"Tolong kalian buat saus dengan mayonaise dan saus tomat, tetapi rasanya bisa menyatu dengan baik. Jangan menambahkan apapun sebelum ada perintah dari saya." Ucapan Grahita lantas di angguki sous chef yang bernama Gerald. Umurnya sekitaran 40 tahunan. Sudah berkecimpung di dunia kuliner hampir separuh dari umurnya.

Gerald awalnya menjadi kepala dapur, namun setelah kedatangan Grahita, posisinya tergantikan. Awalnya kecewa setelah tahu ada chef baru, namun mengetahui siapa penggantinya, Gerald lantas menerima sebab ilmunya lebih tinggi darinya walaupun masih lebih muda dari darinya.

Setelah 30 menit memasak dengan skill chef internasional, akhirnya makanan yang diminta Dirga pun jadi.

"Chef Gerald mau coba? Tapi ini sisanya tinggal sedikit, mungkin kalian bisa mencicipi satu sendok satu sendok." Ucap Grahita.

Gerald yang baru saja memplating makanannya lantas menatap Grahita ragu. "Apakah boleh mbak?"

Grahita terkekeh kecil, kekehan pertama yang ditunjukkan oleh Grahita sebab sejak pertama tadi, hanya wajah datar dan serius yang Grahita tampilkan. Oleh karena itu, orang-orang di dapur menganggap Grahita sebagai chef yang angkuh dan congkak. Namun tiba-tiba saja mereka di tawari resep baru oleh Grahita ya walaupun itu sisa dari hidangan yang akan di hidangkan ke customer.

"Chef Gerald jangan panggil saya mbak. Saya lebih muda dari chef. panggil saja Tata atau Grahi juga nggak papa. Kalian semua yang berada di dapur ini. Jangan panggil saya mbak atau bu. Saya lebih suka di panggil nama saya."

Semua lantas mengangguk mengerti. Mereka kira Grahita adalah orang yang kaku tapi ternyata orangnya ramah dan dapat tersenyum juga. Mungkin tadi pagi Grahita hanya mencoba memahami lingkungan barunya sehingga terkesan sombong dan tak mau bersosialisasi.

"Siap chef." Ucap mereka serentak. Hal itu membuat Grahita terkejut melihat mereka yang serempak justru memanggilnya chef. Grahita tak mempermasalahkan hal itu. Itu lebih baik ketimbang di panggil mbak atau bu.

"Kalau di luar dapur kalian boleh panggil nama saya. Nggak perlu ada embel-embel chef ya." Mereka mengiyakan serempak kembali.

Kemudian salah satu Pramusaji mengambil makanan yang sudah jadi tadi untuk dihidangkan kepada tamu yang katanya istimewa itu. Setelah itu Grahita menawarkan sisa dari makanan yang telah ia buat untuk di cicipi penghuni dapur tersebut. Mereka nampak berbinar karena jarang sekali ada yang membagikan sisa makanan yang ada. Paling jika ada resep baru, sisanya tak di bagikan.

"Hmm enak chef. Resep temuan chef sendiri ya?" Tanya salah satu dari mereka. Di dapur terdiri dari 6 orang dengan 4 Laki-laki dan 2 perempuan. 3 Laki-laki tersebut terdiri dari Gerald sang sous chef, Latief sebagai chef de partie, kemudian ada Raihan sebagai Demi chef dan Farid sebagai kitchen assisten yang bertugas membantu menyiapkan bahan masakan dan bersih-bersih. Sedangkan satu perempuan sebagai Commis chef bernama Andini.

Sebenarnya dapur sudah memenuhi standar yang ada namun tak jarang pula merasa kekurangan orang jika sedang ramai-ramainya pengunjung.

"Iya. Saya baru menemukan sekitar 3 bulan yang lalu." Sahut Grahita.

"Wah mantap chef. Kalau kita ada inovasi terus, restoran kita bakal tambah ramai dan terkenal." Ucap Latief. Grahita terkekeh kecil.

"Udah udah ayo kita kembali bekerja." Kemudian mereka serentak kembali ke pekerjaan masing-masing.

*****

"Bagaimana tuan? Apakah sesuai dengan selera anda?" Tanya Dirga. Sebagai pemilik sekaligus penanggungjawab restoran, Dirga tak segan berbaur dengan customer nya sendiri. Bahkan Dirga juga kadang merangkap sebagai manager restoran.

Aksara Dan SuaraNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