2. Tetangga Baru

72 6 0
                                    

Susan POV

Aku memutuskan akan melakukan jogging sore ini di lingkungan sekitar. Sudah dua minggu lebih aku tinggal di sini tapi aku belum sempat berkeliling melihat-lihat. Aku mengenakan kaos berlengan pendek berwarna hitam dan celana training hitam addidas tak lupa dengan sepatu merah running nike. Aku mulai memasang perlengkapan joggingku yaitu headset bluetooth di kedua telingaku dan iPod di saku kanan celanaku. Aku berlari kecil memutari perumahan yang sungguh luas ini sampai akhirnya aku berhenti di sebuah taman di ujung perumahan.

Taman ini berisikan patung-patung yunani seprti Athena, Apollo, Poseidon dan dewa-dewi lain olympus. Arsitektur tamanpun tampak seperti bangunan yunani kuno. Tak mengehrankan jika taman perumahan akan sebagus ini untuk kawasan perumahan elite. Aku mengambil tempat duduk di ujung taman. Aku masih mengatur nafasku yang ngosh-ngoshan sambil melirik lingkungan sekitar. Cukup sepi untuk taman sebagus dan seluas ini. Tiba-tiba mataku tertuju pada seorang wanita di bangku sebelah yang berjarak sekitar tiga  meter dari tempatku.

Aku memperhatikannya, matanya terpejam sambil menikmati suasana sore ini yang cukup nyaman. Tak berselang lama datang seorang pria, mereka seperti bercakap-cakap si pria seperti memohon pada si gadis dan akhirnya si gadis bangkit dari bangku dan mengikuti tarikan si pria. Mereka terlihat seperti pasangan yang sedang bertengkar atau sebagiannya kurasa. Setelah cukup untukku memulihkan tenaga, aku mulai berlari kecil lagi sampai di rumah.

"Habis dari mana Sue?" tanya ibu yang berada di ruang tv.

"Habis jogging muterin perumahan bu"

"Langsung mandi, habis itu bantuin ibu ya"

"Ya bu.."

Aku membersihkan seluruh tubuhku yang tertutupi keringat dengan pancuran shower. Sekitar 15 menit yang kuhabiskan untuk mandi, aku berganti baju dengan baju rumahan yang nyaman. Sebuah kaos putih dengan gambar mickey mouse dan celana pendek kotak-kotak selutut. Aku turun menuju ruang tv tempat ibu berada.

"Ngapain sih bu?" tanyaku melihat ibu sedang membungkus beberapa parcel berisi kue-kue kering.

"Ini, kamu bantu bungkusin ya.." aku melihat ada sekitar sembilan parcel tersedia.

"Buat apa bu?"

"Buat tetangga-tetangga, sebagai bentuk rasa syukur atas pernikahan ibu dan om Tono.

"Ngapain bu, lagian mereka juga pada ga kenal kok, rumah aja paling yang ngisi pembantunya doang"

"Eh kamu ga boleh seperti itu Sue... kan di sunahkan untuk selalu bersikap baik kepada tetangga. Tetangga merupakan orang terdekat yang tinggal bersama kamu. Nanti kalo misal ada apa-apa yang pertama menolongmu itu tetanggamu bukan orang lain."

"Iya iya bu..."

"Nih udah selesai semua parcelnya, rencananya ibu cuma membagikan yang satu kompleks saja, kamu bantuin ibu bawa parcelnya terus antarkan ke rumah mereka masing-masing ya"

"Ya bu.."

Aku pun keluar bersama ibu dengan membawa parcel-parcel yang telah kami susun tadi. Kami mulai mengetuk dari rumah di ujung jalan sampai rumah terakhir. Kebanyakan yang membukakan pintu adalah para pembantu mereka dan hanya ada dua pasang yang membukakan sebagai pemilik rumah. Rumah-rumah di sini terisi oleh orang-orang yang memiliki karier yang tinggi dan jarang tinggal di rumah. Bagi mereka yang tinggal di rumah, mereka adalah orang tua yang telah pensiun dan sedang menikmati masa pensiun mereka dengan nyaman.

Sampai di rumah bernomer 10, rumah besar berwarna putih dengan halaman yang luas yang letaknya tepat berada di depan rumahku. Kuketuk pintu rumah no.10, tak lama setelahnya muncul seorang wanita membukakan pintu. Tunggu, bukankah dia yang tadi di taman? Aku bisa melihat pria yang tadi bersamanya duduk di ruang tamu.

Blind Flower GirlWhere stories live. Discover now