BAB 35 (END)

Mulai dari awal
                                    

"Ya, buku ini sudah hampir tiga tahun saya persiapkan atau lebih tepatnya tidak sengaja tercipta yang pada akhirnya konsep tersebut saya matangkan dan saya kirimkan pada penerbit. Hampir tiga bulan saya menunggu, akhirnya saya mendapatkan kabar bahwa draft saya lolos. Lalu saya kembali mendiskusikan lagi pada pihak penerbit. Sebelumnya, mungkin kalian tahu bahwa saya juga pernah mengisi rubik majalah online dan blog. Ya, semuanya berawal dari keduanya dan sampai akhirnya, di bulan ini buku itu resmi beredar."

Tersisa satu pertanyaan terakhir sebelum berlanjut ke sesi selanjutnya. Pembawa acara itu dengan sigap langsung menunjuk salah satu peserta yang kali ini datang bersama anaknya. Salah seorang peserta yang menggunakan kerudung berwarna coklat muda dan dipadukan dengan pakaian tertutup yang membuat auranya semakin terpancar.

Jati tersenyum melihatnya. Senyuman yang berbeda dan memiliki makna lebih dalam. Saat sosok itu bangkit dari duiknya untuk memperkenalkan diri, orang-orang mendengarkannya dengan seksama. Membiarkan suara lembutnya mengalun bersama dengan sebuah pertanyaan yang tercipta.

"Apa ada kisah menarik dari proses pembuatan buku ini? Dan apa harapan anda untuk para pembaca yang membaca buku ini?"

Wanita tersebut kembali duduk, kembali menangku anak laki-lakinya yang nampak menggemaskan.

Jati menggenggam mikrofonnya, mendekatkan pada mulutnya. "Tentu. Banyak kisah yang mewarnai buku ini. Buku ini bukan hanya tentang sebuah karangan. Melainkan menyimpan arti tersendiri buat saya. Buku ini menceritakan kisah hidup saya, bagaimana saya bangkit dari keterpurukan, bagiamana saya membuka diri saya untuk menjadi lebih baik, bagaimana saya memaknai masa lalu serta masa depan dan bagaimana saya mencoba memberi sebuah warna baru di kehidupan saya." Jati diam sesaat. Melirik wanita tadi yang memberikan pertanyaan untuknya. "Mungkin kalian tidak percaya bahwa dulu hidup saya terlalu banyak sebuah warna hitam yang menggambarkan makna kelam. Tapi kini, semuanya menjadi lebih baik. Dari buku itu, kalian bisa mengetahuinya. Dan buku ini juga hadiah spesial dari saya untuk seseorang. Seseorang yang menjadi sumber inspirasi saya."

Sorak-sorai mengaung di tempat, merasa penasaran siapa sosok yang merupakan tokoh utama pada buku tersebut.

"Sosok itu berada di sini," kata Jati lagi yang membuat para peserta semakin penasaran. Jati sendiri memang tidak terlalu mengumbar kehidupannya di sosial media yang membuat banyak orang tidak terlalu mengenal dirinya kecuali tulisannya.

"Sosok itu yang baru saja memberikan saya pertanyaan. Ya, dua orang itu adalah istri dan anak saya. Mereka yang menjadi warna baru pada kehidupan saya."

Jati bangga memperkenalkan keduanya. Dua orang yang beberapa tahun terakhir mewarnai hidupnya dan begitu juga seterusnya. Di saat waktu bergulir dengan cepat, dalam dua tahun itu juga banyak peristiwa yang terjadi. Mulai dari pertemuan, pernikahan, kelahiran Bara hingga masa kelamnya sampai setahun kemudian kehidupannya setelah kembali melaksanakan akad nikah kembali. Semua kisah itu Jati gambarkan pada buku perdananya. Buku yang memang dia jadikan hadiah untuk Clarissa. Sosok yang menjadi inspirasinya bersama dengan Bara—putranya.

"Dia mengajarkan banyak hal pada saya. Kami berjuang bersama melewati semuanya. Saya ini manusia yang naif, terlalu lugu pada kehidupan yang pada akhirnya mengajari banyak hal untuk saya. Mungkin, masa lalu saya buruk. Pertemuan saya dengan dia bukan hal yang sempurna. Tapi saya tahu, ini jalan saya. Dan saya menemukan sesuatu yang baru saat bersamanya seperti contohnya, cita-cita saya. Saya berjuang lebih kerasa untuk menggapainya. Kita berjuang bersama untuk meraih cita-cita masing-masing."

Tepuk tangan riuh menjadi balasan atas jawaban Jati. Sampai pada akhirnya, sesi demi sesi terlalui dan mencapai acara penutup. Jati berdiri, melangkah mendekat ke arah penonton memberikan kata-kata terakhirnya sebelum acara benar-benar resmi usai.

