BAB 9

449 25 2
                                    


Disebuah ruangan seorang gadis duduk dengan ponsel ditangan nya. Dia adalah Seulgi, kini dia telah sampai disebuah restoran privat yang telah dipesan kekasihnya, dan kini dia tengah menunggu Jimin. Kekasihnya itu telah berpesan akan sedikit terlambat.

"Ini Jimin lama banget sih" gumam Seulgi mulai bosan menunggu selama hampir setengah jam.

Dan tak lama suara pintu terbuka, muncul Jimin dengan senyum manis ciri khas nya.

"Mian, buat kamu nunggu lama" ucap Jimin merasa bersalah.

"Gwenchana, dorm kamu kan emang jauh juga dari sini" ucap Seulgi menenangkan.

"Aku punya hadiah buat kamu" ucap Jimin tersenyum manis.

"Hadiah? Aku kan gak lagi ulang tahun" ucap Seulgi bingung.

"Emang kalau kasih hadiah cuma boleh pas ulang tahun doang" jawab Jimin.

"Ya enggak juga sih" balas Seulgi.
"Yaudah kalau gitu aku tutup mata nih ?" tanya Seulgi.

"Ngapain kamu nutup mata?" tanya Jimin bingung.

"Loh biasanya kan orang-orang kalau mau kasih hadiah harus tutup mata" jawab Seulgi.

"Kita jangan lah, kan orang lain udah" ucap Jimin dengan santai membuat Seulgi kesal.

"Tau ah, kamu nyebelin banget mau kasih hadiah. Mending gak usah" kesal Seulgi.

"Yah jangan marah dong cake, nih aku kasih sekarang hadiahnya" ucap Jimin panik mencoba membujuk Seulgi.

"Bodo amat aku udah gak mood lagi, jadi mending sekarang kamu pesen makan aja cepet aku laper!" ucap Seulgi ketus.

"Tapi sayang...." belum sempat Jimin menyelesaikan bicaranya Seulgi sudah memotong ucapanya.

"Gak usah tapi-tapian, cepet pesen sekarang!!!" kesal Seulgi.

"Yaudah kamu mau makan apa?" tanya Jimin melihat daftar menu.

"Terserah" jawab Seulgi singkat dengan nada ketusnya.

Mendengar kata keramat itu, Jimin mengelus dadanya 3 kali, menghela nafas panjang dan mencoba untuk menguatkan jiwa dan raganya. itulah segenap ritual yang sering Jimin lakuakan jika kekasih tercintanya telah mengeluarkan kata keramat itu.

"Yaudah aku pesen pizza aja kalau gitu" tawar Jimin.

"Jangan pizza aku lagi diet"

"Oke salad aja" tawar Jimin.

"Aku itu lagi laper gimana sih kamu, kamu mau buat aku kelaperan hah!" omel Seulgi dengan kesal.

"Kalau gitu kamu aja yang pesen" ucap Jimin dengan sabar.

"Loh kok jadi aku sih yang pesen, kamu aja lah" tolak Seulgi.

"Yaudah sekarang kamu mau makan apa?" tanya Jimin lagi.

"Terserah kamu" ucap Seulgi.

Jimin menghela nafas agar amarah nya tidak dia lampiaskan kepada kekasihnya. Semarah apapun Jimin dia selalu berusaha untuk bersabar akan sikap kekasihnya. Dia akan merasa sangat bersalah jika sampai membentak atau menyakiti kekasihnya.

"Sayang dengerin aku, aku tahu kamu kesel sama aku minta maaf ya? Jangan kaya gini" ucap Jimin dengan suara lembut, tanganya menggenggam tangan Seulgi.

"Kamu pasti udah gak tahan sama aku" ucap Seulgi.

"Enggak, aku gak pernah masalah sama sikap kamu. Tapi bukanya kamu bilang kamu lapar, aku gak mau bikin kamu kelaparan. Biar kamu pilih makanan apa yang kamu mau" Jelas Jimin masih dengan suara lembutnya.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang