"Oh, iya tante."

Gue kira doi sukanya gue?

°

°

°

°

Yeonjun sudah pulang ke rumah. Pemuda itu kini tengah duduk bersandar di sofa sementara keempat sahabatnya duduk mengelilinginya. Untung saja hari ini libur, jadi mereka bisa menjaga Yeonjun selama dua puluh empat jam full.

"Tadi kakak-kakak lo mau ikut kesini, tapi gue larang aja soalnya kasian sama Taeyong, Soojin sama baby Jiseok di rumah." ucap Beomgyu seraya memberikan cake yang di buatkan Jisoo, pada Yeonjun yang masih sesekali meringis ngilu.

"Iya, ngga apa-apa. Ada lo berempat ini yang bisa gue repotin."

Mendengar itu, keempatnya langsung menggulirkan mata kesal. Sedang sakit masih saja bisa menyebalkan, pikir mereka.

"Tadi Yeji nelepon gue, dia mau kesini katanya. Tapi ngga tau kapan."

Ucapan dari Soobin itu sontak membuat seluruh perhatian Yeonjun beralih pada pemuda tinggi itu. Kedua matanya langsung berbinar kesenangan.

"Serius?"

Soobin mengangguk, tapi sedetik kemudian memasang wajah meledek. "Seneng kan lo, Yeji jadi baik sekarang?"

Hueningkai yang duduk di samping Yeonjun langsung menepuk punggung sahabatnya itu dengan tidak santai. Membuat sang empu memekik kaget.

"Kenapa ngga dari dulu aja lo ketusuknya? Mungkin sekarang lo berdua udah resmi tunangan kali?"

Mendengar ucapan Hueningkai, Taehyun langsung menjitak kepala pemuda itu dengan sekuat tenanganya. "Ngomong suka seenak udelnya gitu? Yang ada malah tunangan, ngga. Mati, iya."

Hueningkai memicingkan matanya pada Taehyun. "Ngga usah sambil jitak juga bisa kan?"

"Abisnya tangan gue gatel pengen jitak lo, gimana?" santai Taehyun.

Hueningkai lalu bergerak, berusaha membalas perbuatan Taehyun. Tapi bergegas Taehyun menghindar dengan gaya coolnya. "Sini lo pendek!"

"Jangan bawa-bawa fisik lo! Adu kekuatan, ayo!"

Melihat adu mulut keduanya, bukan melerai, Soobin, Beomgyu dan Yeonjun malah menggelengkan kepala mereka. Bahkan Yeonjun sampai memijit keningnya sendiri karena merasa pening mendengar suara keras dari keduanya.

Ting! tong!

Tidak sampai suara bel rumah mereka berbunyi. Hueningkai dan Taehyun menghentikan perdebatan mereka dan langsung beralih kearah pintu rumahnya.

"Biar gue aja yang buka."

Beomgyu segera beranjak dari tempatnya untuk berinisiatif membukakan pintu rumah. Setelah pintu itu terbuka, Beomgyu langsung tersenyum dan menolehkan kepalanya ke belakang.

"Yeji dateng, Jun!" Kemudian pemuda itu kembali pada Yeji yang ternyata kali ini gadis itu tidak datang seorang diri. Melainkan bersama Ryujin. "Ayo masuk!"

Yeji mengangguk lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Sementara Ryujin tampak ragu karena ia baru pertama kali datang ke rumah ini. Apalagi ia tidak tau kalau yang membuka pintu itu adalah Beomgyu, jantungnya seketika berdetak kencang detik itu juga.

"Kenapa diem aja, Jin? Ayo masuk!" tanpa permisi, pemuda itu langsung menarik lengan Ryujin agar masuk ke dalam. Beomgyu tidak tau kalau perbuatannya justru semakin membuat Ryujin kaku.

Apalagi di dalam sana ada Taehyun yang melihat dirinya di tarik oleh Beomgyu. Itu semakin membuatnya menjadi salah tingkah. Sementara pemuda yang sudah mengetahui perasaannya terhadap Beomgyu hanya menarik sudut bibirnya penuh arti. Tapi untung saja, Taehyun bersikap seolah ia tidak tau apa-apa. Pemuda itu tak lama kembali seperti dirinya sendiri yang dingin dan cuek.