"Saya mengucapkan banyak terima kasih untuk kalian semua yang hadir maupun kalian semua yang membeli buku saya. Di acara kali ini, saya harap kalian akan membawa sesuatu yang bermanfaat dan begitu juga buku tersebut. Satu hal yang perlu kalian ingat, menjadi naif itu bukan sebuah kebodohan. Naif adalah awal mula dari ketidaktahuan yang akan memberikan kalian pelajaran. Seperti judul buku ini yang memiliki judul Hypocrites, kalian akan menemukan bagaimana saya belajar menapaki semuanya. Dan sekali lagi, terima kasih untuk semuanya."

Jati tersenyum, kembali ke tempatnya dan melakukan sesi selanjutnya yaitu foto bersama dan tanda tangan. Setelah benar-benar selesai, Jati pamit undur diri pada seluruh kru acara kali ini. Berjalan menuju lantai dasar dan masuk ke salah satu tempat makan untuk menghampiri dua orang yang tadi sudah turun terlebih dahulu karena sosok yang kini berteriak memanggilnya lapar.

"Yaaah!"

Bukan hanya memanggil, sosok itu juga berlari mendekatinya. Sosok buah hatinya yang kian hari semakin lincah gerak-geriknya.

Jati berjongkok, menangkap Bara lalu menggendongnya, berjalan mendekat ke meja di mana Clarissa duduk dan menarik kursi di hadapan perempuan itu untuk duduk dengan Bara yang berada di pangkuannya.

Clarissa tersenyum, senyuman bangga terpancar dari raut wajahnya melihat Jati yang berhasil menggapai satu dari sekian impiannya. "Selamat untuk buku pertamamu. Terima kasih juga untuk semua kata-kata yang indah itu."

Jati mengangguk. Memberikan balasan senyuman lalu kembali bermain dengan Bara—yang kini nampak asyik mengoceh di pangkuannya. Membiarkan anak itu asyik menikmati es krimnya yang lama-kelamaan bercecer dan belepotan di sekitar mulutnya yang membuat Clarissa maupun Jati tertawa karena merasa gemas dengan wajah Bara.

Perjalanan mereka masih sangat panjang. Jati sadar akan hal itu. Semua yang mereka lewati bukan perkara mudah, tetapi Jati percaya, ke depannya, mereka akan tetap mampu melewati segalanya. Seperti saat mereka melewati masa di mana orang-orang itu menghampiri kehidupan mereka. Membuat pertemuan mereka yang sama sekali tidak indah. Tetapi Jati tidak menyesalinya, ini jalan hidupnya. Dan dia akan selalu berjuang untuk segalanya. Berjuang untuk dua sosok yang mewarnai hari-harinya serta orang-orang yang selalu di sisinya.

Clarissa juga mengajarinya akan banyak hal di mana salah satunya memaafkan. Saat mengetahui segalanya, Clarissa dengan lapang dada memaafkan dua orang yang selama ini menjadi dalang dari segalanya. Dia memaafkan Clara. Memaafkan sosok adiknya yang saat ini merantau di negera sebrang ditemani sang mama untuk menuntut ilmu. Begitu juga dengan kesalahan Samuel. Kesalahan fatal yang pada akhirnya harus dia tebus dengan mendekam di balik jeruji besi.

Jati dan Clarissa hanya mampu kembali belajar. Menjadikan itu sebuah masa lalu dan pelajaran hidup yang sangat berharga. Karena baginya, hari esok telah menunggu. Menunggu dirinya menyongsong masa depan dengan lebih baik. Dan keduanya kembali merajut sebuah asa, meraih sebuah bintang dan mencoba terus bersinar di antara banyaknya bintang.

Karena pada akhirnya, Jati dan Clarissa-lah yang menjadi pemenangnya. Keduanya berhasil melewati sebuah rintangan yang tidak berujung itu. Bertahan di antara sebuah pilihan yang membuat mereka untuk terus berjuang.

S E L E S A I
18 AGUSTUS 2017

akhirnya kelar juga repost bab terakhir wkwk. makasih buat yang udah baca sampai akhir dan buat kata terima kasih lainnya, pertanyaan, dan penjelasan dari aku buat kalian bakal aku post di postingan selanjutnya. jadi jangan dihapus dulu yak! hehe.

Dan kalau aku post isi poems di buku Jati kalian pada mau tidak? Soalnya sayang, udah dibikin dari jaman dahulu kala niatnya buat di versi novel tp tidak jadi wkwk. Kalau mau aku nanti post okeiii.

QOTD : pendapat kalian tentang keseluruhan cerita ini?


Hypocrites LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang