Debat.

2.6K 270 80
                                    

Waktu diskusi setelah presentasi memasuki sesi terakhir. Hangyul mengarahkan pandangan pada seisi kelas, mencari seseorang yang mengacungkan tangan.

Hanya ada satu penanya.

Goddamit

Ia terpaksa memilih si bintang kampus, meski ia sudah sangat ingin pulang.

"Baik Kim Yohan. Apa pertanyaanmu?"

"Jadi, mengapa kalian memasukkan perempuan dan laki - laki ke dalam stratifikasi dan juga diferensiasi sosial secara bersamaan? Padahal keduanya memiliki makna bersebrangan." Mata Yohan menatap Hangyul tajam. Tidak terkesan menantang, namun hanya sedikit mengintimidasi. Yohan memang dikenal sebagai mahasiswa yang kritis. Teman - teman seangkatannya lebih memilih untuk mengambil kelas yang berbeda dengan si anak laki - laki yang cemerlang itu. Wajar saja. Yohan tak jarang melontarkan pertanyaan - pertanyaan yang membuat bingung. Semester ini, keberuntungan tak berpihak pada Lee Hangyul, yang mengantarkannya pada situasi seperti ini.

"Tentu karena sekarang kami sedang membahas stratifikasi dan diferensiasi sosial. Dan karena itu kami harus membahas pendapat dari berbagai ahli, bukan hanya satu saja."

"Menurutku kau tidak perlu memasukkan teori yang tidak relevan di zaman modern seperti ini." Balas Yohan dengan intonasi yang tegas sambil memangku dagunya.

Hangyul tak mau kalah berargumentasi. "Bisa kau elaborasi maksudmu, saudara Kim Yohan?"

"Menganggap pria dan wanita sebagai bentuk sebuah stratifikasi sosial adalah hal yang kolot. Patriarki sudah ditinggalkan sejak lama. Feminisme memperbaiki nasib perempuan masa kini. Laki - laki dan perempuan merupakan sebuah diferensiasi sosial adalah hal yang paling benar."

Hangyul mulai berkeringat dingin. Ia diam sejenak, memberi kesempatan bagi Hyeop dan Sihun untuk menanggapi Yohan. Namun setelah beberapa saat, mereka tetap saja masih membisu dan memberinya tatapan anak anjing. Hangyul terpaksa memberi tanggapannya kembali, tidak tega membiarkan temannya menjadi orang yang membuka mulut. "Baiklah, you got the point. Tapi tidak salah kan kalau aku mempresentasikan teori lama. Dengan ini, kalian bisa mengetahui perbedaan pikiran orang - orang di zaman terdahulu. Mengapa dulu perempuan bisa dianggap lebih rendah dari laki - laki? Itu semua karena keadaan sosial yang berbeda."

"Baik, kalau begitu aku setuju. Dan aku punya satu pertanyaan lagi. Kalau kau sendiri, saudara Lee Hangyul, lebih setuju laki - laki dan perempuan sebagai diferensiasi sosial atau stratifikasi sosial?"

Gila.

Hangyul kesal setengah mati.
Diskusinya jadi terus bertambah api. Ditambah Yohan yang seperti tidak menganggap bahwa Hyeop dan Sihun juga berada di depan.
Mengapa hanya Hangyul yang harus menjawab pertanyaannya? Kalau begitu kan akan lebih efektif jika mereka berdiskusi berdua saja.

"Aku...aku percaya laki - laki dan perempuan memiliki hak yang sama. Namun karena kita memiliki perbedaan biologis, tentu perempuan sering mendapat perlakuan istimewa. Dan menurutku hal tersebut masih bisa disebut dengan stratifikasi sosial."

"Oh, jadi menurutmu dalam stratifikasi sosial, perempuan adalah pihak tertinggi? Kau bisa bilang seperti itu saat banyak perempuan yang masih tertindas sampai saat ini?" Serang si bintang angkatan dengan nada sarkasme.

"Maksudku-"

"Cukup, waktu diskusi sudah berakhir." Pak Seokhoon memotong diskusi mereka yang sedang memanas. Air muka Yohan menunjukan bahwa ia tidak puas. Namun tidak ada yang bisa dilakukannya lagi. mahasiswa lain sudah mulai membereskan barang - barang mereka.

Setelah membereskan laptop, Hangyul dan kawannya berjalan mengekori mahasiswa lainnya untuk berjalan ke luar kelas.

Sembari menghindari tatapan Yohan yang canggung.
.
.
.
.
.
"Hey, kau tidak pulang?" Suara seorang laki - laki membuyarkan Hangyul dari lamunannya. Laki - laki itu sekarang sudah duduk di sampingnya, menyilangkan kakinya, dan menaruh lengannya di atas sandaran bangku taman.

ENCHANT [Yohangyul]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang