Prolog

45 7 2
                                    

"SAYA NGGAK MAU tahu, segera bersihkan nama OSIS dari segala isu yang beredar."

Setelah Pak Bakti---pembina Organisasi Intra Sekolah SMA Pancadharma---menggebrak meja panjang, Biru belum tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Entah langkah apa yang tepat untuk kembali mengangkat OSIS sebagai organisasi dengan citra baik, Biru pening.

Enam belas tahun hidup, baru kali ini Biru dititipkan tanggung jawab besar yang mengharuskannya repot-repot merapikan kerusuhan. Masalah ini sebenarnya bukan bermuara dari dirinya, tetapi pada akhirnya dia juga yang ikut ketiban sial.

Bulan kemarin, sekolah---bahkan sampai sekolah tetangga---dihebohkan dengan berita menggemparkan. Ketua OSIS SMA Pancadharma lalu, yang baru saja dilengserkan secara paksa---juga dikeluarkan dari sekolah---terlibat skandal geng motor dan tawuran yang begitu fatal. Tidak cukup sampai di situ, ternyata Gavin, presiden sekolah yang berhasil menjatuhkan nama apa yang ia pimpin sendiri juga ketahuan melakukan hal-hal buruk lainnya. Tentu saja citra SMA Pancadharma berubah dipandang sebelah mata. Belum lagi, anggota OSIS berbondong-bondong keluar akibat malu menanggung kesalahan Sang Ketua.

Mau tak mau, Pak Bakti selaku penanggung jawab organisasi yang seharusnya menjadi teladan bagi para siswa itu ikut turun tangan mengatasi segala kericuhan yang terjadi. Dengan keterbatasan waktu dan siswa---yang mau diajak susah untuk membangun kembali nama baik sekolah---, pria setengah baya tersebut pada akhirnya memilih (atau lebih tepatnya membujuk setengah memaksa) Cakrawala Sabiru untuk menggantikan Gavin, kakak kelasnya yang sudah dikeluarkan. Padahal normalnya, agenda pemilihan ketua OSIS yang baru akan diselenggarakan tiga bulan lagi.

"Pikirkan baik-baik dari sekarang apa yang harus kalian lakukan ke depannya. Saya tunggu langkah pertama pekan depan," Pak Bakti kembali membuka suara. Intonasinya sudah jauh lebih tenang dibandingkan tadi saat tersulut emosi sebab teringat OSIS periode lalu yang betul-betul kacau. "Oh ya satu lagi, kamu Biru, semoga---dan harus---berhasil memimpin OSIS sampai kita semua kembali dihormati."

"Kalau saya nggak mampu, gimana, Pak?"

Pembina OSIS yang sekaligus merangkap sebagai wakil kepala sekolah itu bergeming sebentar. Tangannya masih berada di atas bahu Biru---menyalurkan kekuatan dan semangat---seraya berpikir. "Ya ... harus bisalah! Pokoknya anggota OSIS inti yang saya pilih harus bisa menghadapi pahitnya kehidupan ini. Ingat, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Jangan sampai melakukan kesalahan di langkah paling pertama. Saya mau makan siang dulu, kalian yang semangat kerjanya, ya. Saranghae!"

"Maaf, tapi Bahasa Koreanya semangat itu Hwaiting, Pak," koreksi Tania cepat.

"Ya, pokoknya itu. Saya mau terima beres langkah pertama kalian, pastikan rencananya berpotensi membuka celah kejayaan organisasi ini lagi. Kalian harus paham, kalau nggak, saya jitak."

Biru dan Tania saling melempar pandangan begitu pintu ruang OSIS berdentum tertutup, menyisakan derap tapak sol sepatu Pak Bakti yang makin lama kian menjauh. Kini ruangan itu hanya diisi tiga orang. Pertama; Biru, si pemimpin yang baru dilantik paksa menjadi pengganti ketua OSIS pengganti tadi pagi saat upacara. Kedua; Tania, anak kelas IPS yang ceriwis, kini menjabat sebagai sekretaris. Dan yang ketiga; Dirga, anak hits sekolah yang gayanya sok seleb, kini dia dipilih menjadi wakil ketua OSIS.

Biru memijat pelipis, entah apa yang Pak Bakti rencanakan sehingga memilih dirinya, Tania, dan Dirga untuk mengemban beban seberat ini. Terutama Dirga, sih. Meski Dirga  bukan anak nakal yang punya tampang urakan, tetap saja, memangnya anak hits itu mau diajak kerja sama merapikan kekacauan yang ada? Biru tahunya Dirga lebih suka menghabiskan waktu untuk gonjreng-gonjreng gitar di ruang musik atau main futsal di lapangan sampai mengundang pekikan heboh kaum hawa.

Kini kepala Biru berdenyut-denyut. Rasanya, Biru tidak lagi melambangkan warna biru yang sering dikaitkan dengan kepercayaan diri.

Seuntai pertanyaan mengganggu benaknya: memangnya dia bisa?

✧・゚: *✧・゚:*


[ N O T E S ]

halo, hello, oi! ya ini dia prolognya. semoga kalian jatuh cintanya sama biru (soalnya dirga punya authornya alias saya aowkwkwkw). anyway, tolong jangan berekspetasi kalau biru muda bakalan jadi cerita percintaan anak sma. soalnya dari sini aja keliatan kan, problemnya biru sebagai ketua osis baru---hasil pemaksaan---udah lumayan problematik buat dia.

jadi tolong banget inimah.

jangan tanya kenapa nggak ada pacarannya ya. aku mau berbagi hasil risetku tentang masalah-masalah internal organisasi yang pernah kualami dan beberapa riset dari hasil nanya-nanya ke mantan ketua mpk: kak irfan. dulu pernah bilang ke dia, "kalo biru muda menang dan terbit, gue mau nulis nama lo di kata pengantar ya, kak." tapi berhubung nggak menang, jadi kutulis di notes. hehehe. yaudah gitu aja siih, author's notenya!

by the way, lemme know your thoughts about this prolog, ya!
 

Biru MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang