The Second Restrained

15 3 1
                                        

Aku merasakan tubuhku seakan remuk saat aku terbangun dari tidurku. Aku bahkan tidak tahu aku ini tidur atau apa. Yang aku tahu sekarang adalah diriku yang berada di sebuah kebun bunga tulip berwarna merah muda dan putih.

Pikiranku mencoba menerka tempat apa ini dan apa yang terjadi padaku sebelumnya?

Aku berdiri sembari memegang kepala, terasa sangat pusing.

Mataku jauh memandang kebun bunga tulip yang membentang luas dengan tepat tidak jauh di sebelah utara dari tempatku berdiri, ada mercusuar dengan bendera putih berkibar di puncaknya.

Aku menutup mataku, rasanya aku ingin menangis saat ini juga. Mengapa aku harus ada di sini lagi?

Benar saja, perlahan bulir bening jatuh di pipiku. Aku sudah punya hidup normal, aku tidak butuh ini lagi, sungguh.

"Elsie!"

Lengkingan suara seseorang yang belum berubah dari dulu itu terdengar begitu ceria.

Aku menarik senyum pahit.

Gadis berambut panjang hitam legam itu berlari kencang dengan merentangkan kedua tangannya dan membuat gaun putih selututnya berkibar terkena angin.

Dia berhasil mendekatiku dan menangkapku dalam pelukannya.

"Aku rindu," gumamnya di telingaku.

Aku hanya diam sembari mengelus rambut halusnya yang beraroma mocha. Masih sama tidak ada yang berubah, kecuali kini kami sudah tumbuh lebih tinggi.

"Aku kira kau tidak akan pernah kembali, mengingat kata-katamu lima tahun lalu," ujarnya setelah menarik diri dari pelukan.

"Kau menangis?"

Dengan sigap aku menghapus jejak berair di pipiku.

"Aku hanya terharu,"

Dia tersenyum manis. Membuatku terus merasa bersalah.

"Jadi apa yang membuatmu kembali ke sini? Apa kau masih mengingat saat terakhirmu di sini dan malah bertemu dengan si Prince Charming itu?"

Aku terkekeh, "Aku tidak tahu mengapa aku bisa kembali ke sini, maaf aku harus mengatakan ini. Tapi jujur, saat terakhir kali aku ke sini aku sudah menjelaskan semuanya, kan padamu?"

Dia mengangguk, aku menunggu apa yang akan dikatakannya.

"Kau salah Els, tidak mungkin kau kembali ke sini dengan sendirinya. Di balik ini semua pasti ada sebab mengapa kau bisa kembali ke sini tanpa keinginanmu. Kau mengerti, kan?"

Manikku menatap datar ke arah wajah Essera yang polos, masih tetap sama seperti dulu hanya saja kini dia semakin terlihat lebih tumbuh berbeda.

"Begitukah?"

"Menurutmu? Tidak mungkin Pixy Lya membiarkan manusia yang telah ia bantu begitu saja meninggalkan masalahnya di sini,"

Aku menghela napas gusar, memang masalah apa yang telah aku lakukan di sini? Aku merasa aku tidak pernah melakukan hal yang fatal.

"Apa bisa aku menemui Pixy Lya?"

Raut wajah Essera tiba-tiba saja berubah seketika, menunjukkan sesuatu yang tidak aku mengerti.

"Tidak untuk sekarang, keadaan Fanua saat ini sedang tidak aman,"

"Memangnya apa yang sudah terjadi?"

Aku mengerutkan kening, ini aneh. Sangat aneh, mengapa kedatanganku bertepatan dengan keadaan Fanua yang sedang tidak aman. Aghh, bisakah aku menjadi seorang yang amnesia sekarang? Aku lelah, sungguh aku tidak berbohong.

RESTRAINEDWhere stories live. Discover now