"Ayo makan," titahnya datar. Ya, setiap ucapan yang dia ucapkan sepertinya tidak pernah ada ekspresinya. Selalu begitu.

Aku menoleh ke arahnya sebelum mengambil sendok di pinggir piring itu. "Kau tidak makan?" tanyaku penasaran. Dia tidak pernah makan sepertinya. Atau dia makan ketika aku tertidur? Entahlah.

Dia menggeleng.

Aku mengerutkan kening, "Mau makan bersama?" Aku mengangkat piring itu ke hadapannya.

Tangan kanannya terulur ke atasku. Tepatnya kepalaku. Menepuknya pelan.

"Aku sudah," balasnya pelan. Kukira setelah tepukan kecil di kepalaku, dia akan menaruh tangannya kembali. Ternyata tidak, dia meraih sendoknya dan memotong makanannya. Menyodorkannya ke arahku.

Aku sedikit demi sedikit menurunkan piringnya hingga hampir menyentuh pasir. Aku menerima suapannya. Masih dengan tatapan tak bisa dipercayaku ke padanya.

Sejak kapan dia seperti ini?

Aku mengunyah makanan itu dengan lamat. Mata kami masih saling pandang satu sama lain.

Yang kemudian, aku tersadar. Aku segera memalingkan wajahku ke depan dengan panas yang semakin menjalar ke seluruh wajahku. Aahh... ini memalukan.

Setelah itu, dia menaruh kembali sendoknya. Seraya berkata, "Aku ingin mencobanya." Oh Tuhan!

Aku menaikan alisku, menatap matanya jika baru saja dia yang berbicara. Aku gila, aku gila, aku gila. AKU GILA!

Dengan detak jantung yang tak karuan, aku meletakan piring itu di sampingnya. "Kau bisa makan sendiri," ucapku ketus. Dan kembali melihat ke sembarang arah.

"Aku ingin seperti apa yang aku lakukan padamu," tuturnya.

Yang benar saja! Hei! Kenapa dia tiba-tiba seperti ini?

Aku memutar bola mataku. Wajahku pasti seperti cat tembok berwarna merah sekarang. Ayolah jantung, kau tidak boleh berdetak terlalu cepat. Aku kesulitan bernapas karena mu tahu!

"Baiklah, baiklah." Aku mengalah. Dengan berat hati aku mengambil sendok dan menyiduk sedikit makanan di sana dan kemudian mengarahkannya ke mulut pangeran.

Matanya menatapku, tapi aku malah fokus ke arah bibirnya. Ayolah, jika aku fokus ke tangannya yang ada makanan itu tidak sampai ke mulutnya, yang ada malah masuk ke hidungnya.

Setelah dia mengambil suapanku, aku menurunkan tanganku dan berniat mengambil bagianku. Aku juga lapar.

"Terimakasih."

Aku terdiam, tanganku berhenti mengambil sebongkah 'kotak putih' itu. Manusia batu ini akhirnya berterimakasih! Oh baiklah, mungkin itu terlalu berlebihan.

"Ya, sama-sama," balasku sambil melanjutkan menyiduk makanan.

Cup

Kepalaku-AH, AKU BISA GILA PANGERAN!

***

Perang tidak besar terjadi, lagi. Fabio kewalahan karena pasukan dan kekuatan mereka tidak sebanding dengan musuh.

Edzard sibuk mengubah sesuatu untuk dipakai Haru agar bisa berenang. Dan Fabio, dia melawan mereka dengan kekuatan yang tersisa. Hampir setengah dari musuh sudah masuk ke dalam penjara airnya. Namun, dia tidak menyerah, kekuatannya dikerahkan sekuat yang ia bisa.

Biarkan Delvian dan Parviz membantu Yuta dan Fallona, dan dia dan Edzard akan menahan mereka semua semampu mereka.

Edzard, bulu babi yang ia kumpulkan diubah menjadi alat yang bisa digunakan untuk Haru berenang menjauh. Ia memakaikan sirip buatannya ke lengan Haru.

"Haru, kau harus cepat berenang menjauh. Tinggalkan aku dan Fabio. Lanjutkan perjalanan kau dan mereka tanpaku," jelas Edzard, Haru menatapnya tidak percaya.

Dia menggeleng ribut, "Tidak, aku akan membantu kalian. Ini bukan tim namanya," bantah Haru.

"Edzard cepat!" Sentakan Fabio menyadarkan mereka berdua.

Edzard menatap Haru dengan tatapan memohon. "Kumohon, tim yang sesungguhnya adalah kelompok yang mau berkorban satu sama lain."

"Cepat Haru! Kita tidak punya banyak waktu!" Seruan Edzard membuat Haru mau tak mau pergi dengan sirip itu.

Edzard dengan sigap membantu Fabio yang kewalahan.

Fabio yang sibuk mengerahkan kekuatan terakhirnya mengerang. Kencang. Sangat kencang.

Edzard segera mematikan hiu itu, pasalnya mereka sudah diserang Fabio namun kekuatannya masih bisa dikatakan 'besar'. Menyobek sirip punggung hiu itu untuk menebas tubuh-tubuh hiu yang lain.

Apa ada yang bertanya, mengapa tidak menggunakan sirip hiu itu saja untuk Haru? Jawabannya, sirip yang diambil dari hiu sudah tidak bernyawa, sedangkan Haru membutuhkan alat gerak dijadikan berenang, ya karena kekuatan Haru mati. Seperti manusia lumpuh.

Saat Edzard menoleh ke arah Fabio di belakang, dia dikejutkan dengan bola besar yang dikeluarkan Fabio dari tangan kirinya.

"Fab—io..."


Tbc

4 Januari 2020

A.n :

Lol.

Silakan tertawa atas tulisanku di atas sana. Sedikit lagi tamat. Sabar saja sabar. Akupun sama sabarnya yang nulis dari 2018 :")

OIYA, SELAMAT TAHUN BARU 🎊🎉🎊🎉🎊🎉

Waw... Berapa tahun ini tidak end juga? Hiks :"

Oke ini udah malem, aku ngebut nulisnya, dengan kekuatan bibir bulet ikan ini //apa hubungannya?//

10.51 wib

Ikan comel Nana

🐟🐟🐟

The Prince Mermaid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang