di rumah, pulang kerja gue harus langsung pulang, gue gak bisa nongkrong dulu bareng temen-temen atau sekadar mengunjungi kelab malam langganan gue. Dan lebih parahnya lagi, gue akan menikah.

Hebat! Seorang Wisnu Regan Nugraha akan menikah dan melanggar prinsipnya sendiri. Gue pernah patah hati sepatah-patahnya sampai bikin gue gak mau berkomitmen serius dengan cewek. Cewek itu ribet. Titik. Gak pake tanda kurung ataupun tanda kutip.

Dua minggu menjelang hari pernikahan. Gue dapat kabar dari mamanya Keyfa, kalau mendadak Keyfa ingin menikah dengan wali ayah kandungnya. Semua keluarga Keyfa shock mengingat tidak ada yang tahu keberadaan ayah kandungnya di mana. Nyokapnya bilang semua orang sudah berusaha membujuk Keyfa, bilang kalau tanpa ayah kandung pun masih ada wali hakim. Tapi Keyfa kukuh ingin berusaha mencari keberadaan ayah kandungnya.

Gue akhirnya turun tangan langsung dan memanfaatkan koneksi gue. Gue minta bantuan sama Erfan dan Fahmi, biar gue bisa lebih cepat menemukan ayah kandung Keyfa.

Sebagai wakil direktur, kerjaan gue numpuk menjelang pernikahan. Apalagi gue ambil cuti setelah menikah nanti. Bokap minta gue menyelesaikan pekerjaan dulu.

"Serius amat calon big boss."

Gue mengangkat kepala melihat Fahmi muncul dari balik pintu ruangan kerja gue.

"Eh, Fa. Masuk."

Gue membereskan dokumen yang baru saja selesai gue baca dan gue tandatangani. Lalu melepas kacamata.

"Gaya lo! Sok sibuk kerja biar warisan lancar," ledek Fahmi sambil duduk di kursi seberang meja kerja gue.

Gue tertawa. "Gimana? Lo bawa informasi apa?"

Soal bokap kandung Keyfa, kemarin gue udah coba nyari ke daerah Karawang sesuai dengan alamat yang mamanya Keyfa berikan. Tapi kata para tetangga di sana, Faruq Hilmawan udah lama pindah karena digusur pemilik kontrakan. Beruntunglah, ada satu tetangga yang mengetahui jika Faruq Hilmawan itu pindah ke daerah Cililitan.

"Gue udah coba nyari ke alamat yang lo kasih. Gak ada, Nu. Tetangganya juga gak ada yang tahu. Gue coba tanya sama ketua RT di sana, ternyata memang ada yang namanya Faruq. Tapi dia penjudi dan pencuri."

Gue terperangah. Dalam waktu sepersekian detik gue gak bisa mikir ataupun menanggapi ucapan Fahmi.

"Dia udah sembilan tahun di penjara. Katanya sih tahun ini bebas."

"Serius lo, Fa?" tanya gue, di tengah-tengah kekagetan yang masih melekat.

"Gue belum cek ke lapasnya. Kata Pak RT dia ditangkap Polda Metro Jaya, Nu."

Ini kampret!

"Lo ada acara gak hari ini?"

"Gue mau survei lahan yang di Bekasi buat buka cabang kafe."

"Ajib. Ya udah biar gue aja yang ke lapasnya. Thanks, Fa. Lo emang paling bisa diandalkan kalau soal nyari info orang hilang."

Fahmi tersenyum jumawa, ia lantas bangkit berdiri. "Siap. Gue balik dulu."

Gue sebetulnya malas buat pergi ke lapas. Gue pikir tempat itu angker dan gak cocok sama anak bangsawan kayak gue. Berhubung ini ada kaitannya sama pernikahan gue, gue akhirnya langsung turun tangan untuk menemui Faruq Hilmawan di penjara.

Pasutri KampretWhere stories live. Discover now