The Third Restrained

22 3 1
                                        

Tadi aku pulang lebih lambat, membuat Denisa terus meruntutkan pertanyaannya kepadaku. Untunglah dia percaya saat aku mengatakan ada sedikit pelajaran tambahan yang membuatku pulang telat.

Saat ini kami masih menyantap hidangan makan malam bersama, maksudku hanya aku dan Denisa.

Mama sekarang tidak bisa kembali untuk makan malam bersama kami, karena aku tahu Mama tidak akan pernah ada di setiap malamnya, bahkan aku bisa menghitung pertemuanku dengan Mama. Mungkin dalam seminggu aku bisa melihatnya di hari Sabtu dan Minggu saja, itu pun hanya di pagi hari setelahnya dia akan pergi tanpa mengatakan apapun padaku.

"Elsie apa yang sedang kau pikirkan?"

"Memangnya kenapa?"

Denisa-asisten yang sudah lama bekerja di rumah kami, atau sejak aku masih duduk di bangku kelas tujuh. Sebelumnya, kami sudah berganti-ganti asisten, entahlah mereka yang tidak betah atau memang sangat payah dalam mengurus rumah. Karena buktinya Denisa bekerja di sini sejak sudah tiga tahun terakhir.

Dia menghela napas. Memandangku dengan tatapan dalam.

Selalu saja begitu, memangnya apa salahku jika sedikit pendiam, maksudku aku selalu begini bukan?

"Lupakan, tapi sepertinya kali ini kau akan senang mendengarnya."

"Apa itu?"

Denisa kini tersenyum penuh kemisterian yang dibuat-buat. Ada apa dengan wanita ini? Ayolah dia wanita berumur tiga puluh lima tahun yang menjanda, oke itu dia pernah mengatakannya padaku.

"Tadi tetangga baru kita yang memberikan dessert ini,"

Aku melihat sebuah cake berwarna coklat dengan topping keju. Sangat menggiurkan.

"Lalu?"

Aku memicingkan mata, memang hubungan dessert ini denganku apa?

"Dasar gadis bodoh!"

Denisa mengumpat kesal, mengataiku bodoh. Jika kalian ingin tahu aku tidak marah, menurutku ini memang sifat Denisa untuk terlihat akrab. Aku sudah biasa dengannya yang seperti ini.

"Artinya dengan dia memberikan ini dia ingin kita ke rumahnya. Seperti mengundang,"

"Benarkah?"

"Aku tidak heran jika kau tidak punya banyak teman, hal sepele seperti ini saja kau tidak mengerti,"

"Baiklah, jadi kita harus melakukan apa sekarang?"

Aku mulai sebal dengan Denisa yang selalu menghakimiku dengan kata-katanya yang membuat panas.

"Besok kau mau, kan membantuku membuat puding sebagai balasan terimakasih kepada tetangga baru kita?"

Aku mengangguk cepat, tidak masalah. Setidaknya aku mempunyai kegiatan yang dikerjakan setiap akhir pekan. Ya walaupun pembuatan puding itu hanya berlaku untuk besok.

"Sip, kalau begitu kau cepat habiskan makananmu. Kembali ke kamar jangan lupa tidur lebih awal walaupun besok kau libur."

Ujarnya dengan tersenyum. Sebahagia itukah dia? Karena hanya aku akan membantunya membuat puding, itu terlalu berlebihan menurutku.

"Denisa," aku merengek kesal.

"Kenapa?"

"Tidak perlu diingatkan seperti itu, aku bukan anak kecil lagi!" Aku sebal dengan peringatan Denisa.

"Elsie biar kuberi tahu, tidak ada yang mengatakanmu jika kau anak kecil," ujarnya dengan terbahak.

Denisa benar-benar membuatku ingin berteriak,

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RESTRAINEDWhere stories live. Discover now