30. SINGLE CONCERT : HI HYUNJIN!

Start from the beginning
                                    

Jisung tidak punya waktu untuk membangunkan Chan. Dia langsung ke kamar mandi untuk menghilangkan rasa mual yang ada. Setelah itu, giliran kepalanya yang terasa pening. Jisung keluar kamar mandi perlahan, sambil memegangi perutnya.

"Hyung," Jisung tersenyum kecil ketika melihat Chan berdiri di samping meja makan, mengusap kedua matanya yang merah.

"Makan dulu, lo belum makan."

Chan menyuruh Jisung untuk duduk. Sementara itu, dia pergi ke dapur untuk membuat sesuatu. Jisung masih merasakan sakit. Terlebih karena dia membayangkan seseorang duduk di sebelahnya. Yang biasanya akan berebut makanan. Hampir satu tahun kursi itu kosong, tak berpenghuni. Pun dengan tahun-tahun selanjutnya.

Meja makan tidak pernah ramai lagi untuk menyambut masakan Chef Hyunjin. Jeongin dan Felix kehilangan satu anggota regu dalam bermain game. Lee Know kehilangan guru terbaiknya ketika latihan dance. Chan dan Changbin menjadi chef utama. Seungmin kehilangan teman fotografernya. Dan Jisung, ya. Dia justru merasa kehilangan separuh dari seluruh temannya.

Manik mata Jisung seketika berkaca-kaca. Melihat seonggok piring berisi nasi goreng disuguhkan ke hadapannya. Banyak bawang. Persis seperti yang selalu dibuatkan oleh Hyunjin dulu. Untuk kesekian kalinya, Jisung kembali menangis karena mengingat Hyunjin.

Chan duduk di kursi milik Hyunjin.

Dia mengambil sesendok untuk disuapkan pada Jisung. Tetapi ia menolaknya. Jisung mengunci rapat bibirnya yang menekuk sedih. Air mata yang terus turun menjelaskan pada Chan bahwa Jisung ingin sendiri, Jisung tak ingin makan meski dia sebetulnya lapar.

Chan tidak menyerah begitu saja. Dia kembali menyuapi Jisung. Kali ini, Jisung membuka sedikit mulutnya. Ketika Jisung mengunyah, dia merasa lemas. Sudah lama ia tidak merasakan masakan seperti ini lagi. Satu suapan telah berakhir, namun tidak dengan air mata yang terus mengalir.

Tidak ada yang bisa Chan katakan untuk menyemangati Jisung disaat keadaan seperti ini. Kalau dia membahas topik pekerjaan, atau apapun, Jisung akan diam membatu tak merespon. Tidak mungkin juga kalau Chan membahas soal Hyunjin. Jangankan Jisung, dia sendiri tak mau membuka luka lama.

Jisung mengambil sendok yang dipegang oleh Chan, "Hyung tidur aja." Katanya pelan.

Chan tidak akan menolak. Dia menepuk puncak kepala Jisung sambil tersenyum dan menyuruhnya untuk menghabiskan nasi goreng itu. Chan pergi, meninggalkan Jisung sendirian di meja makan.

Sepotong kenangan tiba-tiba muncul. Jisung melihat ke arah dapur. Mendadak teringat ketika tangan Hyunjin berdarah terkena pisau. Ia panik sampai berjalan kesana-kemari mencari antiseptik, membuat Jisung khawatir. Padahal ketika itu darah yang keluar sedikit. Tak sebanding dengan mimisan yang selalu terjadi beberapa hari setelahnya.

Jisung menengok ke kiri. Memperhatikan kursi Hyunjin. Seakan terhipnotis, dia mau untuk makan. Dia bahkan menghabiskan satu piring penuh. Sampai tidak tersisa.

"Ya, i can feel you." Ujarnya sesaat sebelum meninggalkan meja makan malam itu.

•••

Rintik air tak henti turun, meski dengan volume yang terhitung kecil. Sebentar lagi musim dingin akan tiba. Para orang tua kebanyakan sibuk mencari kado yang tepat untuk putra-putra mereka di natal tahun ini. Begitu juga dengan yang telah kehilangan.

"Rencananya tahun ini Mama mau beli tiket liburan ke Las Vegas, buat kado natal kamu."

Tangannya yang gemetar itu mengusap potret Hyunjin sewaktu masih balita. Hal yang terindah dalam hidup Seohyun adalah dia memiliki Hyunjin. Melihat Hyunjin tumbuh, sampai kemudian sukses.

Grow Up [ ✓ ]Where stories live. Discover now