1. Akademi Skymaze, Kelas 1-A

668 90 7
                                    

Hari ini adalah hari pertama akademi Blazer di kota Adele, akademi Skymaze membuka semester baru bagi para murid-murid yang lolos dalam memasuki ujian akademi. Daun merah muda pohon sakura yang berguguran menghiasi jembatan menuju akademi Skymaze.

Pada jam ini setiap kelas sudah menyelesaikan jam perwalian pertama di semester ini dan berkumpul di aula untuk mendengarkan pidato kepala sekolah terlebih dahulu.

Pidato kepala sekolah cukup membosankan, akibatnya banyak murid-murid yang mengantuk dan hampir tertidur, bahkan sudah ada yang mendengkur di bangkunya. Tidak hanya murid, para guru yang hadir di aula pun juga ikut mengatuk karena pidato yang sudah berlangsung lebih dari dua jam ini.

"Pada akhirnya saya, Veindal Volksky, sebagai kepala sekolah akademi Skymaze divisi tingkat lanjut menyatakan bahwa semester baru dimulai!" Veindal berseru keras membuat para murid dan guru yang mengantuk jantungan seketika.

Akhir dari pidato tersebut disambut oleh tepuk tangan dari para hadirin yang diikuti turunnya Veindal dari podium aula. Tak lama setelah itu para murid dibiarkan pergi menuju kelasnya masing-masing, terkecuali murid-murid baru. Mereka harus diam di tempat karena ada pengumuman bagi mereka.

Veindal naik ke podium aula sekali lagi dan memberikan beberapa penjelasan untuk mereka, "Pelajaran untuk kalian seminggu awal ini hanyalah teori saja, sementara praktik baru akan dilakukan minggu depan setelah memahami kekuatan jiwa kalian. Mengerti?"

Jawaban kompak terdengar dari seluruh murid baru membuat Veindal tersenyum puas mendengar semangat dari generasi baru akademi Skymaze ini.

"Nanti siang setelah semua pelajaran selesai, kalian para murid baru jangan pulang dulu karena akan ada pemeriksaan jiwa yang dapat mendeteksi potensi jiwa kalian masing-masing di kelas," jelas Veindal sebelum menutup pengumumannya dengan jargon khas akademi Skymaze.

"Jiwa kita..."

"Kekuatan kita!" Seru para murid menyelesaikan jargon khas akademi Skymaze yang terkenal sebelum membubarkan diri menuju kelas masing-masing.

Haikal Alendra, seorang pemuda yang menjadi salah satu murid baru di akademi Skymaze tengah berjalan mengikuti arus para murid baru ini. Rambut dan mata hitam, badan yang normal tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, penampilan yang tak begitu mencolok di mata orang-orang.

Sama seperti murid baru lainnya, Haikal juga berjalan menuju kelas barunya yang terdapat di lantai dua gedung kelas satu, kelas 1-A.

Sesampainya di kelas barunya, Haikal langsung duduk di bangkunya yang terdapat tasnya memandang ke sekitarnya. Ia dapat melihat murid-murid penghuni kelasnya masuk satu persatu melalui dua pintu yang ada di bagian depan dan belakang kelas.

"Yo Haikal," sapa salah satu murid laki-laki berambut hitam kemerahan yang duduk di bangku depannya.

"Heru, kau di kelas ini?" Haikal terlihat terkejut dengan keberadaan Heru yang duduk di bangku depannya.

"Apa-apaan kau? Kenapa baru sadar sekarang?" Ekspresi kecewa nampak di wajah Heru.

"Maaf maaf, habisnya banyak berlian bagus di sini," tukas Haikal melirik ke beberapa gadis di kelasnya yang diikuti oleh Heru.

Heru tersenyum gembira melihat paras gadis-gadis di kelasnya cukup menarik perhatian lelaki, sementara Haikal hanya melemparkan senyum masam kepada Heru ketika melihat reaksi sahabatnya itu.

"Aku tak menyangka kau masih saja melirik gadis lain padahal sudah memiliki Verna." Haikal mendengus kesal mengetahui kebiasaan Heru ini belum hilang juga meski sudah mempunyai seseorang yang spesial di hatinya.