Sementara di sisi lain, Yeonjun terus menampilkan senyum sempurnanya saat kedatangan Yeji. Pemuda itu harus terlihat baik-baik saja di hadapan gadis tercintanya.

"Makasih udah dateng kesini," ucap Yeonjun tulus, kemudian ia beralih pada Ryujin yang berdiri sedikit di belakang Yeji, "lo juga, Ryujin. Makasih udah dateng dan nemenin Yeji."

Ryujin lantas menganggukan kepalanya. "Oh, i—iya."

Ya, Ryujin gugup. Karena Beomgyu kini berdiri tepat di sampingnya dan menatap kearahnya.

"Oh iya, kalian berdua duduk dulu. Gue ambilin minum buat kalian."

Namun begitu Beomgyu hendak melangkah, Ryujin langsung menggelengkan kepalanya. "E—eh, ngga usah repot-repot, Gyu. Gue sama Yeji udah--"

"Ya udah, kalau gitu lo bantuin gue bikinin minumnya supaya lo ngga ngerasa ngerepotin." potong Beomgyu.

"H—hah?"

Taehyun yang melihat kecanggungan Ryujin, lantas bersuara. "Ya udah kalau gitu, lo juga bikin minuman buat kita ya? Kan ada Ryujin yang bantuin."

Beomgyu memicingkan matanya pada Taehyun. "Bisa aja lo nyari kesempatannya."

Setelah mengatakan itu, Beomgyu kembali mengajak Ryujin. "Ayo, Jin! Mau ngga bantuin gue?"

Ryujin berdehem sekali untuk menetralkan perasaan gugupnya. "Iya, ayo."

Akhirnya mereka berdua berjalan kearah dapur. Sedangkan Yeonjun menyuruh Yeji duduk di sampingnya.

"Berdiri mulu, ngga pegel?" sindir Yeonjun pada Yeji.

Melihat itu, Yeji hanya tersenyum tipis, lalu segera mendudukan dirinya seraya menyodorkan buah-buahan yang ia bawa pada Yeonjun. "Gue beli mangga tadi, di makan ya? Biar cepet sembuh."

Yeonjun terkekeh kecil, lalu menerimanya dari tangan Yeji. "Sebenernya yang bikin gue cepet sembuh itu bukan mangga, tapi lo."

Yeji berdecih pelan, sementara Taehyun, Hueningkai dan Soobin yang mendengar gombalan itu berakting muntah.

"Lagian dari kemarin lo bawain gue buah mulu deh, kemaren jeruk, kemarennya lagi apel. Sekali-kali buah hati kek?"

Mendengar itu, tanpa sadar tangan Yeji bergerak mendorong pundak Yeonjun. "Apaan sih? Buah hati anak maksud lo?"

"Aduduh sakit....."

Tapi di luar dugaan, Yeonjun malah meringis kesakitan yang membuat Yeji seketika panik.

"Eh, Jun. Sorry sorry, gue refleks."

Taehyun mendelik, "yang sakit kan perut? Kenapa jadi pundak?"

Ucapan Taehyun sukses membuat Yeji kembali menatap sinis kearah Yeonjun.

"Hei, tadi Yeji dorong gue, badan gue jadi kegerakin dan otomatis perut gue juga ikut gerak. Jadi ngilu lah...."

Yeji menghembuskan napasnya panjang. "Lagian bercanda lo begitu amat. Lagi sakit juga masih aja bisa nyebelin."

"Ya kan bercanda, lo kaya yang ngga tau gue aja sih?"

Melihat Yeonjun seperti ini, entah mengapa hati Yeji menjadi lebih tenang. Ia bisa kembali melihat Yeonjun yang iseng, jahil dan menyebalkan seperti dulu. Sudah tidak ada yang perlu ia khawatirkan lagi sekarang.

Tapi anehnya, perasaannya lah yang sepertinya berubah kali ini. Ia tidak sebenci, sekesal, sejengah dulu pada Yeonjun yang seperti itu. Apakah mungkin perasaannya sudah berubah? Dan apakah mungkin ia sudah bisa menerima Yeonjun sebagai orang yang harus ia perlakukan dengan baik?

 Apakah mungkin perasaannya sudah berubah? Dan apakah mungkin ia sudah bisa menerima Yeonjun sebagai orang yang harus ia perlakukan dengan baik?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝐿𝑜𝓋𝑒 𝐼𝓈 √Where stories live. Discover now