BAB 35 (END)

192K 10.9K 1K
                                    

.: Akhir Sebuah Cerita :.

Sosok itu berdiri dari tempat duduknya, menyapa segerombolan orang yang berbondong-bondong hadir untuk datang ke acara peluncuran buku perdananya yang diselenggarakan di salah satu toko buku terkemuka di kota ini. Senyum tak pernah pudar dari bibir Jati. Bak matahari, senyum itu terus memancar menandakan betapa dia bahagia bisa berdiri di tempat ini.

Setelah hampir dua tahun lamanya, akhirnya dia mampu meluncurkan buku perdananya. Sebuah buku yang berisikan perjalanan hidupnya. Buku yang berhasil terjual hampir dua ribu eksemplar pada sesi pre-order bulan lalu dan disambut antusias oleh banyak penggemar yang juga merupakan pengikut setia pada blog pribadinya.

Semuanya memang berawal dari sana.

Pada sebuah blog yang berisikan sepenggal kata dari pemikiran Jati yang kini akhirnya menjadi sebuah buku. Buku yang konsepnya Jati pikirkan secara matang dengan harapan bahwa orang-orang dapat mengambil pesan serta maksud dari perjalanan hidupnya. Buku itu memang hanya berisikan sebuah quotes atau sajak. Tetapi, di balik kata-kata sederhana itu, para pembaca akan tahu apa yang ingin Jati sampaikan melalui sebuah frasa. Semuanya perasaan Jati tergambarkan dengan jelas yang pada akhirnya berhasil dia tuangkan dalam untaian kata.

"Selamat sore, saya Ana salah satu followers di blog Mas Jati. Saya ingin bertanya, bagaimana perasaan Mas saat mendengar bahwa draft buku Mas lolos seleksi penerbit?" tanya Ana, salah seorang penggemar Jati yang datang untuk mengikuti acara ini.

"Halo, Ana. Perasaan saya waktu itu tentu saja senang. Setelah sekian lama, akhirnya saya mampu meluncurkan buku pertama saya ditambah antusias dari kalian menambah kesenangan pada diri saya," jawab Jati dengan senyum ramah mengganbarkan betapa dia bahagia dan senang mampu meluncurkan buku pertamanya.

Sesi pertanyaan berlanjut. Kini seorang pemuda yang menginjak usia awal dua puluh tahunan nampak berdiri dan memperkenalkan diri lalu melontarkan sebuah pertanyaan. "Apa yang memotivasi anda selaku penulis untuk membuat buku ini?" tanyanya mengajukan sebuah pertanyaan yang juga menjadi sebuah tanda tanya untuk seluruh peserta kali ini.

Sebelum menjawab, Jati menanggapinya dengan senyuman. Bibirnya kemudian terbuka, menceritakan motivasi dirinya dalam membuat buku ini. "Motivasi saya dalam membuat buku ini? Tentu ada banyak hal yang membuat saya terpacu untuk membuat buku ini. Selain ingin meperlihatkan bagaimana belajar untuk bangkit dari keterpurukan, saya ingin banyak orang tahu, bahwa cinta bukan sekadar urusan hati dua orang yang bersatu lalu bahagia. Semuanya butuh proses. Dan buku ini mewakili diri saya bagaimana cara saya berproses untuk menjalani itu semua." Jati mengakhiri jawabannya. Kembali menunggu tiga sisa pertanyaan selanjutnya pada sesi tanya jawab ini.

"Dari sekian banyak kata-kata di buku Mas Jati, apakah ada yang paling disukai?" Jati mengangukkan kepalanya. Menjawab pertanyaan itu bahwa salah satu kata-kata yang dia sukai adalah sajak yang terdapat pada akhir halaman. Sebuah untaian kata yang dia buat saat melihat seseorang yang menemaninya sampai sekarang. Memberinya semangat dan menjadi salah satu alasan mengapa buku ini pada akhirnya bisa meluncur di pasaran. Selesai menjawab pertanyaan ketiga, para peserta langsung mengangkat tangannya antusias saat pembawa acara mempertanyakan siapa peserta selanjutnya yang akan bertanya sampai salah seorang peserta yang duduk di ujung belakang terpilih untuk mempertanyakan apa yang ingin ia tanyakan pada Jati selaku penulis buku tersebut.

Seperti sebelumnya, setelah memperkenalkan diri, peserta tersebut memberikan sebuah pertanyaan. "Berapa lama waktu yang Mas Jati butuhkan untuk menyelesaikan naskah ini? Karena saya dengar, Mas mempersiapkannya bahkan hampir tiga tahun sendiri. Terima kasih." Usai bertanya, peserta itu kembali duduk. Membiarkan Jati memgambil alih mikrofon dan tempat untuk mengeluarkan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan.

Hypocrites LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang