🌀 16

2.9K 217 1
                                    

Aku berbalik badan dengan mata tertutup. Berusaha untuk mengintip apa yang sedang dilakukannya. Namun, helaan napas membuatku menutupkan mata erat-erat.

Apa dia sudah tertidur?

Masih dengan mata tertutup, aku bertanya-tanya dalam hati, dia sudah tertidur? Jika belum, apa yang dia lakukan?

[10 menit]

Rasa keingintahuanku sangat besar. Dengan jiwa baja, aku berguling hingga nyaris jatuh dari ranjang ini. Aku tidak peduli dia curiga atau tidak. Yang penting aku bisa melihat jam, dan....

apa yang dia lakukan.

Mataku sedikit menyipit agar bisa melihat jam tanpa ketahuan. Sebelum mataku merotasikan ke atas, aku melihat ke bawah. Tepat di mana lelaki itu tertidur di sana. Rupanya dia membelakangiku. Baguslah. Aku bisa leluasa melihatnya-eh maksudnya melihat jam.

Jam 21.35

Jam dimana aku sudah tertidur pulas di matras empuk-ku. Jam dimana Papaku sudah pergi dari kamarku setelah melihatku tertidur.

Badanya tegap sekali. Eh ya ampun! Aku kenapa?

GLEDER...

Suara petir membuatku refleks bergetar dan mengambil selimut kemudian seluruh badanku kumasukkan ke dalamnya. Sumpah. Aku takut sekali petir.

Badanku bergetar semuanya. Keringat dingin membasahi tubuhku. Aku ketakutan. Sangat. Mama. Aku ingin ke kamar Mama. Aku ingin tidur bersama Mama.

Aku menangis sejadinya di dalam selimut. Semoga dia tidak mendengar suara tangisku, walaupun tangisku ini tidak menimbulkan suara.

Tiba-tiba, keranjang yang sedang kutiduri bergetar. Aku menangis dengan isakan. Dan selimut ini...

Ada yang membukanya.

"Kau kenapa?" tanya orang baru saja membuka selimut yang kupakai.

Aku tidak menjawab. Mata ambernya menatapku. Satu isakan lolos dari bibirku begitu saja.

"Heeiii... Kau ketakutan?" Suara lembutnya kembali bertanya. Dan aku hanya bisa diam memandanginya. "Tenanglah, aku akan ada di sini sampai petir-petir itu berhenti."

Aku merasa lebih baik. "Sungguh?" balasku.

Dia mengangguk sebagai jawaban 'iya'. "Kau takut petir?"

Aku mengangguk mengiyakan. Masih dengan air mata yang terus berjalan menyusuri pipiku.

Dia berbaring di sampingku. Masih memperhatikanku dan aku juga memperhatikannya. Saling diam. Dalam jarak yang bisa dihitung dengan penggaris. Dan aku juga bisa merasakan hembusan napasnya.

"Mengapa belum tidur?" tanyanya.

Aku menggeleng. Aku membuang pandangan agar dia tidak memperhatikanku. Jantungku seperti dibawa menaiki wahana rollercoaster.

GLEDER...

Aku memeluk orang di sampingku. Aku takut. Aku ingin dipeluk Mama.

***

Rafeyz yang dipeluk Vloryne hanya bisa diam dengan jantung yang berdetak tak beraturan. Rasanya dia ingin sekali cepat pagi. Mengakhiri malam ini.

Khawatir. Itu yang ada dipikirannya saat ini. Dibalasnya pelukkan itu, sambil berbisik pelan, "Jangan takut. Aku di sini." Tapi sayangnya, mata gadis itu sudah terpejam. Sebelum Rafeyz membalas pelukkan itu dan membisikan kalimat itu.

The Prince Mermaid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang