Masyura menahan emosinya, hey jangan lupakan tentang penyakit darah tingginya itu ya.

"Menurut kamu aja gimana."

"Kamu masih marah."

Itu udah tau ngapain nanya! Dasar suami bloon! Astaghfirullah.

Buru-buru Masyura menyebut istigfar sebanyak-banyaknya. Tapi tidak memungkiri dia masih kesal dengan Jordan.

"Udah deh, nggak usah banyak tanya. Cepet turun ke bawah! Aku udah siapin sarapan buat kamu!"

Jordan pun pasrah dan akhirnya ikut turun untuk sarapan.

Masyura benar-benar mendiaminya! Tapi tidak lupa Masyura tetap mengambilkan nasi untuknya, masih melayani dia dengan baik.

Jordan tau yang dia lakukan ini salah. Tapi mau gimana lagi, dia sudah terlanjur melakukan hal ini.

"Kok makanan kamu di aduk-aduk aja sih?" tanya Jordan yang melihat Masyura hanya mengaduk-aduk makanan miliknya saja.

"Nggak mood!"

Jordan menghela napas. "Kamu harus makan, sarapan pagi itu penting."

"Hmm.."

Dengan malas, Masyura memakan sarapannya dalam diam. Padahal di hatinya sudah dongkol sekali ingin meninju Jordan!

"Aku pergi dulu, ya. Kalau ada apa-apa telpon aku aja."

Masyura salim dan membawakan tas Jordan sampai depan. "Kalau mau pergi jangan lupa kabarin aku."

"Iya."

Setelah Jordan pergi, Masyura masuk ke dalam rumahnya. Dia sangat malas melakukan hal apapun. Yang dia inginkan saat ini hanyalah tidur!

Namun, belum sempat dia menaiki tangga, perutnya serasa di kocok. Mual. Itu yang sangat mendeskripsikan kondisinya saat ini.

Dengan cepat dia berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Kebetulan Bu Rini baru saja ingin ke kamar mandi belakang yang sekarang di pakai oleh Masyura.

"Astaghfirullah, nyonya! Nyonya nggak kenapa-napa, kan?" tanya Bu Rini panik.

Bagaimana tidak panik? Masyura sudah tergeletak mengenaskan di bawah wastafel.

"Sa-saya mual dan pusing sekali, bu."

"Nyonya diam disini. Saya akan cari taxi untuk ke rumah sakit."

Bu Rini langsung pergi mencari taxi di depan rumahnya. Biasanya kalau bagi gini banyak taxi yang lewat.

"Pak! Tolong majikan saya, dia sudah lemas di dalam. Antar kami ke rumah sakit!"

Supir taxi itu juga langsung masuk ke dalam rumah. Dia membantu Bu Rini untuk membawa Masyura ke dalam mobil.

Sesampainya di rumah sakit, Masyura langsung di tangani pihak rumah sakit. Sambil menunggu Masyura di tangani, Bu Rini menelpon Jordan.

"Assalamualaikum, tuan. Saya Bu Rini, ini saya mau kasih tau, kalau nyonya masuk rumah sakit."

Jordan kaget mendengarnya.

"Kok bisa, bu?! Tadi barusan dia masih baik-baik saja.'

"Saya kurang tau, tuan. Tadi sehabis saya rapih-rapih, nyonya udah tergeletak lemas di kamar mandi."

"Dimana bu rumah sakitnya?"

"Pondok Indah Hospital, tuan."

Jordan yang mendengar Masyura masuk rumah sakit segera pergi meninggalkan ruangannya.

"Anto, saya minta tolong cancel jadwal saya untuk hari ini. Karena istri saya masuk rumah sakit."

Anto ingin menolaknya namun setelah mendengar kalau istri bosnya ini masuk rumah sakit dia tidak jadi menolaknya.

"Baik, pak."

Sesampainya di rumah sakit, Jordan langsung menuju ruangan yang sudah diberi tau oleh Bu Rini.

"Tuan, tadi dokter bilang mau ketemu tuan di ruangannya."

"Tolong jaga istri saya dulu ya, bu."

Jordan pergi ke ruangan dokter yang menangami Masyura setelah menanyakannya kepada perawat.

"Begini, pak. Bapak ini suaminya Ibu Masyura?" tanya dokter itu terlebih dahulu.

"Iya, saya suaminya. Ada apa ya, dok? Apa ada hal serius yang menimpa istri saya?"

Dokter itu tersenyum. "Tidak, pak. Saya hanya mau memberi tau kalau istri bapak sedang hamil. Usia kandungannya sudah menginjak tiga minggu."

"Ha-hamil, dok? Serius?"

"Iya, pak. Saya ucapkan selamat ya."

Setelah di beri tau tentang apa saja yang harus di belinya dan konsultasi tentang kehamilan yang bagus untuk Masyura, Jordan keluar dari ruangan dokter itu.

"Kenapa kamu harus hamil di waktu yang nggak tepat sih, Yur?"
***

Yee si anjrit lo Jordan! Istri hamil bukannya bersyukur lo! xixi

Jangan lupa vote dan comment nya guys!!

See you,

Après Le Marriage ( END )Where stories live. Discover now