Berenang melewati lorong-lorong gelap dan sunyi, Edzard berusaha menajamkan penglihatannya. Ini bahkan oksigennya semakin berkurang.

"Fabio, kumohon. Bangunlah. Dewa Neptunus, biarkan Fabio yang melanjutkan perjalanan. Aku yang akan menggantikan posisi Fabio saat ini. Kumohon," lirih Edzard dalam hati.

Berkali-kali dia merapalkan doa untuk Fabio dan teman-teman. Berkali-kali pula dia harus berdoa agar dirinya yang ada di posisi kesusahan itu.

***

"Yuta. Hei..." Ujaran Fallona membangunkan Yuta yang seperti kelelahan. Wajar saja bagi manusia, berjalan dan berlari di dalam air memang menyusahkan. Terlebih anak malas berolahraga seperti Yuta.

Matanya perlahan terbuka dan tertutup. Berusaha mencari sumber cahaya yang dipancarkan si ikan lampu.

Ternyata, dia tidur di dalam pangkuan Haru. Dan Hari saat ini tengah tersenyum memandang wajah bangun tidurnya Yuta.

Dengan segera Yuta duduk di hadapan Haru. Haru bahkan masih tersenyum. Dan dua teman lainnya (Fallona dan Parviz) memandang Yuta bergantian.

"Ada apa?" tanya Yuta kebingungan.

Yuta melirik ke sebelahnya. Ada Delvian yang tengah terbaring di butiran pasir. Kasihan sekali... Delvian yang malang.

"Tidak. Kami menunggumu terbangun. Karena daritadi kamu cukup lama tertidur," sahut Parviz santai, dengan pandangan mengarah ke Delvian yang tengah asik berbaring. "Kasihan sekali anak itu. Hahaha."

Fallona terdiam. Instingnya berfungsi lagi. Dan Haru memandang ke arah Fallona bingung. "Ada yang berjalan ke arah sini," ucap Fallona menjelaskan.

"Haru, bangunkan Delvian. Kita harus bersiap." Parviz dengan sigapnya berbalik badan dan bersiap mengeluarkan kekuatannya.

Haru yang diperintah Parviz segera bangkit dari duduknya dan menggoyangkan badan Delvian. Sedangkan Fallona berada di balik punggung Parviz dan Yuta digandengannya.

"Aku tidak yakin kali ini kita bisa selamat." Ujaran Delvian yang baru saja mengumpulkan nyawanya membuat kening semua makhluk mengernyit. "Aku baru saja bangun. Tenagaku tidak sebanding dengan mereka yang sudah pemanasan lebih dulu—Aw!" Baru saja hendak menyuarakan pendapat lagi, Parviz menepuk kencang kepala Delvian. Anak ini memang bahasanya tidak lain berisi keluhan dan kepasrahan.

"Kalau begitu. Biarkan kau jadi tameng kami. Dan aku tidak mau memakamkanmu setelahnya. Akan kuberi hiu yang ada di sini."

Semua tertawa. Tidak dengan Fallona. Dia sedang berpikir keras untuk ini.

"Bersiap!"

"Satu,"

"Dua,"

"Tiga—"

Si ikan lampu yang membawa keterangan menyorot ke arah depan. Bukannya musuh yang datang tapi malah kawannya yang sedang sekarat di dalam gendongan Edzard.

Semua mata saling pandang satu sama lain. Begitu pula Edzard. Keningnya mengernyit dalam. "Apa yang kalian lihat?! Bantu aku menyelamatkan Fabio!"

Menurunkan Fabio. Semua kelimpungan berusaha mengobati Fabio yang sepertinya hampir kehilangan separuh nyawanya. Ah, Fallona baru saja ingin mengucapkan puji syukur. Namun, masalah yang satu ini belum selesai. Dan pasti setelah keluar dari sini. Pasti ada masalah baru lagi.

"Fabio, Fabio bagun!" Haru menepuk-nepuk pipinya. Dan Fallona bersama Parviz hendak mencari tanaman yang sekiranya bisa membantu memulihkan tenaga Fabio.

Delvian? Dia terheran-heran karena wajah Fabio yang merah. Dan Yuta, dia hanya bisa berdoa dan mengusap-usap kepala Fabio yang ada di pangkuannya.

***

"Kami hanya menemukan ini," ucap Fallona seraya memberikan beberapa lembar rumput laut yang sepertinya tidak bisa dikonsumsi. Bukan berarti mengandung racun, hanya saja, rasanya pahit teramat sangat.

Edzard mengambilnya dan mengamatinya. "Aku bisa hanya bisa mengubah setengah dari rasanya. Daun bitter ini terlalu pahit walaupun setengahnya aku hilangkan," papar Edzard sebelum mengubah setengah dari rasanya dan bentuknya. Niatnya ingin dibuat seperti batu kerikil agar cepat tertelan.

"Biarkan saja. Dia juga tidak sadar. Ayo cepat lakukan. Fabio tidak akan selamat nanti," ujar Delvian dengan tidak sabaran.

Mereka semua mengangguk setuju. Dan dengan kekuatan Edzard, Fabio tidak jadi kehilangan nyawanya. Bersyukurlah kalian.

***

"Bodoh. Hahaha."

Hanya Fallona yang bisa merasakan bahwa mereka memang diberi kemudahan namun dipersulit nantinya.

"Kalian yang tidak sabaran sedikit. Harusnya aku segera menumbalkan anak manusia itu sejak kutangkap. Tapi, setidaknya satu dari mereka kekuatannya akan sedikit melemah karena daun itu. Hahaha. Bodoh. Hahaha."

***

Tbc

3 Maret 2020.

A.n :

Kembali lagi dengan tanggal bagus nan cantik. Uuuuu, jamuran tidak?

Hahahaha.

//Sumpel kaos kaki//

Mian mian. Ini terlalu berkarat bukan? Karena.... aku lagi mode tidak percaya diri dengan tulisanku :( ini bahkan gak ngefeel sama sekali kayaknya ya? Hahaha, mohon maaf sekali lagi.

Disappoint? Iya maaf, maaf. Itu artinya aku harus banyak baca buku dan mengasah kemampuan menulis lagi ya kan?

Okelah panjang nih. 1000 words-an. Aku mau tidur, besok ulangan Jepang. DOAKAN NILAINYA BAGUS YA TEMAN-TEMAN :") Nanti kalau bagus, aku kasih part Rafeyz yang mulai [ekhm] mulai—ah itulah pokoknya. DOAIN YA.

Ppapai

Ikan yang comel

🐟🐟🐟

The Prince Mermaid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang