"KENAPA KAU MEMBUNUH PALET?!!"

Tanpa aku sadari, air mataku sudah mengalir deras. Tanganku juga terus memukul Charlie, namun Charlie tidak berkutik. Pria itu masih menunduk menyembunyikan tangisannya.

"KATAKAN! KENAPA MEMBUNUH PALET?!"

"Kiara... Maaf... Aku sudah hancur..."

Aku meyeka air mataku dengan cepat, kemudian menatap Charlie yang masih tertunduk.

Ya tuhan, aku benar-benar marah pada laki-laki ini, namun aku tidak sanggup mendengar dia terisak-isak. Hidupnya pasti berat selama ini, dia juga pasti dihantui rasa bersalah. Penampilannya bahkan berantakan seperti ini...

"Charlie... Tenanglah" lirihku sambil memeluknya.

Charlie balik memelukku, dia juga tak henti-hentinya mengucapkan maaf sambil terisak.

Ah, apa yang aku lakukan?

Aku langsung mendorong tubuh Charlie, membuat pelukan kami terlepas. Dengan berat hati, aku masuk ke dalam rumahku dan mengunci rapat-rapat pintu, juga beberapa jendela. Bersamaan dengan itu, air mataku mengalir deras.

Aku tidak siap bertemu dengan Charlie saat ini. Meski aku sangat merindukannya dan sangat khawatir padanya, namun aku masih tidak bisa memaafkan tindakannya di hari itu.

Tak berselang lama setelah itu, terdengar bunyi ketokan dari pintu depan. Awalnya, aku hanya terdiam karena mengira itu adalah Charlie, namun saat aku mendengar teriakan Ozzy, aku bergegas membuka pintu.

"Ibu, kenapa menangis?" tanya Ozzy sambil memegang kedua pipiku. Ekspresi khawatir tergambar jelas di wajahnya.

"Apa karena pria itu?" tanya Ozzy sambil menunjuk Charlie yang sedang dipeluk oleh Camilla.

Aku tertegun sesaat ketika melihat Charlie yang tersenyum bahagia, lalu menciumi pucuk kepala Camilla. Tentu Camilla menerima ayahnya. Gadis itu dari awal selalu menantikan kedatangan Charlie. Dia ingin mendapat sosok ayah.

"Tidak" jawabku pelan.

Aku terus memandangi Charlie, menebak-nebak apa yang terjadi padanya selama beberapa tahun ini hingga penampilannya menjadi seperti ini. Seingatku, pria itu adalah pria angkuh yang selalu memikirkan penampilannya, namun entah apa yang terjadi padanya hari ini.

Menyadari pandanganku, Charlie kemudian bergerak mendekat padaku. Tangan Charlie hendak menyentuh pucuk kepalaku, namun Ozzy dengan cepat memegang tangannya. Hal itu sontak membuat Charlie terkejut dan langsung menarik tangannya. Dia seolah menghindari pertengkaran dengan Ozzy.

"Kiara, tolong maafkan aku"

"Berhenti bicara pada ibu saya" ucap Ozzy dengan sinis.

Tidak terima ayahnya diperlakukan begitu oleh Ozzy, Camilla akhirnya mengambil langkah mendekat pada saudara kembarnya. "Berani sekali kau tidak sopan pada ayah"

"Milla, pria itu bukan ayah kita. Hubungan kita berakhir dengannya di saat dia memutuskan untuk tidak mempercayai ibu!" teriak Ozzy dengan penuh amarah.

Aku terkejut setengah mati. Aku heran bagaimana Ozzy bisa tahu tentang Charlie. Apa Camilla menceritakannya?

"Kau kan tidak tahu hal apa saja yang sudah ayah alami!" balas Camilla tak mau kalah.

Karena kesal, Ozzy langsung menarikku masuk ke dalam rumah dan menutup pintu depan. Dia menatap mataku dalam. Aku bisa melihat amarah yang ada di matanya mendadak hilang dan berganti dengan rasa cemas. Anakku itu kemudian memelukku dengan sangat erat.

"Aku tidak akan memaafkan orang itu karena membuat ibu menangis... Aku akan membalaskan dendam ibu" bisiknya.

Tidak. Hal yang paling aku takutkan akan terjadi. Sejarah akan terulang. Charlie yang ditipu akan diserang oleh anaknya sendiri, lalu Ozzy di masa depan akan dihasut dan dimanfaatkan oleh vampir lain hingga dia juga ikut mengulang kejadian ini.

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]Where stories live. Discover now