"Guys cukup, udah deh gue yakin bukan si Arga, lagian dia baru anak baru." Cika menengahi pertengkaran dalam diam Ara dengan Arga.

"Gue setuju sama Cika, lagian masalah makanan doang diributin."

"Eh abis pulang sekolah ada kegiatan pramuka?" tanya Arga mengingat jadwal mata pelajaran hari ini.

"Yup dan wajib datang kalau ada yang bolos pelanggaran pertama langsung panggil orang tua, serem cuy." jawab Rico membayangkan ketika ia dulu dihukum karena kabur dari kegiatan pramuka.

"Kaburnya lewat belakang sekolah ya?" lanjut Arga dengan diberi tatapan tajam oleh Ara dan Cika seakan mencium niat yang tidak benar.

"Kenapa lo mau tau? Mau kabur?" tanya Ara

"Iya, ada masalah?" Cika langsung menjitak kepala Arga. "Aduh kok gue dijitak sih Cik?" Arga mengusap dahinya perlahan karena pukulan Cika cukup keras dan Rico hanya ketawa melihatnya.

"Kan tadi udah dibilang hukuman bolos, malah mau lanjut beneran bolos."

Rico menepuk perlahan bahu Arga. "Tenang aja bro, lo bikin rencana jangan didepan dua singa betina gini, yang ada lo diamuk."

"Mau sampai berapa kali hukuman sih Ric, biar lo capek bikin onar?" tanya Ara

"Ra hidup jangan serius mulu napa, sekali-kali ajak bercanda biar ada warna-warni. Ga kasih warna gih dihidup Ara, kelihatan aura Ara cuman hitam sama abu-abu doang." jawab Rico sambil meledek dan ketawa bahagia.

"Kalo kalimat terakhir Rico gue setuju." Cika tersenyum meledek ke Ara yang dibalas dengan wajah yang ditekuk dan tatapan tajamnya.

"Kehidupan gue udah berwarna gausah diwarnain lagi nanti malah kecerahan."

"Hitam sama abu-abu gak ada warnanya." jawab Arga.

"Oh jadi lo setuju sama mereka? Kenapa?"

"Kenapa enggak?" Deg, Ara dengan cepat melihat ke dalam bola mata Arga yang terlihat bahwa apa yang dikatakannya sebuah kejujuran.

"Ekhm.. Jadi lo mau deketin Ara nih Ga?" tanya Cika dengan gemas melihat mereka berdua. Ara yang mendengarnya seketika membeku ditempatnya dengan jantungnya yang tak karuan.

"Wah bro, lo cepet juga ya suka sama orang padahal lo baru beberapa minggu disini."

"Gak gitu juga Ric, maksud gue mewarnai hidup bukan berarti cuman jadi pacar doang kan? Temenan bisa mewarnai dengan cara tersendirinya." setelah mendengar penjelasan Arga tidak tahu kenapa Ara merasa sebagian hati kecilnya paling dalam sedikit kecewa.

"Yahh Ra jangan sedih gitu dong kalau Arga gak jadi deketin." Cika meledek sembari ketawa mengejek.

"Engga, gue biasa aja." jawab Ara berusaha mengontrol air mukanya yang murung dan mood nya kembali hancur.

"Balik gih lo udah mau bel juga." ujar Cika memperagakan tangannya tanda mengusirnya.

"Oh iya anjir gue lupa belum bikin pr bahasa inggris." Rico menepuk dahinya dan bergegas pergi meninggalkan kelas XI Mipa 2 menuju kelasnya yaitu XI Mipa 3. 

*Kringg... kringg...

Bunyi bel telah terdengar tanda jam istirahat berakhir, kemudian guru PKN yaitu pak Hari masuk untuk mengajar.

"Selamat siang." salam pak Hari memulai pelajarannya.

"Siang pak." jawab seluruh murid. Setelah itu Cika menarik baju lengannya Ara, memanggilnya untuk berbicara.

"Ra, jadi lo milih Galih atau Arga nih?" Dengan senyum tertahan Cika menggoda Ara.

"Ck.. Apaan sih Cik, pertama gue yang pasti gak bakal sama Galih, yang kedua hal yang gak mungkin antara gue sama Arga." Ara membuang napasnya kasar, dia sangat tahu Cika akan bawel untuk hal percintaanya sat ini.

"Tapi kan gue bisa lihat dari gerak gerik Arga loh, kayak dia punya sedikit ketertarikan sama lo." Cika masih berpegang teguh sama pendapatnya.

"Sedikit doang kan?"

"Jadi lo maunya banyak?" Cika memainkan alisnya naik turun dengan senyumannya yang telah lebar.

"Bukan gitu ogeb, maksudnya sedikit itu tanda cuman mau jadi temen doang, lagian kita juga belum deket kan sama dia."

"Oh... Jadi maunya deket ya Ra?" Tidak tahan lagi Ara memukul dahi Cika pelan. "Aw.. Sakit Ra, kok gue dipukul sih?" ujar Cika sambil mengusap dahinya.

"Jangan lebay deh gue pelan mukulnya, ya lagian lo sok tau banget sih."

"Sok tau gimana? gue kan cuman kasih pendapat doang."

"Ya pendapat lo gak ada buktinya kan? Kecuali kalo ada, baru lo bisa bilang kayak gitu."

"Tapi feeling gue gak pernah melesat tau kalo soal percintaan gini."

"Lo cenanyang ya?"

"Enggak ogeb, gue yakin aja gitu nah biasanya kalo udah yakin banget pasti bakal kejadian."

"Kalo udah kejadian terus mau ngapain?"

"Ya lo tinggal milih antara Galih dan Arga."

" Kalo gue gak punya rasa sama keduanya artinya mereka sama kayak cowok-cowok lain."

"Kalo gue liat sih mereka beda sama yang cowok yang kejar lo."

"Beda gimana?"

"Ntar lo liat aja, kalo pendapat gue benaran terjadi, lo traktir gue ya."

"Dih mana bisa gitu, lagian ini kan urusan percintaan gue kok gue yang rugi."

"Ya kalo salah gue deh yang traktir lo."

"Oke. Gue yakin lo yang kalah taruhan."

"We'll see. "





















Salam V
See you on next month or months.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 04, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ELUSIVEWhere stories live. Discover now