The Two From Us

594 49 19
                                    

*Yohangyul + OC, except this isn't a hetero agenda


===============


Kata orang, Hidupku adalah anugrah. Ibarat memiliki oasis yang tak kan pernah surut di saat orang lain kehausan dan terpaksa minum air dari kaktus di padang tandus.

Aku tak pernah suka perumpamaan itu. Kalaupun benar aku memiliki oasis yang tak pernah surut, ku rasa air yang ku konsumsi tak selamanya tidak berbau.

Han Chaerin. Lahir pada tahun 1999 di Bordeaux. Putri seorang CEO dari Han Corp, salah satu pengusaha terkaya di Korea, bahkan di dunia. Memiliki wajah yang seakan diukir oleh Sang Pencipta dengan tidak sembarangan. Menguasai empat bahasa. Dan sekarang sedang mengenyam pendidikan di SNU dengan major politik.

Katanya, hidupku sempurna. Namun, definisi sempurna bagi mereka begitu dangkal. Karena di setiap kata sempurna yang terlontarkan, terdapat banyak ekspektasi mengenai diriku yang pada akhirnya harus ku penuhi, harus ku tunjukkan pada publik. Menjadi beban yang memenuhi bahuku.

Menurutku, hidup sempurna adalah hidup yang bebas. Bebas dalam artian kau bisa mengatur hidupmu sendiri. Kapan kau harus tidur, berapa mangkuk jjajangmyeon yang kau makan, atau pakaian apa saja yang kau kenakan. Tanpa aturan untuk tidur dibawah jam 10 malam, pola diet ketat, maupun pakaian mewah yang disiapkan Bibi Lee setiap pagi.

Jika kesempurnaan ditilik kembali dari versiku sendiri, maka hidupku tentu jauh dari kata sempurna.

Pada hakikatnya, hidup seseorang memang tidak akan pernah ada yang sempurna.

Tapi setidaknya ada dua manusia yang memberi cipratan warna pada hidupku yang abu - abu.

Kim Yohan dan Lee Hangyul.

Aku bertemu mereka saat berumur tujuh tahun. Kami bertemu di ruang bermain saat orang tua kami tak berhenti berbincang dan meminum anggur di hall sebuah hotel.

Anak - anak lain dengan gaun dan kemeja mereka tetap sibuk menaiki perosotan dan bergelantungan di tiang. Namun, aku, Hangyul, dan Yohan memojok dan membicarakan mengapa perosotan itu harus dilapisi emas. Mengapa tidak berwarna merah saja seperti yang ada di taman.

Kurasa kami menjadi dekat secara otomatis karena kami memiliki sentimen yang sama. Syukurlah, sejak saat itu, mereka tak pernah berubah.

Hidupku yang terstruktur menjadi tak terduga. Setiap harinya jadi dipenuhi kejutan.

Salah satunya adalah saat aku harus mendatangi kelas balet terakhir sebelum showcase. Yohan dan Hangyul menjemputku dan membawaku ke concert hall. Mereka membawaku pada konser Bon Iver. Konser yang telah kutunggu sepanjang tahun, namun tak boleh ku hadiri karena menurut orang tuaku, showcase balletku adalah hal yang lebih penting.

Aku yang bisa melakukan ballet dan aku yang menguasai Bahasa Inggris, Mandarin, dan Perancis adalah hal yang penting bagi mereka. Kebahagiaanku? Tentu saja tidak penting.

Yohan dan Hangyul mengenalkanku pada konsep bahagia yang sesungguhnya. Dan kebahagiaan yang ku dapat adalah kebahagiaan atas rasa bebas. Lepas. Aku melambaikan tanganku ke udara. Bernyanyi sepenuh hati, meski suaraku tidak terlalu enak didengar.


===============


Teman - teman perempuanku menganggap bahwa aku sangat beruntung bisa berteman baik dengan sosok seperti Kim Yohan dan Lee Hangyul. Mereka akan memulai pemujaan pada kedua sosok itu seakan mereka adalah laki - laki paling sempurna di dunia. Mereka atlit ini, calon CEO itu, model ini, dan blablabla.

ENCHANT [Yohangyul]Where stories live. Discover now