Cowok itu mengulurkan jari kelingkingnya,

"I'm yours, baby," ucapnya dengan nada lembut.

Laras mengangguk dan jari kelingking mereka saling menaut. Setelah itu, Laras kembali melanjutkan makannya hingga benar-benar habis. Setelah dirasa kenyang, Laras pun tidak diperbolehkan untuk tidur setelah makan oleh Evan. Karena dikhawatirkan makanan yang dimakan tadi belum sampai ke lambungnya.

"Ponsel kamu mati, kemasukan air kayaknya," ujar Evan yang membuat Laras sedih. Ponsel kesayangannya rusak akibat kejadian di kolam renang.

"Maaf, aku telat nolongin kamu," kata Evan merasa bersalah. Laras tersenyum dan mengelus pipi Evan lembut,

"Jangan gitu. Kamu nolongin aku, aku udah bersyukur banget,"

Evan meraih tangan gadisnya yang hangat di pipinya,

"Aku sayang kamu, Ras. Selalu,"

Evan pun mencium dahi Laras cukup lama, Laras memejamkan matanya,

"Makasih udah nerima aku, gadisnya Evan,"

Laras mengangguk dan memeluk tubuh kekar Evan. Evan pun membalas pelukan itu hingga tak sadar kalau Tria memperhatikan dari balik pintu kamar yang tidak terkunci rapat,

"Liat, Yah. Anak kita sudah besar,"

Mila menggedor-gedor rumah Sheila pagi-pagi sekali. Nihil karena pintu belum terbuka sama sekali. Ia kesal karena semalam Sheila tidak datang ke acara ulang tahunnya,

"WOY BUKA PINTUNYA! MAU GUE DOBRAK?!!"

Mila menendang pintu itu. Sampai akhirnya tetangga yang sedang berjalan melewati rumah Sheila pun berhenti,

"Nyari neng Sheila ya?"

Mila mendelik tajam, "ya! Dia kemana?"

"Pergi ke Bandung dari kemarin sore,"

Mila merasa kalau tadi ia mempermalukan diri sendiri pagi ini. Ia tersenyum kikuk dan memandang tetangga yang sudah pergi entah kemana. Ia menulis sesuatu di sticky note yang dibawa di tas nya. Lalu memasukan kertas itu ke celah pintu bawah.

Mila pun pergi dengan perasaan kesal yang menyelimutinya.

Elsa khawatir sejak semalam, anak gadisnya belum pulang. Apakah Laras masih marah padanya? Ia berusaha menghubungi Laras, namun nomor itu tidak aktif. Ia berharap kalau Laras sedang bersama Evan. Ya setidaknya bersama cowok itu membuat Laras merasa dilindungi.

"Mas, Laras belum pulang," Elsa menelepon Ferdi dengan wajah gusarnya.

"Kamu jangan kemana-mana. Aku otw kesana,"

Tut tut tut

Panggilan berakhir. Elsa meremas ponselnya dan mulai mengeluarkan air matanya dengan deras. Perasaan khawatir terus menyerang. Takut kalau gadisnya kenapa-napa. Kalau sampai kenapa-napa, ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

EVALARA [✔] حيث تعيش القصص. اكتشف الآن