Mendengar Haikal, Heru segera tersadar dan mengalihkan sorot matanya pada sahabatnya, "Kau tak mengerti soal beginian ya, Haikal? Aku memang sudah mempunyai pacar, tapi bukan berarti mataku hanya terkunci terhadap dirinya saja. Sudah sewajarnya mata lelaki itu mencari gadis cantik, kau tahu."

"Kau tak menarik perkataanmu?" Haikal mengangkat alisnya mendengar alasan Heru.

"Tentu saja tidak, memangnya kenapa?" Kali ini giliran Heru yang mengangkat alisnya.

Haikal menaruh kedua tangannya di atas meja, lalu meletakkan dagunya di atas kedua tangannya dan menatap Heru dengan ekspresi serius.

"Aku penasaran, bagaimana jika Verna mendengar percakapan kita ini, ya?"

Raut wajah Heru berubah ketika Haikal menyinggung Verna sekali lagi. Ia menoleh ke sekitarnya memastikan orang yang dimaksud tidak ada, kemudian menghela nafas tak menemukan Verna di kelas mereka.

Ia kemudian menyikut lengan Haikal dengan sedikit rasa kesal, "Awas kau mengatakannya kepada Verna!"

Haikal tertawa kecil melihat Heru langsung mundur saat dirinya menyinggung nama Verna ketika membicarakan persoalan gadis. Ia tahu kalau Heru merupakan lelaki yang sulit memalingkan matanya dari gadis cantik, tetapi Heru masih takut kepada sosok bernama Verna yang tak lain dan tak bukan adalah kekasih pemuda berambut hitam kemerahan ini.

Benar, Verna yang dibicarakan oleh mereka sejak tadi juga salah satu murid baru akademi Skymaze. Maka dari itu Heru terlihat sedikit ketakutan saat melihat ekspresi serius yang ditunjukkan Haikal sesaat tadi.

"Cukup bicara tentangku dan Verna, bagaimana dengan dirimu sendiri? Apa kau tak tertarik dengan hubungan romantis antara pria dan wanita?" Heru mengalihkan pembicaraan tak mau membahas Verna lebih jauh lagi.

Haikal melirik ke sekelilingnya beberapa kali dalam hening sebelum menjawab, "Aku tidak begitu tertarik dengan hubungan itu sekarang sih. Lagipula, tujuanku saat ini adalah membangkitkan Soul Arc-ku dan menjadi Blazer."

Blazer adalah sebutan bagi manusia yang berhasil membangkitkan Soul Arc-nya serta mampu bertarung selayaknya Blazer di garis depan melindungi umat manusia dari serangan Verg—makhluk asing yang muncul dari dalam pilar cahaya dan menghancurkan peradaban sekaligus menurunkan populasi manusia.

Bagi umat manusia saat ini, senjata modern berpuluh-puluh tahun lalu tak ada gunanya dalam memerangi Verg. Hanya Soul Arc dan Blazer yang mampu melukai Verg secara efektif, namun manusia yang dapat membangkitkan Soul Arc-nya itu tidak lebih dari 10% dari total populasi manusia saat ini sehingga jumlah Blazer pun tak begitu banyak meski dikatakan sebagai harapan umat manusia.

Hal ini pula yang menjadikan profesi sebagai Blazer sangat dihormati dan dijunung tinggi oleh masyarakat.

"Cih, dasar orang yang tak menikmati masa mudanya," ketus Heru memayunkan bibirnya tidak puas dengan jawaban Haikal.

"Hei, kau tahu sendiri alasanku berusaha sejauh ini, bukan?" Sorot mata Haikal berubah drastis, memandang dingin Heru.

"T-tak perlu marah, kan? Aku hanya bercanda, kau tahu?" Heru menjadi sedikit panik melihat reaksi Haikal yang ternyata masih semenakutkan dulu ketika dirinya menyinggung hal itu.

Haikal sendiri mendenguskan nafas besar dari hidungnya mengeluarkan sedikit rasa kesalnya. Heru memang mengetahui alasannya berusaha sampai diterima di akademi Skymaze, tapi ia selalu tersinggung dengan pertanyaan yang padahal jawabannya sudah diketahui.

Tak lama setelah percakapan terakhir mereka, Andre masuk sambil membawa beberapa buku di tangannya yang segera diletakkan di atas meja, "Baiklah, mari mulai pertemuan akademis pertama kita dengan pengetahuan dasar mengenai Blazer, Soul Arc, serta Job, oke?"

Absolute SoulWhere stories live. Discover now