Prolog - Tristan

137K 5.6K 113
                                    

Usiaku tiga puluh empat tahun Juni lalu. Bertunangan. Karina Dianita. Karina Dianita nama gadis itu. Opsss... Tidak gadis lagi. Tepatnya Karin sudah bukan perawan ketika kami memutuskan tidur bersama. Tidak masalah buatku. Sungguh. Karena dia sangat menakjubkan, sangat menggairahkan. Jadi kalaupun ia perawan itu bonus. Aku sudah sangat jatuh cinta padanya. Tergila-gila pastinya. Dia cantik. Bukan, tepatnya jelita. Dengan kulit seperti pualam, rambut cokelat yang lembut, serta semua yang tampak tepat pada tubuh dan wajahnya. Hanya satu yang tak kusukai, lensa kontak hijaunya. Padahal aku sangat yakin dengan mata cokelat aslinya, Karin jauh lebih sempurna.

Kami adalah pasangan serasi. Aku anak pengusaha terkenal. Anak satu-satunya orangtuaku sekarang. Kakakku Christian meninggal tiga bulan lalu akibat kecelakaan pesawat. Ia dan istrinya meninggal dalam perjalanan kembali dari liburan di Eropa dalam rangka bulan madu kesekian untuk memperbaiki pernikahan mereka yang mulai di ambang kehancuran. Aku nggak tahu masalahnya apa, karena sebelumnya aku tinggal di London bertahun-tahun. Hanya bertemu keluargaku pada saat liburan yang sangat jarang terjadi, karena biasanya waktu liburanku kuhabiskan bersama si cantik Karin. Mereka meninggalkan seorang puteri berusia dua belas tahun, Maura. Dan bocah lelaki berusia delapan tahun, Randall. Maura itu seperti Tiara mamanya, cantik sekali. Tapi sifatnya seperti Christian. Berani, cerewet dan pencuriga, itu yang paling menonjol pada dirinya. Sedangkan Randall, entahlah dia lebih seperti aku. Memesona dan berbakat menjadi tukang perintah playboy. Ahhh... Tapi kurasa aku bukan lagi masuk kategori playboy, sejak aku bertemu Karin, tiga tahun lalu. Aku insyaf. Untuk apa mencari lagi, jika yang terbaik sudah ada dipelukanmu.

Untuk hubungan jarak jauh, London - Jakarta kami baik-baik saja. Aku bahkan bisa setia. Karin menolak pindah ke London karena pekerjaannya. Dia artis. Artis sinetron pendatang baru. Sedari dulu ia bercita-cita menjadi artis. Menjadi orang kaya tepatnya. Bukannya aku nggak tahu, tapi aku menutup mata. Cukup ia memilihku, aku tidak peduli dengan betapa banyaknya tagihan yang harus kubayar setiap bulannya. Yang terpenting tunanganku terpuaskan, tidak berpaling dariku. Toh aku memiliki penghasilan besar, belum lagi aku anak pengusaha terkenal. Uang bukan masalah. Aku bahkan menghadiahinya BMW terbaru untuk kesediaannya menerima pinanganku tahun ini.

Tapi ada satu kekurangan Karin yang mengganjal untukku. Lebih tepatnya untuk keluargaku. Karin sangat dibenci oleh Maura. Entah apa sebabnya. Maura selalu tutup mulut setiap kutanya, hanya menatapku penuh kebencian dengan bibir mencebik. Dan ia punya kaki tangan setia, Randall yang selalu mengidolakan Maura. Mendukung rencana-rencananya untuk membuat tunanganku menderita. Dan tentu saja orangtuaku tutup mata. Maura dan Randall itu cucu kesayangan mereka.

Dan jujur saja itulah penyebab aku masih menunda rencana pernikahanku dengan Karin. Aku ingin mereka mencoba berteman dan saling menyayangi dahulu. Tapi tentu saja cita-cita itu masih akan lama kesampaian karena si mungil Maura masih belum kehilangan semangatnya untuk mengerjai tunangan cantikku.

Une Personne Au Bout De La RueWhere stories live. Discover now