역화 [Flashback]

3.5K 236 10
                                    

°Hye Ra's a charm, and Jungkook's in love°

.
.
.

            Mungkin bagi seorang Cho Hye Ra, hidup benar-benar tengah berpihak padanya kali ini. Merasakan deru napas hangat yang berhembus lembut di ceruk lehernya dengan tubuh yang didekap dengan penuh cinta, atau, dengan tubuh terbalut selimut yang saling memeluk hingga pagi tiba. Agaknya untuk waktu-waktu yang terus bergulir ke depan, Hye Ra akan menyukai kebersamaannya dengan lelaki kelinci bernama Jeon Jungkook.

            Hye Ra selalu menyukai cara Jungkook yang menatapnya dengan sorot mata intens dan hangat; tajam namun tak banyak menuntut.

           Hye Ra selalu menyukai tiap sentuhan yang lelaki itu berikan di atas kulit pasinya; begitu kuat namun tak banyak memaksa.

           Hye Ra selalu menyukai apapun yang Jungkook lakukan, bahkan ketika lelaki itu hanya duduk diam dengan dahinya yang berkerut dalam; memikirkan sesuatu yang sanggup membuatnya terlihat lucu dan sedikit menggemaskan. Singkatnya, Hye Ra begitu menyayangi lelaki dengan dua gigi depan yang acap kali menyembul bila kedua sudut bibirnya tengah terangkat tinggi.

            Lelaki bernama Jeon Jungkook dengan gaya rambut mangkuknya—waktu itu—resmi menjadi teman satu universitasnya pada pertengah musim panas yang menyengat di Bulan Juli dua tahun silam. Hye Ra mengingat dengan benar bagaimana denyut nadinya yang nyaris berhenti dan kulit pucatnya yang nyaris terkoyak hanya dengan satu goresan substansi tajam dengan gagang kecokelatan yang digenggamnya dengan kuat. Mengingat dengan jelas bagaimana ketika dirinya benar-benar lelah untuk hidup dan memilih mati, Jungkook hadir dengan sejuta harapan baru di yang terus meyakinkannya agar tetap bernyawa.

             Hye Ra ilbenar-benar ingin mati kala itu dan lari dari kenyataan bahwa ibunya berencana untuk melayangkan gugatan cerai dan memilih untuk menjadi istri simpanan tua bangka kaya raya. Sehingga pada akhirnya, sang Ayah memilih tali sebagai alat untuk mengakhiri hidup.

            Jadi, Hye Ra telah merencanakan matang-matang dan memilih jalan pintas—bunuh diri—opsi terakhir ketika segalanya menjadi rumit dan menyesakkan.

            Seharusnya waktu itu Hye Ra tidak perlu ragu untuk menggoreskan benda tajam itu di atas permukaan kulit pasi miliknya. Seharusnya, dia melakukannya di flat kecil yang jauh dari manusia dan melebur bersama malam dengan rembulan yang menggantung di atas kepala. Seharusnya ia tidak perlu menjadi gadis yang terus menangis dan hanya menatapi jemarinya yang bergetar hebat akibat ketakutan yang mengambil alih tubuhnya.

           Dan seharusnya, ia telah berada di Surga.

           Namun barangkali memang langit kelabu tidak benar-benar menginginkan kematian gadis yang memendam kesakitannya sendirian. Jungkook mendadak datang dengan seluruh eksistensinya dan bergerak begitu cepat di depan mata, lantas merebut bilah pisau tajam itu dari tangan Hye Ra. Hingga gadis itu terkejut bukan main—nyaris berteriak—dan langsung membekap mulut ketika matanya tertuju pada tetesan merah jenuh dengan bau besi berkarat yang mengalir dari telapak tangan milik Jungkook.

           Begitu pekat dan mengerikan.

           Hye Ra bergidik ketakutan, namun jungkook hanya terkekeh ringan.

          “Tidak apa-apa, aku bahkan sering terluka lebih dari ini.” Jungkook melepaskan bilah tajam itu diiringi dengan sedikit ringisan untuk kemudian bergerak mengambil botol air dingin dari tas; berniat membasuh lukanya .

          Kilauan benda tajam yang turut dibasuhnya bersamaan dengan pekatnya likuid kental berbau amis membuat Hye Ra benar-benar nyaris ambruk dengan bibir pucat pasi. Hye Ra menjadi limbung bukan main ketika Jungkook dengan begitu mudahnya hanya membalut luka itu dengan perban elastis yang sejujurnya tak akan mampu menghalau darah dari kulit yang terkoyak selebar itu.

ENMESHED |KSJWhere stories live. Discover now