2

230K 18.2K 676
                                    

KEYFA

Apa benar ibu-ibu akan lebih bawel saat anaknya belum menikah di atas usia 25 tahun?

Soalnya mamaku juga seperti itu. Ketika kutanya kenapa dia maksa banget aku buat nikah, jawabannya simpel kok. Katanya usiaku sudah cukup matang untuk membangun rumah tangga.

Begini, bukannya kecukupan usia itu belum tentu menjadi kunci kebahagiaan rumah tangga? Sekarang banyak perempuan yang menikah muda, dan tidak sedikit pula perempuan yang menikah di atas 30 tahun.

Berkecimpung di dunia pertelevisian bikin aku nyaman. Sampai lupa kapan terakhir kali aku pacaran. Kayaknya pas zaman kuliah. Entah itu di semester berapa, aku sendiri lupa. Setelah itu aku hampir gak pernah lagi pacaran. Mamaku sampai mengira aku belok karena tidak pernah mengajak "teman dekat" cowok ke rumah. Padahal karena memang tidak ada. Ralat, bukan tidak ada namun aku yang sepertinya terlalu cuek sehingga para lelaki yang sudah mendekat, kembali menjaga jarak.

Soal penampilanku juga sering kali Mama keluhkan. Katanya terlalu tomboi lah, gak bisa make up, wajah kusam, bibir pucat mirip vampir, celana sobek mirip preman. Sudah tidak ada poin plus-plusnya penampilanku di mata Mama.

Mendengarkan musik sambil rebahan dalam posisi terlentang di atas kasur memang yang paling nikmat. Genre musik rock adalah genre yang paling kugemari dari kecil sampai sebesar ini. Nah, urusan selera musik pun Mama kembali protes dengan mengatakan kalau genre musik yang aku sukai itu benar-benar tidak manusiawi. Bagiku musik rock itu mampu membawa semangat yang menghentak-hentak.

Aku dikejutkan oleh Mama yang tiba-tiba muncul dan melepaskan headset yang sedang kupakai. Aku bangkit dan duduk bersila di kasur. Menatap Mama dengan raut protes, namun Mama adalah satu-satunya orang yang tidak pernah terintimidasi oleh tatapanku.

"Paketan baru kamu. Pasti isinya onderdil motor." Mama meletakkan kardus yang ia bawa itu di atas kasur.

Aku nyengir lebar. "Mama tahu aja. Makasih ya, Ma, udah terima paketnya dan nggak ngebuangnya."

Terlalu sering mungkin aku membeli onderdil motor sampai Mama bisa berkata demikian. Padahal paket kali ini isinya itu sebuah tas—tas brandid mbak bro, tas tersebut sengaja aku beli jauh-jauh hari untuk kado ulang tahun Mama akhir tahun nanti. Mama belum tahu aja, coba kalau sudah tahu aku pasti dihujani ciuman sambil muji-muji diriku ini.

"Perempuan lain pesen di toko online tuh skin care, baju, tas, sepatu. Sedangkan kamu onderdil terus," protes Mama sambil berkacak pinggang.

"Aku kan bukan perempuan lain yang Mama maksud," balasku santai.

"Iya, tapi kamu anak Mama, Key." Mama berbicara penuh penekanan dan didukung oleh matanya yang melotot.

"Memangnya siapa yang bilang kalau aku anaknya Barack Obama?"

"Key, serius," omelnya.

Menggoda Mama adalah salah satu kegiatan yang mengasikkan walaupun setelahnya aku harus pasang telinga dengan baik karena pastinya serangan balasan dari Mama yang berupa ocehan-ocehan itu tidak akan habis selama tujuh hari tujuh malam.

"Key juga serius, Mama. Udah ya berhenti nyuruh Key nyari jodoh." Aku mengangkat tangan kedua tangan. Tanda menyerah dengan keinginan Mama.

Mama mendengkus. "Kamu beli onderdil itu dari mana sih?"

"Ini diimpor langsung dari Amerika."

"Jauh amat. Kenapa nggak sekalian aja kamu pesen pria tampan, masih muda, sukses, dan pastinya single."

Ke situ lagi larinya. Sampai panas telingaku mendengarkan ocehan Mama tentang calon suami.

"Iya nanti pesen. Tapi ongkirnya mahal deh kayaknya, Ma. Soalnya paket isi manusia," celetukku asal.

Pasutri KampretWhere stories live. Discover now